Kita tengah melakukan inovasi bagaimana merekrut orang berdasar keterampilan yang dibutuhkan.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·3 menit baca
Mereka yang masih bangga dengan gelar sarjana dan merasa mudah mendapatkan pekerjaan dengan gelar itu sebaiknya berpikir ulang. Banyak perusahaan global yang makin mengabaikan gelar sarjana. Mereka membutuhkan keterampilan dan kecekatan dibandingkan dengan berbagai gelar.
Sejak Desember tahun lalu, tidak sedikit perusahaan dunia yang percaya diri dengan tidak mencantumkan syarat sarjana dalam setiap lowongan kerja. Mereka lebih mendeskripsikan kemampuan yang dibutuhkan dan memanggil mereka yang siap untuk berkompetisi merebut peluang itu.
Hampir separuh perusahaan di Amerika Serikat berencana menghapus syarat sarjana dalam iklan lowongan pekerjaan dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Inteligent.com. Survei pada November 2023 terhadap 800 perusahaan di AS itu memberi wawasan baru kepada kita tentang bagaimana perusahaan berencana menghilangkan syarat gelar sarjana untuk lowongan kerja di 2024. Mereka juga tengah memikirkan alat lain yang bisa digunakan untuk mengevaluasi kandidat pekerja.
Laporan Forbes terbaru menyebutkan, banyak perusahaan beramai-ramai menghapus gelar sarjana dari iklan lowongan pekerjaan mereka. Mereka telah mengubah konsep dari perekrutan berdasarkan gelar pendidikan ke perekrutan berbasis keterampilan. Beberapa waktu yang lalu, Walmart mengumumkan rencananya untuk menghapus keharusan syarat sarjana. Sebelumnya, General Motors mengatakan pihaknya mencabut keharusan syarat gelar empat tahun untuk banyak pekerjaan. Awal tahun itu, Delta Air Lines menjadi berita utama karena menghapus gelar sebagai prasyarat saat merekrut pilot.
Mengapa hal itu dilakukan perusahaan? Ada beberapa pendapat tentang penyebab perubahan syarat-syarat di dalam perekrutan karyawan, termasuk di dalamnya syarat sarjana. Pendapat itu mulai dari soal kenyataan yang dibutuhkan perusahaan adalah keterampilan hingga alasan sosial ekonomi di mana orang makin sulit menjangkau gelar sarjana.
Salah satu tulisan juga menyebutkan, sejak pandemi keadaannya telah berubah. Semakin banyak pemimpin bisnis yang mengatakan bahwa gelar sarjana tidak lagi diperlukan untuk pekerjaan yang dapat menghasilkan banyak uang. Mereka melihat bahwa banyak tenaga yang dengan pendidikan terbatas bisa mengerjakan sejumlah tugas.
Mereka yang memiliki masalah ekonomi kemudian beralih dengan mencari pendidikan yang murah dan dirasa lebih cocok dibandingkan dengan mencari gelar sarjana.
Di sisi lain, laporan Higher Edi Div menyebutkan, dengan meningkatnya biaya pendidikan dan biaya hidup, banyak siswa sekolah menengah mempertimbangkan apakah harus mendapatkan gelar sarjana empat tahun atau jenis pendidikan pascasekolah menengah lainnya yang lebih cocok untuk mereka. Mereka yang memiliki masalah ekonomi kemudian beralih dengan mencari pendidikan yang murah dan dirasa lebih cocok dibandingkan dengan mencari gelar sarjana.
Akan tetapi, perubahan ini menyisakan beberapa masalah. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan harus mengubah cara untuk mengetes calon karyawan karena hampir sebagian besar perusahaan akan menghilangkan persyaratan gelar yang diraih selama empat tahun itu.
Salah satu penulis di Quora menyebutkan, pertama, pemimpin bisnis perlu mengganti syarat untuk merekrut dengan sesuatu. Pembicaraan yang ada adalah seputar penggunaan perekrutan berbasis keterampilan, tetapi dalam praktiknya alat ukurnya masih belum jelas. Kenyataannya adalah orang tetap melihat gelar setelah seorang kandidat dapat menunjukkan keahliannya.
Apabila kita melihat banyak lulusan perguruan tinggi baru-baru ini mudah mendapatkan pekerjaan, pertanyaannya adalah seberapa banyak keterampilan tersebut dipelajari di perguruan tinggi dan seberapa banyak didapatkan melalui pengalaman kerja? Jadi, perguruan tinggi yang memberi keterampilan akan menghasilkan lulusan yang mumpuni dan banyak diterima di perguruan tinggi. Sebaliknya, jika didapat melalui pengalaman kerja, pengalaman lebih dibutuhkan.
Gelar sarjana menjadi sarana untuk mencek ulang tentang kemampuan kandidat dan memastikan latar belakang yang membuat karyawan memiliki keterampilan tersebut.
Kedua, sebenarnya departemen sumber daya manusia masih dapat menggunakan gelar sebagai cara untuk memilih kandidat yang setara. Tidak selamanya gelar tidak mencerminkan kemampuan seorang kandidat. Gelar sarjana menjadi sarana untuk mencek ulang tentang kemampuan kandidat dan memastikan latar belakang yang membuat karyawan memiliki keterampilan tersebut.
Beberapa kalangan sangsi seberapa besar perubahan ini diikuti dengan kemampuan perusahaan merekrut karyawan berbasis keterampilan. Dalam praktiknya, tetap saja beberapa perusahaan menghalangi orang untuk maju karena mereka tidak mempunyai gelar tertentu. Mereka yang bergelar sarjana dan berada di dalam perusahaan cenderung mempertahankan bias ini. Meski demikian, pengabaian gelar sarjana terus dilakukan oleh perusahaan dalam setiap iklannya.
Era telah berubah, perekrutan juga berubah. Kita tengah melakukan inovasi bagaimana merekrut orang yang dibutuhkan berdasar keterampilan yang dibutuhkan. Di Indonesia, beberapa perusahaan mulai mencoba cara ini meski tidak terbuka. Mereka mengatakan, lebih melihat keterampilan kandidat dibandingkan dengan gelar yang didapat.