GoTo Pilih Andalkan Layanan ”On-Demand” dan Teknologi Finansial
Masyarakat kini memandang belanja luring dan daring sebagai komplementer.
Oleh
MEDIANA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lini bisnis layanan on-demand dan teknologi finansial akan menjadi andalan PT GoToGojek Tokopedia Tbk dalam memperluas jangkauan dan monetisasi pasar selama 2024. Kedua lini bisnis ini juga dianggap bisa membantu perseroan mengejar laba.
Direktur/Presiden Teknologi Finansial PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) Hans Patuwo saat sesi paparan publik, Rabu (28/2/2024), di Jakarta, mengatakan, sesuai laporan riset E-Conomy SEA 2023 yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company menunjukkan bahwa layanan on-demand, seperti transportasi dan pengantaran makanan, di Indonesia diprediksi akan tumbuh sekitar 20 miliar dollar AS pada 2030. Industri layanan pembayaran digital diperkirakan tumbuh 760 miliar dollar AS dan pembukuan pinjaman digital tumbuh 40 miliar dollar AS pada 2030.
”Riset itu menggambarkan potensi bisnis yang besar bagi segmen on-demand dan teknologi finansial,” ujarnya.
Menurut Hans, pada triwulan IV-2023, GoTo telah meraih adjusted EBITDA, atau laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi yang disesuaikan, positif. Dia mengklaim, nilai adjusted EBITDA GoTo terus membaik dalam tujuh triwulan terakhir.
Untuk memperkuat kinerja, GoTo telah menyusun strategi guna mencapai adjusted EBITDA grup yang positif untuk tahun 2024. Pilar pertamanya adalah meningkatkan frekuensi pelanggan lama serta terus memperluas jangkauan pasar. Pilar pertama ini dilakukan melalui produk-produk yang menjangkau konsumen dengan karakteristik suka memprioritaskan harga, seperti GoCar hemat, GoFood hemat, dan aplikasi GoPay.
Adapun pilar keduanya adalah meningkatkan monetisasi melalui produk -produk teknologi finansial yang mampu menghasilkan take rate atau komisi yang lebih tinggi, seperti GoPayLater, GoPay Pinjam, dan GoPay Tabungan yang bekerja sama dengan Bank Jago.
Di luar kedua pilar itu, perseroan juga berkomitmen disiplin mengelola beban usaha yang mencakup beban infrastruktur dan pengembangan teknologi informasi, beban operasional tetap, serta insentif dan promosi.
”Penduduk Indonesia masih banyak yang termasuk kategori belum terakses layanan perbankan. Lalu, pembayaran belanjaan di lokapasar Tokopedia dengan dompet elektronik ataupun layanan paylater tergolong tinggi. Kami meyakini produk GoPay mampu meraup peluang pasar itu karena aplikasi GoPay sudah didesain dengan fitur lengkap dan tampilan yang mudah dipakai,” tutur Hans.
Sejauh ini, kata Direktur/Presiden Layanan On-Demand GoTo Chaterine Hindra Sutjahyo, lini bisnis on-demand di bawah GoTo memiliki daya tarik yang tinggi, baik di kalangan konsumen maupun mitra. Produk GoCar Hemat diklaim mampu meningkatkan produktivitas mitra pengemudi sampai sekitar 36 persen. Begitu pula dengan produk GoFood Hemat yang menaikkan produktivitas mitra 2,6 kali lipat.
”Produk GoRide Comfort, yang kami luncurkan sejak September 2023, telah menjangkau 30 kota di Indonesia. Adjusted EBITDA khusus lini bisnis on-demand ini sudah positif pada triwulan III dan IV tahun 2023 sehingga kami harapkan mampu menyokong perbaikan kinerja keseluruhan perusahaan,” katanya.
Nasib Tokopedia
Sementara terkait dengan Tokopedia, Direktur Utama/Chief Executive Officer GoTo Patrick Walujo menyampaikan, GoTo berharap akan membukukan pendapatan berkelanjutan dalam bentuk biaya servis e-dagang atau e-commerce service fee dari Tokopedia yang saham pengendalinya ada di Tiktok. E-commerce service fee secara presentase sudah disepakati. Model persentase fee akan berjenjang berdasarkan nilai barang bruto pascaintegrasi Tiktok - Tokopedia. Setiap triwulan, GoTo akan menerima fee itu.
Saat ini, proses integrasi Tiktok Shop ke Tokopedia belum selesai. Patrick menyebutkan, integrasi 100 persen selesai dalam 1,5 bulan mendatang. Jika integrasi tuntas, Tiktok Shop hanya akan menjadi ruang menawarkan barang, sedangkan pembayaran diteruskan ke sistem Tokopedia.
Dia mengakui bahwa telah terjadi persaingan ketat di pasar e-dagang Indonesia. Sejumlah pemain lokapasar dengan kapital dan saldo kas yang besar telah mengeluarkan biaya pemasaran yang agresif, sedangkan pada saat bersamaan GoTo sedang berusaha mengurangi subsidi untuk meraih profit. Akibat ketatnya persaingan itu, pengguna Tokopedia sempat berkurang.
Kemitraan dengan Tiktok akan memberikan dampak penting untuk mendukung Tokopedia. Tiktok juga telah berkomitmen menyediakan pendanaan di masa depan sebagai pemegang saham pengendali baru di Tokopedia.
”GoTo tidak perlu memberikan pendanaan ke Tokopedia. GoTo akan tetap fokus ke lini bisnis on-demand. Tentunya, GoTo dengan lini bisnis on-demand tetap bisa berkolaborasi yang menguntungkan dengan Tokopedia,” ujar Patrick.
Mengutip keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, sesuai dengan Laporan Penilaian Saham Tokopedia per 30 September 2023 yang dikeluarkan oleh Kantor Jasa Penilai Publik Iskandar dan rekan, nilai pasar dari seluruh saham Tokopedia per 30 September 2023 atau sebelum ada investasi Tiktok mencapai Rp 9,41 triliun.
Kemudian, investasi Tiktok di Tokopedia mencapai Rp 28,57 triliun. Nilai ini terdiri dari pengambilan 38,19 juta saham baru Tokopedia oleh Tiktok dengan harga Rp 13,04 triliun dan penerbitan promissory note Rp 15,53 triliun.
Dengan demikian, nilai Investasi Tiktok per lembar saham ke Tokopedia lebih tinggi 1,14 persen dari nilai pasar per lembar saham awal, tetapi GoTo menganggapnya masih dalam tahap wajar.
Masyarakat kini memandang belanja luring dan daring sebagai komplementer.
Principal Advisor, President di Nilzon Capital (firma penasihat investasi berkantor di Jakarta) Frizon Akbar Putra, berpendapat, pengambilalihan saham kendali Tokopedia oleh Tiktok mengejutkan. Sejumlah investor GoTo dikabarkan berinvestasi ke GoTo karena mengunggulkan Tokopedia dibandingkan dengan unit bisnis lain.
Mengenai investasi lanjutan sebesar 1 miliar dollar AS dari Tiktok dalam bentuk promissory note, hal itu bukan merupakan berita yang bagus karena pada dasarnya promissory note merupakan utang yang sewaktu-waktu harus dibayar oleh Tokopedia. Dengan demikian, masyarakat harus membaca keterbukaan informasi secara hati-hati dan saksama karena tidak ada dilusi atas penerbitan utang, dan ”investasi tanpa dilusi” ini seharusnya tidak menjadi hal yang dikedepankan di keterbukaan informasi karena sudah jelas merupakan utang.
Peneliti Center of Digital Economy and Small Medium Enterprises di Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Izzudin Al Farras Adha, Rabu, memandang, industri teknologi finansial dan on-demand secara umum masih menjanjikan. Untuk industri teknologi finansial, potensinya terletak pada penduduk yang belum terlayani ataupun sudah terlayani bank, tetapi belum optimal. Sementara untuk industri on-demand, potensinya terletak pada daerah-daerah yang didatangi banyak wisatawan, seiring dengan pulihnya sektor pariwisata seusai pandemi Covid-19.
”Untuk e-dagang, masyarakat kini memandang belanja luring dan daring sebagai komplementer. Artinya, sektor ini akan terus berkembang meski tidak semasif pada saat masa pandemi,” ucap Izzudin.