Di Balik Pesona Bahari Pulau Derawan
Di balik pengalaman menyelami keindahan bahari terdapat sosok pemandu yang tak lepas dari risiko kesehatan.
Si Raja Siang perlahan mulai menuju pucuk singgasana tertingginya. Meski diselingi awan mendung, sengatan terik panas matahari kala itu serasa telah menusuk ke dalam kulit dan ubun-ubun kepala.
Kondisi tersebut tak menyurutkan niat Ricky (35) untuk memeriksakan diri di Layanan Pemeriksaan Kesehatan. Pos layanan tersebut berada tepat di sebelah Layanan Penukaran Uang dalam rangka Ekspedisi Rupiah Berdaulat (ERB) 2024 yang kali ini singgah di Pulau Derawan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, Minggu (25/2/2024).
Kegiatan tersebut telah menjajaki pulau kedua dari total lima pulau di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T). Sebelumnya, rombongan ERB 2024 telah menyambangi Pulau Sebatik, khususnya di wilayah batas antara Malaysia dan Indonesia, serta nantinya akan mengunjungi Pulau Maratua, Desa Talisayan, dan Pulau Bunyu.
Dalam kegiatan bersama TNI Angkatan Laut (AL) tersebut, sejumlah warga terlihat antusias menukarkan uang kertasnya yang telah usang menjadi uang layak edar. Di balik jajaran rumah-rumah resor pinggir pantai, layanan penukaran uang oleh Bank Indonesia (BI) itu pun turut mengundang minat beberapa anak kecil yang menukarkan uang koin dari tabungannya menjadi uang kertas layak edar.
Sebagai salah seorang pemandu wisata di Pulau Derawan, Ricky yang datang ke Pos Layanan Kesehatan ingin memastikan tubuhnya senantiasa sehat agar dapat melayani wisatawan dalam kondisi prima. Walau berperawakan tinggi dan tampak bugar, lelaki jangkung itu khawatir terhadap kondisi kesehatannya.
Setelah melewati beberapa tahapan, Ricky dinyatakan sehat. Dokter yang berjaga di Pos Layanan Kesehatan itu hanya memberikan resep untuk tambahan vitamin.
”Bagi para penyelam, kesehatan telinga kadang jadi tantangan karena kami masuk dalam air. Itu, kan, ada tekanannya,” ujarnya.
Kendati demikian, Ricky mengaku tak pernah mengalami kendala dengan telinganya. Salah satu tips yang dia bagikan saat menyelam di kedalaman air ialah menekan udara dengan menekan hidung ketika tekanan air mulai terasa.
Ini (telinga) sudah pecah. Tadi, sudah diperiksa di Pos Layanan Kesehatan.
Selama menjadi pemandu wisata, Ricky menceritakan kerap membawa para wisatawan melihat pesona bawah laut Pulau Derawan. Sejumlah wisatawan mendatangi pulau itu lantaran penasaran dengan ragam fauna yang ada, seperti hiu paus, penyu, dan ubur-ubur.
Berbeda dengan Ricky, Igo (28), warga asli Pulau Derawan, memiliki pengalaman yang membekas hingga saat ini. Sejak tiga tahun silam, telinga kirinya sudah tak berfungsi dengan normal akibat terlalu sering menyelam.
Sebagai pemandu wisata yang kerap menemani para wisatawan menikmati keindahan bawah laut, Igo bahkan telah mengantongi sertifikat master pada 2016 lalu. ”Ini (telinga) sudah pecah. Tadi, sudah diperiksa di Pos Layanan Kesehatan,” tuturnya sembari menunjuk telinga bagian kiri.
Ia menceritakan, telinga kirinya berdengung sepanjang hari setiap kali mendengar riuh suara dan saat berbincang. Setelah diperiksa, Dokter menyarankan Igo untuk memeriksakan diri ke Rumah Sakit di Kabupaten Berau.
”Dokter bilang harus dirujuk ke RS karena sudah bengkak dan sudah pecah. Ini karena terlalu dalam menyelam,” imbuhnya.
Baca juga: Sepenggal Romansa di Batas Negara: dari Asmara Muliyati sampai Relasi Rupiah-Ringgit
Letnan Dua Laut Kesehatan Dokter Muhammad Mirza Fajar Handoko selaku dokter militer TNI AL menjelaskan, mayoritas warga yang dilayaninya di Pulau Derawan berprofesi sebagai nelayan atau pemandu wisata selam. Berdasarkan hasil pemeriksaan, didapatkan serumen di telinganya.
Adapun layanan kesehatan bagi masyarakat setempat masih terbatas. Kendati sudah tersedia puskesmas, fasilitas kesehatan tersebut belum dilengkapi dengan layanan Instalasi Gawat Darurat 24 jam dan fasilitas rawat inap.
”Mungkin karena alat safety dan prosedur saat menyelam kurang diperhatikan sehingga ada serumen dan mengganggu pendengaran,” ujarnya.
Pesona bawah laut dan wisata pesisir di Pulau Derawan memang menjadi salah satu destinasi pariwisata di Tanah Air. Hal ini membuat Pulau Derawan terpampang dalam satu sisi pecahan rupiah kertas nominal Rp 20.000 tahun emisi 2022.
Pulau Derawan mulai menjadi destinasi wisata setelah diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII-2008 di Kalimantan Timur. Seiring berjalannya waktu, warga setempat mulai beralih dari sebelumnya berprofesi sebagai nelayan menjadi pemandu wisata, penyelam, serta pengemudi speedboat.
Baca juga: BI Distribusikan Uang Kartal di Empat Pulau Terluar di Kalimantan
Tantangan
Wakil Bupati Kabupaten Berau Gamalis menyebut, Pulau Derawan termasuk primadona wisata di wilayah Kalimantan Timur. Kendati demikian, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan potensi wisata yang ada.
”Potensi wisata yang dimiliki Pulau Derawan sudah memadai. Namun, dari segi harga masih cukup mahal karena jalur transportasi menuju Derawan masih terbatas. Penerbangan dari Jakarta atau dari luar menuju Kabupaten Berau masih minim,” ujarnya saat ditemui di Pulau Derawan.
Menurut Gamalis, gambar Pulau Derawan dalam pecahan uang nominal Rp 20.000 merupakan wujud dukungan pemerintah pusat dalam mendukung pengembangan destinasi wisata. Hal ini mengingat Kabupaten Berau akan menjadi salah satu mitra Ibu Kota Nusantara (IKN) sehingga diharapkan dapat turut menunjang perekonomian.
Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Ujang Rahmat (Asisten II) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) menambahkan, sebagian besar kontribusi pertumbuhan ekonomi di Kaltim berasal dari aktivitas tambang mineral batubara (minerba). Mengingat komoditas minerba merupakan sumber daya energi tak terbarukan, perlu ada peralihan aktivitas ekonomi penunjang lainnya, seperti sektor pariwisata.
”Kami tidak mau seperti ini. Kami ingin transformasi ekonomi dengan diversifikasi sumber-sumber ekonomi baru, salah satunya pengembangan destinasi wisata. Kontribusi komoditas minerba terhadap ekonomi lebih dari 70 persen,” katanya.
Dalam uang itu berbicara banyak. Ada tokoh pahlawan, ada budaya, ada flora, ada fauna. Tidak ada uang di negara lain selengkap uang kita. Oleh karena itu, kita dihargai bahwa uang itu adalah ambasador dari pariwisata.
Pada periode 2023, pertumbuhan ekonomi regional Kaltim tercatat sebesar 6,22 persen secara tahunan atau lebih tinggi dibandingkan produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 5,06 persen. Capaian tersebut telah menyumbangkan 48,5 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Borneo.
Oleh sebab itu, kegiatan ekonomi di wilayah Kaltim perlu dijaga. Sebagai salah satu upaya untuk menjaga inflasi, pemerintah daerah telah membuat toko penyeimbang yang akan memasok kebutuhan pokok ketika harga bergejolak akibat permainan pasar.
Deputi Gubernur BI Doni P Joewono mengatakan, kehadiran BI dalam rangkaian ERB ke sini bukan sekadar mampir, tetapi memastikan uang yang beredar dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sebab, uang yang beredar bukan hanya soal alat transaksi.
”Dalam uang itu berbicara banyak. Ada tokoh pahlawan, ada budaya, ada flora, ada fauna. Tidak ada uang di negara lain selengkap uang kita. Oleh karena itu, kita dihargai bahwa uang itu adalah ambasador dari pariwisata,” tuturnya saat memberikan sambutan.
Pengembangan sektor pariwisata memang mampu menunjang perekonomian daerah dan negara. Namun, di sisi lain, sumber daya manusia yang menopang sektor pariwisata tersebut perlu mendapatkan perhatian lebih.