Pemilu Beri Kepastian, Kebijakan Suku Bunga Bikin Deg-degan
Sektor perbankan, properti, ”tower” telekomunikasi, dan konsumer nonprimer akan diuntungkan dari pemangkasan suku bunga.
JAKARTA, KOMPAS — Iklim investasi ritel, baik di pasar uang maupun pasar modal, di dalam negeri dinilai telah dapat membaca kepastian terkait hasil pemilu yang menentukan nasib Indonesia ke depan. Sementara itu, tren ekonomi global memberi ketidakpastian ke depan.
Pergerakan nilai di pasar uang dan pasar modal sangat bergantung pada situasi ekonomi dan kebijakan pemerintah. Pemungutan suara untuk Pemilu 2024 yang telah berlangsung 14 Februari menjadi salah satu faktor penentu yang dinanti masyarakat. Sebab, pemilu akan menghasilkan pemerintahan baru yang akan menentukan arah kebijakan ekonomi Indonesia selama lima tahun ke depan.
Meski belum diumumkan secara resmi, hasil hitung suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI 2024 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul atas dua pasangan calon lainnya.
Data di situs Pemilu2024.kpu.go.id menunjukkan, pasangan Prabowo dan Gibran unggul 58,91 persen, sampai Kamis (22/2/2024) pukul 11.00. Data itu dihimpun dari 74,54 persen jumlah tempat pemungutan suara, yang total mencapai 823.236 TPS.
Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menyampaikan, hasil itu memberi sinyal kuat pemilu hanya akan dilakukan satu putaran. Situasi ini memberi keyakinan bagi pelaku industri dan bisnis, termasuk investor ritel, untuk mengambil keputusan yang lebih ekspansif dalam hal investasi.
Analisis Mirae Asset sejauh ini melihat sentimen terkait pemilu hanya memberi efek jangka pendek terhadap pergerakan harga di pasar modal yang lebih cepat bereaksi terhadap situasi tersebut.
Baca juga: Euforia Hitung Cepat Pemilu Hanya Berefek Sesaat pada IHSG
Pemilu 2024 diprediksi tidak akan memberi peningkatan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibandingkan efek pemilu pada 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019 yang masing-masing memberi 77 persen, 92 persen, 214 persen, 47 persen, dan 17 persen peningkatkan pada investasi di awal tahun puncak pemilu.
Sentimen terkait pemilu hanya memberi efek jangka pendek terhadap pergerakan harga di pasar modal.
Situasi perekonomian justru akan paling menentukan dinamika pasar keuangan dan pasar modal dalam jangka yang lebih panjang. Variabel yang akan berpengaruh adalah kebijakan terkait suku bunga. ”Penurunan suku bunga akan disambut lebih positif oleh pasar,” ujar Rully.
Namun, kebijakan penurunan suku bunga yang akan menggairahkan kinerja investasi tampaknya tidak akan datang dalam waktu dekat. Bank Indonesia masih mempertahankan suku bunga acuan di posisi 6 persen sejak Oktober 2023.
Keputusan itu ditegaskan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (21/2/2024). Meningkatnya ketegangan geopolitik di sejumlah wilayah telah mengganggu mata rantai pasokan global, khususnya pangan dan energi, menjadi dasar BI merumuskan kebijakan tersebut. ”BI Rate untuk sementara waktu memang akan tetap kami pertahankan,” kata Perry.
BI membuka ruang bagi pemangkasan suku bunga acuannya pada semester II-2024 dengan mempertimbangkan sejumlah indikator. Ini terutama merujuk pada stabilitas nilai tukar rupiah yang diharapkan mampu menguat dan penurunan suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang akan berpengaruh pada nilai tukar rupiah dan sentimen investor di pasar modal.
Baca juga: Tahan Bunga Acuan, BI Optimistis Kredit Perbankan Tumbuh Dua Digit
Rully berpendapat, BI tidak harus menunggu terlebih dahulu the Fed menurunkan suku bunga. BI bahkan dinilai bisa lebih cepat mengambil keputusan dengan syarat inflasi tetap terkendali dan nilai tukar Rupiah, sesuai ekspektasi BI, tetap stabil dan cenderung menguat.
”Kalau The Fed diperkirakan menurunkan suku bunga pada Juni, saya perkirakan BI bisa menurunkan di bulan Mei, selama sudah ada sinyal kuat dari the Fed,” ujarnya.
Foto multieksposur memperlihatkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan yang berada di zona hijau pada perdagangan sesi pertama di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (15/2/2024). IHSG ditutup menguat 1,30 persen atau 93,54 poin ke level 7.303,28 pada akhir perdagangan Kamis atau sehari setelah pelaksanaan Pemilu 2024.
Menunggu sinyal kuat
Harapan akan penurunan suku bunga AS, yang akan berpengaruh ke Indonesia, belum akan terjadi dalam waktu dekat. Rully menilai otoritas moneter AS itu belum menunjukkan kepastian penurunan suku bunga dalam waktu dekat karena inflasi diperkirakan masih tinggi.
”Sekarang belum terbaca, masih melihat tren inflasi AS, terutama core PCE inflation (kenaikan harga rata-rata konsumsi domestik) yang lebih mencerminkan tren inflasi dalam jangka panjang,” kata Rully.
Suku bunga riil di banyak negara sudah berada pada level positif dan merupakan yang tertinggi dalam rata-rata tiga tahun terakhir.
Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma mengatakan, pihaknya cenderung lebih konservatif dalam mengasumsikan penurunan suku bunga The Fed. Jika sebelumnya ada asumsi The Fed akan menurunkan suku bunga di Maret 2024, mereka mengulur ekspektasi itu di semester II-2024. Tren ini juga akan diikuti negara-negara lain.
”Sebagian besar bank sentral di banyak negara juga sudah bersiap menurunkan suku bunga. Tidak hanya Amerika Serikat, berbagai negara sudah mencapai puncak suku bunga dan menantikan waktu untuk memangkas suku bunga. Suku bunga riil di banyak negara sudah berada pada level positif dan merupakan yang tertinggi dalam rata-rata tiga tahun terakhir, yang mengindikasikan bahwa suku bunga berada pada level restriktif,” papar Samuel dalam keterangannya.
Secara historis, pemangkasan suku bunga antara lain akan berdampak pada turunnya imbal hasil obligasi dan menjadi sumber volatilitas bagi pasar modal yang disukai investor. Indikator keuangan lainnya juga akan ikut terpengaruh akibat kebijakan semacam itu.
”Selama tiga siklus penurunan suku bunga The Fed sebelumnya, indikator makro dan pasar finansial Indonesia menunjukkan hasil yang positif, yakni melandainya nilai tukar rupiah terhadap dollar, arus masuk portofolio asing, penurunan imbal hasil obligasi, dan pemangkasan suku bunga bank sentral. Siklus pemangkasan The Fed pada tahun ini diharapkan memberikan hasil serupa bagi Indonesia,” tuturnya.
Sektor perbankan, properti, tower telekomunikasi, dan konsumer nonprimer akan diuntungkan dari sentimen pemangkasan suku bunga.
Di tengah kondisi global yang dinamis, ada rekomendasi investasi yang bisa dimanfaatkan investor ritel di pasar modal dalam jangka pendek. Pertama, di sektor perbankan, properti, tower telekomunikasi, dan konsumer nonprimer yang akan diuntungkan dari sentimen pemangkasan suku bunga.
”Sebagai porsi defensif, kami mengunggulkan sektor telekomunikasi karena karakteristik industri cenderung resilien mengingat data merupakan kebutuhan pokok. Selain itu, konsolidasi industri memungkinkan bagi emiten untuk menaikkan harga data secara gradual yang positif bagi margin,” ujarnya menjelaskan.
Kedua, investasi di sektor yang berhubungan dengan bahan baku untuk industri energi baru terbarukan berpotensi bertumbuh secara struktural. Transisi menuju era dekarbonisasi dinilai menguntungkan bagi Indonesia yang kaya komoditas teknologi energi baru terbarukan.