Menerka Instrumen Investasi Paling Menguntungkan di Tahun Pemilu
Pada 2014, investasi saham jadi yang tertinggi memberikan imbal hasil. Tahun 2019 giliran emas. Bagaimana 2024?
Hari pencoblosan, 14 Februari 2024, sudah lewat. Berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga, hasilnya sudah tampak sekalipun tidak tertutup kemungkinan adanya gugatan hasil pemilu. Namun, setidaknya, fase wait and see investor sudah selesai.
Kini saatnya investor kembali ”bergerak”. Namun, pertanyaan klasiknya tak berubah, instrumen investasi apa yang menguntungkan? Lebih spesifik lagi, instrumen investasi apa yang paling menguntungkan pada tahun pemilu?
Dalam artikel ini, setidaknya ada tiga instrumen investasi yang akan disinggung, yakni pasar modal, deposito rupiah, dan jual-beli logam mulia atau emas. Pemilihan tiga instrumen investasi ini semata karena sudah cukup dikenal masyarakat.
Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan perdana sehari setelah pemilu itu melonjak 93,54 poin atau menguat 1,30 persen sehingga perdagangan hari itu ditutup pada level 7.303,28.
Pada Kamis, 15 Februari 2024, lantai bursa ”berguncang”. Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan perdana sehari setelah pemilu itu melonjak 93,54 poin atau menguat 1,30 persen sehingga perdagangan hari itu ditutup pada level 7.303,28. Bahkan, pada perdagangan hari itu, IHSG sempat melompat hingga menyentuh 7.365,68 poin.
Fenomena melonjaknya IHSG pascapemilu ini mengingatkan kembali pada peristiwa serupa satu dekade lalu. Mengutip arsip Pusat Informasi Kompas (PIK) pada perdagangan 10 Juli 2014 atau sehari setelah pemilu dilaksanakan, pasar modal juga berguncang karena IHSG menguat 73 poin atau 1,46 persen sehingga menyentuh level 5.098,01.
Arsip Kompas, 11 Juli 2014, berita mengenai IHSG melonjak sehari setelah pemilu berlangsung pada saat itu.
Para analisis pasar modal dan ekonom menilai lonjakan itu disebabkan berdasarkan hasil hitung cepat, pasangan capres dan cawapres yang memperoleh suara tertinggi adalah sosok yang digemari pasar. Dampaknya, pasar modal pun ikut bergairah. Ditopang penyelenggaraan pemilu yang relatif tertib, IHSG sepanjang 2014 terus melaju hingga meningkat 21,70 persen sepanjang tahun.
Dibandingkan dengan bunga deposito dan jual-beli emas, peningkatan IHSG kala itu menawarkan imbal hasil yang jauh lebih besar. Mengutip Statistik Perbankan Indonesia, bunga deposito rupiah untuk jangka waktu satu tahun pada 2014 rata-rata 8,13 persen hingga 9,06 persen.
Pada 2019, misalnya, sang jawara instrumen investasi dengan imbal hasil terbesar bukan disandang oleh investasi pasar modal.
Adapun harga emas cenderung stabil sepanjang 2014, yakni tumbuh 0,91 persen. Tahun itu, IHSG menjadi instrumen investasi dengan tingkat pertumbuhan paling menguntungkan.
Apakah setiap tahun pemilu investasi di pasar modal menjadi instrumen dengan imbal hasil terbesar? Jawabannya ternyata tidak. Pada 2019, misalnya, sang jawara instrumen investasi dengan imbal hasil terbesar bukan disandang oleh investasi pasar modal.
Jajak Emas Digital (Riset Litbang Kompas)
Gerak cepat IHSG pada 2014 tidak terulang pada 2019. IHSG pada 2019 hanya tumbuh 1,9 persen sepanjang tahun. Tahun itu bak roller coaster bagi para investor ritel pasar modal. IHSG terus naik turun sepanjang tahun.
Di antara pasar modal, deposito rupiah, dan jual-beli emas, jawara instrumen investasi yang memberikan keuntungan paling besar pada 2019 adalah emas. Pada 2019, harga logam mulia melonjak 41,72 persen, dari Rp 544.000 per gram di awal tahun menjadi Rp 771.000 per gram di akhir tahun.
Jadi, jawara instrumen investasi pada Pemilu 2014 dan 2019 tidak sama. Pada 2014, investasi saham di pasar modal menjadi jawaranya. Sementara pada 2019, investasi jual-beli emas jawaranya. Lantas bagaimana pada 2024?
Euforia sesaat
Praktisi pasar modal dan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan, lonjakan kenaikan IHSG sehari setelah pemilu pada pekan lalu itu lebih pada dorongan euforia semata. Para investor yang sudah lama menahan transaksi di pasar modal karena melihat dan menanti (wait and see) kini sudah kembali melantai di bursa.
Kembalinya kegiatan investasi di bursa itu karena investor sudah merasa mendapatkan kepastian hasil pemilu. Penghitungan cepat oleh sejumlah lembaga, termasuk harian Kompas, telah menunjukkan hasilnya. Sekalipun demikian, hasil definitifnya tetap harus menunggu keputusan KPU.
”Para investor euforia dan lega karena sudah ketahuan pemenangnya. Pemilunya juga berjalan tertib tanpa kerusuhan. Itu sentimen positif di pasar modal,” ujar Budi yang dihubungi pada Kamis (22/2/2024).
Infografik Tips Hindari Investasi Bodong
Namun, ia mengingatkan, pertumbuhan pasar modal yang sesungguhnya itu semestinya didorong oleh fundamental perekonomian nasional dan global. Dengan perekonomian Indonesia akan tumbuh sekitar 5 persen, ada potensi juga IHSG untuk terus bertumbuh.
Tidak hanya perekonomian domestik, dorongan pasar modal Tanah Air juga tidak lepas dari bagaimana kondisi global. Ia menambahkan, 20-30 persen emiten di Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang komoditas, seperti perkebunan sawit dan tambang batubara.
Oleh karena itu, harga komoditas global dan permintaan ekspor sangat memengaruhi kinerja pasar modal Indonesia. Saat harga komoditas terkerek naik, kinerja perusahaan terkait pun ikut naik. Harga sahamnya pun ikut melonjak sehingga pada ujungnya IHSG juga ikut naik.
Dua puluh hingga 30 persen emiten di Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang komoditas, seperti perkebunan sawit dan tambang batubara.
Begitu juga dengan kondisi arus modal investor dunia. Saat Indonesia kedatangan arus modal masuk ke pasar modal, IHSG pun bisa terkerek naik. Dengan berbagai pertimbangan itu, Budi melanjutkan, investasi saham di pasar modal belum tentu akan menjadi jawara instrumen investasi pemberi imbal hasil terbesar tahun ini.
Investasi jual-beli emas, Budi menambahkan, punya potensi baik. Sebab, dunia saat ini sedang mengalami ketidakpastian. Saat itulah para investor mencari aset investasi yang bisa memberikan kepastian dan keamanan, seperti emas. Permintaan emas melonjak, sementara pasokannya tetap. Alhasil, harga emas pun berpeluang naik.
Profil risiko dan kebutuhan
Budi juga menyarankan, masyarakat bisa berinvestasi di obligasi negara ritel (ORI). Selain memberikan imbal hasil yang stabil dan aman karena dijamin negara, masyarakat bisa ikut berpartisipasi untuk pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Penasihat keuangan sekaligus pendiri Oneshildt Financial Planning, Risza Bambang, menyarankan, masyarakat tetap berinvestasi sesuai dengan profil risiko dan karakteristiknya. Selain itu, keputusan berinvestasi juga harus sesuai dengan kebutuhannya. Masyarakat juga harus merencanakan kebutuhan investasinya itu baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang.
Baca juga: Lebih Konservatif Berinvestasi di Puncak Masa Pemilu
”Jika ada dana sisa yang menjadi kelebihan, bisa dipertimbangkan dipakai untuk investasi spesial sesuai dengan momentum situasi ekonomi yang terjadi. Namun, harus berhati-hati dan jangan sampai menimbulkan kerugian yang akan merusak semua perencanaan keuangan kebutuhan masa depan,” ujar Risza, Kamis.
Jadi, bukan soal instrumen investasi apa yang menjadi juara di tahun pemilu. Terpenting adalah tetap berinvestasi sesuai dengan profil risiko, kebutuhan, sambil mencermati peluang dan tantangan yang ada.