Pelaku industri perbankan meyakini pemangkasan suku bunga acuan akan berdampak terhadap penyaluran KPR pada 2024.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah era tingginya tingkat suku bunga acuan, industri perbankan mampu menyalurkan kredit perumahan rakyat atau KPR dengan torehan positif. Kendati demikian, para pelaku industri perbankan mengharapkan akan terjadi pemangkasan suku bunga acuan pada 2024 sehingga pertumbuhan KPR dapat lebih menggeliat.
Hingga saat ini, Bank Indonesia masih mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya 6 persen setelah menaikkannya sebesar 25 basis poin pada Oktober 2023. Keputusan tersebut tidak lepas dari kebijakan suku bunga acuan negara maju, seperti bank sentral Amerika Serikat (The Fed), yang masih tetap tinggi di kisaran 5,25-5,5 persen.
Dalam kondisi itu, penyaluran KPR oleh industri perbankan domestik masih tumbuh positif. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran KPR oleh bank umum per November 2023 telah menyentuh Rp 654 triliun atau tumbuh 12,59 persen secara tahunan. Capaian tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada periode yang sama, yakni sebesar 9,74 persen.
Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Handayani mengatakan, dengan berbagai penyesuaian strategi bisnis, penyaluran KPR oleh BRI tetap bertumbuh secara agresif. Di tengah suku bunga acuan sebesar 6 persen, pertumbuhan KPR BRI mampu menembus 16 persen secara tahunan pada 2023.
”Harapan kami, tren suku bunga acuan yang menurun akan lebih meningkatkan minat dan niat masyarakat dalam membeli properti baik sebagai hunian maupun instrumen investasi jangka panjang yang menguntungkan. Di sisi lain, BRI tentu siap melayani masyarakat dalam pemilikan properti melalui produk KPR BRI yang beragam sesuai kebutuhan nasabah,” katanya saat dihubungi, Selasa (13/2/2024).
BRI memproyeksikan, penyaluran KPR pada 2024 akan tumbuh dua digit pada kisaran 17-18 persen. Selain mengoptimalkan potensi nasabah muda yang sangat membutuhkan fasilitas KPR, kabar dari The Fed yang berencana menurunkan suku bunga acuan akan menjadi sentimen positif bagi perbankan dan industri properti. Hal diperkirakan bakal meningkatkan keinginan sekaligus kemampuan nasabah yang ingin mendapatkan rumah dengan penawaran terbaik.
Capaian positif penyaluran KPR tersebut juga dialami PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. Selama 2023, penyaluran KPR oleh BNI tercatat tumbuh sebesar 9,3 persen secara tahunan menjadi Rp 58,45 triliun.
Ke depan, dengan penurunan suku bunga diharapkan dapat memberikan sentimen positif terhadap pertumbuhan KPR. Pada 2024, kami optimistis dapat menargetkan pertumbuhan KPR di atas 9 persen secara tahunan.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan, capaian pertumbuhan KPR tersebut menandai permintaan kredit dari segmen perumahan masih sangat tinggi. Oleh sebab itu, pihaknya berupaya untuk terus mendorong berbagai program dan inovasi layanan digital yang mampu mempermudah proses pencarian properti idaman sekalipus percepatan administrasi pengajuan kredit.
”Ke depan, dengan penurunan suku bunga diharapkan dapat memberikan sentimen positif terhadap pertumbuhan KPR. Pada 2024, kami optimistis dapat menargetkan pertumbuhan KPR di atas 9 persen secara tahunan,” ujarnya.
Selain perbankan badan usaha milik negara (BUMN), kinerja postif KPR juga dirasakan perbankan swasta, salah satunya PT Bank Central Asia Tbk atau BCA. Per Desember 2023, outstanding KPR BCA tercatat tumbuh 11,7 persen secara tahunan menjadi Rp 121,8 triliun.
Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryn menuturkan, dalam menentukan suku bunga, BCA terus mencermati perkembangan kebijakan suku bunga BI serta dinamika perekonomian global. Selain penyesuaian, BCA turut memberikan potongan harga, baik asuransi jiwa sebesar 10 persen maupun biaya admin sebesar 50 persen.
”BCA berupaya menjaga tingkat suku bunga kredit pada level yang dapat diterima pasar. Untuk KPR, saat ini BCA memberikan bunga spesial 2,67 persen flat selama setahun dan beragam pilihan bunga lainnya sebagai solusi finansial memenuhi kebutuhan nasabah,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah mengusulkan skema KPR dengan jangka waktu 35 tahun. Dengan menggandeng perbankan, program terebut diharapkan dapat mengatasi kesenjangan antara permintaan dan penawaran perumahan (backlog) sekitar 9,9 juta unit.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN Nixon LP Napitupulu menyampaikan, rencana skema KPR 35 tahun sangat memungkinkan dan pihaknya turut mendukung program pemerintah tersebut. Namun, ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni penyediaan likuiditas jangka panjang dari sisi perbankan dan kecenderungan konsumen yang enggan menanggung bunga KPR lebih lama.
”Ini (skema KPR 35 tahun) masih menjadi diskusi kami bersama Kementerian Keuangan terkait mekanisme pemberian subsidi untuk KPR dalam jangka yang pendek, tetapi di sisi lain masa kreditnya diperpanjang,” ujar Nixon dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja BTN 2023, di Jakarta, Senin (12/2/2024).
Menurut Nixon, para debitor KPR cenderung akan melunasi seluruh cicilannya rata-rata ketika menginjak tahun kedelapan hingga kesepuluh periode pencicilan meski tenor yang diambil 20 tahun. Oleh sebab itu, dia mengusulkan agar pemberian subsidi KPR oleh pemerintah hanya sampai sepuluh tahun.
Dengan skema tersebut, diharapkan akses terhadap KPR subsidi dapat lebih luas dan menjangkau lebih banyak kalangan. ”Kalau tadinya selama setahun kuotanya untuk 200.000 penerima, bisa bertambah menjadi 400.000 penerima sehingga aksesnya jauh lebih luas,” kata Nixon.
Per Desember 2023, BTN mencatatkan pertumbuhan KPR mencapai 10,4 persen secara tahunan menjadi Rp 257,92 triliun. Dari total pertumbuhan tersebut, penyaluran KPR bersubsidi tercatat tumbuh 10,9 persen secara tahunan menjadi Rp 161,74 triliun, sedangkan KPR nonsubsidi tercatat tumbuh 9,5 persen menjadi Rp 96,17 triliun pada 2023.
Pada 2024, BTN optimistis menargetkan penyaluran KPR nonsubsidi pada 2024 sekitar Rp 116 triliun atau naik 20-28 persen dibandingkan tahun lalu. Hal ini mempertimbangkan masih tingginya tren animo masyarakat untuk memiliki hunian dan sentimen penurunan tingkat suku bunga acuan pada semester II-2024.