Saham Jatuh Efek Boikot Israel, Perusahaan Perlu Fokus Perbaiki Citra
Boikot atas produk seperti Unilever di Indonesia berdampak pada kinerja perusahaan dan diikuti turunnya harga saham.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan yang dianggap berafiliasi dengan Israel masih mengalami efek kejatuhan akibat boikot masyarakat. Upaya memperbaiki citra ke masyarakat disarankan untuk terus dilakukan guna menjaga kinerja perusahaan di tengah persaingan usaha.
Perusahaan itu salah satunya PT Unilever Indonesia Tbk (dengan kode emiten UNVR), perusahaan produk konsumen global yang terdaftar di Indonesia sejak 1980. Perusahaan tercatat di pasar modal ini mengalami penurunan harga saham yang signifikan sejak Senin (12/2/2024), yang pada awal perdagangan dibuka di angka Rp 3.020, ditutup di posisi Rp 2.920.
Penurunan pun masih berlanjut hari ini, Selasa (13/2/2024). Pada perdagangan hari ini, harga saham UNVR dibuka Rp 2.840. Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memprediksi, tertembusnya posisi support pada awal hari ini, maka saham diperkirakan akan kembali turun dan menguji posisi Rp 2.680-Rp 2.760.
”Secara teknikal, kami melihat masih ada rawan lanjutan koreksi meskipun tidak menutup kemungkinan rebound dalam jangka pendek,” katanya kepada Kompas.
Level harga saham UNVR awal tahun ini menjadi yang terendah setidaknya dalam sepuluh tahun terakhir. Mengutip laporan keuangan mereka di 2022, rata-rata harga saham pada 2013 sebesar Rp 5.200, lalu pada 2022 ada di posisi Rp 4.700.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Abyan H Yuntoharjo, dalam laporannya mengaitkan penurunan harga saham tersebut dengan boikot yang dilakukan masyarakat pada beberapa produk Unilever di bulan November dan Desember 2023. Ini tecermin dari penurunan kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan terakhir mereka.
”Ini berdampak signifikan pada segmen produk home and personal care (HPC) serta food and refreshment (F&R),” katanya.
Segmen perawatan pribadi dan rumah hanya berhasil mencatatkan pendapatan masing-masing sebesar Rp 5,2 triliun pada triwulan keempat 2023 yang turun 21,6 persen dibandingkan triwulan sebelumnya dan produk makanan sebesar Rp 2,9 triliun atau turun 18,8 persen secara triwulan.
Jika dibedah lebih lanjut, pendapatan dari produk kecantikan dan perawatan pribadi pada 2023 turun 7 persen secara tahunan (kontribusi penjualan 44 persen), produk perawatan di rumah turun 8,2 persen (kontribusi penjualan 21 persen), dan makanan menurun 1,7 persen (senilai 33 persen dari total kontribusi).
Laba bersih Unilever pada triwulan IV-2023 anjlok 18,7 persen secara tahunan menjadi Rp 612 miliar. Ini membuat laba bersih sepanjang tahun 2023 berkurang 11 persen dibandingkan tahun 2022 menjadi Rp 4,8 triliun.
Perusahaan makanan cepat saji seperti McDonald’s juga ikut terdampak aksi boikot atas konflik Israel-Hamas di Timur Tengah yang bermula pada peristiwa 7 Oktober 2023. McDonald’s yang tercatat di bursa asing dengan nama MCDN, harga sahamnya juga jatuh karena sentimen tersebut saat konflik pertama kali meletus, harga sama anjlok dari sekitar 280 dollar AS menjadi turun hingga titik terendah hampir 240 dollar AS per saham.
Sikap masyarakat yang melawan agresi Israel dengan tidak membeli produk restoran cepat saji itu, dikutip dari Reuters, mengakibatkan penjualan triwulan terakhir 2023 yang dirilis awal 2024 meleset dari tren hampir empat tahun terakhir. Laporan ini pun membuat harga saham turun 4,5 persen menjadi 283,74 dollar AS pekan kedua Februari 2024.
Chief Executive Officer Chris Kempczinski, dilansir dari Investopedia, mengatakan, konflik di Timur Tengah memiliki dampak yang berarti terhadap kinerja di beberapa pasar luar negeri. Meskipun dampak yang paling nyata dari boikot terjadi di Timur Tengah, mereka juga melihat dampaknya di negara-negara Muslim lainnya, seperti Malaysia dan Indonesia.
”Selama perang masih berlanjut, kami tidak memperkirakan akan ada kemajuan signifikan dalam hal ini,” ungkap Kempczinski.
Perusahaan lain yang terdampak aksi boikot di negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia seperti Indonesia antara lain pewaralaba Starbucks (SBUX).
Abyan menjelaskan, sejak ramai aksi boikot dan informasi palsu produk mereka, Unilever secara aktif mengatasinya dengan melakukan edukasi ke konsumen lewat investasi iklan dan inovasi produk untuk meredam persaingan. Namun ke depan, ia melihat persaingan yang semakin ketat dari beberapa kompetitor di segmen produk yang sama yang berpotensi melemahkan potensi pertumbuhan penjualan perseroan.
”Prioritas perseroan di semester pertama 2024 ini fokus dalam memitigasi dan menghilangkan sentimen negatif seputar merek mereka melalui edukasi konsumen,” pesannya.
Upaya sama juga dilakukan McDonald’s di Indonesia yang dikelola PT Rekso Nasional Food. Sebagai respons dari boikot, perusahaan tersebut menunjukkan dukungan mereka terhadap Palestina di akhir tahun lalu dengan menyalurkan bantuan kemanusiaan untuk korban konflik antara Hamas dan Israel di wilayah Gaza senilai Rp 1,5 miliar lewat Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI.
Aksi serupa juga dilakukan PT Fast Food Indonesia Tbk, pemegang waralaba KFC Indonesia, yang menyalurkan bantuan senilai Rp 1,5 miliar untuk membantu warga Palestina yang terlibat konflik dengan Israel. Strategi memperbaiki penjualan juga dilakukan peritel tersebut dengan menebar skema potongan harga dan nilai tambah pembelian.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Induansjah menambahkan, saat ini, boikot terhadap ritel ataupun produk yang dianggap pro terhadap Israel sudah mulai mereda. Hal ini ikut memperbaiki penjualan yang turun sebesar 30-40 persen, yang juga disebabkan alasan lain, seperti ketidaktersediaan stok dan penurunan daya beli.
”Masyarakat mulai menyadari bahwa boikot lebih banyak merugikan ekonomi kita sendiri daripada ekonomi Israel. Jadi, sebenarnya ritel sudah menuju pemulihan, tetapi masih dalam proses pengembalian perlahan-lahan,” ujar Budihardjo (Kompas.id, 12/2/2024).