”Live Shopping” Masih Diandalkan untuk Perluas Pasar
Penjualan produk UMKM tak cukup dilakukan lewat toko fisik. Penjualan secara daring terkadang lebih efektif.
Fatkhurrozaq (32), pendiri Grosir Klamby yang berlokasi di Pekalongan, Jawa Tengah, mulanya bekerja sebagai aparatur sipil negara, sementara istrinya sebagai karyawan swasta. Pasangan ini memiliki kesamaan, yaitu sama-sama bersemangat berwirausaha pakaian batik.
Mereka lantas mulai memproduksi dan menjual pakaian batik lewat Tiktok Shop Indonesia pada 2022 lalu. Saat ini, akun Grosir Klamby di Tiktok memiliki 1,6 juta pengikut.
”Sebelum berjualan batik di Tiktok Shop Indonesia, kami lebih dulu menjadi reseller batik lewat berbagai lokapasar. Lalu, kami menyadari proses membatik batik Pekalongan itu berbeda dengan batik dari daerah lain. Kami ingin belajar dan memperkenalkan batik Pekalongan lebih luas,” ujar Rozaq, panggilan akrabnya, saat ditemui di sela-sela peluncuran program #MelokalDenganBatik oleh Tiktok Shop Indonesia dan Tokopedia, Senin (5/2/2024), di Yogyakarta.
Rozaq sengaja menjual pakaian batik yang diproduksi sendiri lewat Tiktok Shop Indonesia dengan alasan platform ini adalah salah satu platform media sosial dengan pengguna usia muda terbanyak. Selain itu, fasilitas fitur membuat konten video streaming di platform Tiktok juga memiliki beragam pilihan.
Baca juga: Bertahan dari Gempuran Pasar Daring, Kreatif Merangkul Kemajuan Teknologi
Sekali live di Tiktok, ribuan pesanan berhasil dibukukan oleh Grosir Klamby. Kebanyakan pemesanan datang dari konsumen di DKI Jakarta dan Jawa Barat. ”Kami sempat membuka toko luring, tetapi karena order daring membeludak, kami menjadikan toko luring sebagai fasilitas pengemasan pesanan,” imbuhnya.
Apa yang dilakukan oleh Grosir Klamby juga dilakukan oleh sejumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) produsen pakaian batik, seperti Kencana Putri Batik dan Batik Paduka. Keduanya cukup populer di Tiktok. Kencana Putri Batik asal Yogyakarta mulai berjualan di Tiktok pada Oktober 2021, lalu viral dan menghasilkan pesanan hingga 150 potong per hari.
Sementara UMKM Batik Paduka mulai berjualan di Tiktok pada 26 Januari 2022 setelah menghadapi penurunan penjualan luring akibat pandemi Covid-19. Pada saat Ramadhan tahun 2023, Batik Paduka aktif live di Tiktok dan dalam tiga jam barang dagangan mereka selalu laris terjual.
Ruang lebih luas
CEO Rianty Batik Aditya Suryadinata, yang ditemui di toko Rianty Batik di Malioboro, Yogyakarta, Selasa (6/2/2024), mengatakan, pihaknya berencana akan menggencarkan live shopping di tahun ini. Kendati demikian, Rianty Batik sudah memiliki toko daring di lokapasar sejak 2016. Kehadiran toko daring di lokapasar membantu Rianty Batik bertahan saat pembatasan sosial karena pandemi Covid-19 pada 2020 lalu.
”Rianty Batik didirikan orangtua saya pada 2007, lalu saya mulai meneruskan pada 2015. Saat pertama kali merintis, orangtua belum sampai memikirkan strategi pencitraan produk dan go online. Sewaktu saya teruskan, saya melihat peluang berjualan secara daring besar,” tuturnya.
Baca juga: Lokapasar Memudahkan Penjualan Batik
Rianty Batik memiliki pabrik sendiri di Bandung, Jawa Barat, dan ada pula yang bekerja sama dengan perajin batik cap/tulis di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Penjualan luring dilakukan di 13 toko yang berdiri sendiri (stand alone) ataupun yang ada di dalam mal. Persebarannya mencakup, antara lain, Yogyakarta, Jakarta, hingga di Medan, Sumatera Utara.
Kami memandang, potensi pasar batik di Indonesia itu besar, termasuk dari pasar daring.
Pelanggan Rianty Batik berasal dari dalam dan luar negeri. Keragaman model mode pakaian untuk perempuan, laki-laki, dan anak-anak membuat Rianty Batik memiliki sejumlah pelanggan loyal dari daring maupun luring.
”Sekitar 20–25 persen omzet kami datang dari penjualan daring. Kami memandang, potensi pasar batik di Indonesia itu besar, termasuk dari pasar daring. Sebab, batik sekarang bisa dipakai untuk beraktivitas sehari-hari,” kata Aditya.
Ia menambahkan, meski perluasan akses pasar pakaian batik sudah semakin mudah dengan hadirnya platform e-dagang, pencitraan merek lokal harus terus diperkuat. Berdasar pengalamannya, sepanjang merek lokal dikenal, konsumen akan tetap mencari merek tersebut.
”Mungkin, UMKM produsen pakaian batik lokal perlu diberi ekstra traffic (ruang lebih luas) oleh platform e-dagang supaya semakin dikenal masyarakat,” ucapnya.
Segmen berbeda
Mengutip laman Balai Besar Kerajinan dan Batik Kementerian Perindustrian, jumlah unit industri batik berskala mikro, kecil, dan menengah mencapai sekitar 2.951 unit.
Nilai ekspor batik pada 2022, sesuai data Badan Pusat Statistik, mencapai sekitar 64,56 juta dollar AS, naik 35 persen dibandingkan dengan tahun 2021 yang berkisar 46,24 juta dollar AS. Pada periode Januari-April 2023, nilai ekspor batik mencapai 26,7 juta dollar AS.
Baca juga: Goto dan Tiktok Gandeng UGM Kembangkan Talenta Digital
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta Srie Nurkyatsiwi mengatakan, di Yogyakarta berkembang produsen dan reseller batik. Dia tidak memiliki angka pasti berapa banyak unit usaha batik. Kendati demikian, ia mengamati bahwa memperjualbelikan batik di platform e-dagang memiliki segmen pasar yang beragam.
”Masih ada konsumen yang ingin membeli pakaian atau kain batik harus memegang (kainnya) dulu. Ada pula konsumen yang mau beli secara daring jika sudah lebih dulu percaya terhadap merek atau perajin batik tertentu,” ucap Srie.
Laporan Tiktok bersama Accenture menyebutkan, potensi pasar bisnis belanja berbasis konten hiburan atau shoppertainment diprediksi sebesar 1 triliun dollar AS di Asia Pasifik pada 2025. Di Indonesia, nilainya diperkirakan 27 miliar dollar AS.
Faktor internet
Desainer batik Era Soekamto, saat dihubungi terpisah, berpendapat, salah satu penanda globalisasi adalah dunia digital. Di era sebelum internet booming, penjualan hanya dilakukan melalui toko luring atau menjajakan barang dari rumah ke rumah. Kini penjualan sudah bisa melalui platform e-dagang.
Dengan adanya internet pula, pembatik dari berbagai daerah di Indonesia yang memiliki karakter dan budaya masing-masing semakin dapat diketahui oleh masyarakat, lalu membelinya. Sebagai gambaran, jika dulu membeli batik trusmi, orang harus datang ke Cirebon terlebih dulu. Kini, orang bisa memesan batik trusmi melalui platform e-dagang.
Di era sebelum internet ’booming’, penjualan hanya dilakukan melalui toko luring atau menjajakan barang dari rumah ke rumah. Kini penjualan sudah bisa melalui platform e-dagang.
Batik tulis dan batik cap cenderung lebih pricey karena proses pembuatannya yang manual dan semimanual. Akibatnya, tidak semua kalangan masyarakat bisa membeli.
Namun, pangsa pasar batik sebenarnya memiliki potensi yang besar di dalam negeri dan ini salah satunya dipengaruhi oleh fenomena budaya memakai batik untuk pergi bekerja atau bersekolah.
”Maka, ada sejumlah pebisnis mengambil peluang itu. Salah satunya melalui produksi dan berdagang batik cetak (printing). Tekstil bermotif batik, tepatnya,” kata Era.
Produk seperti itu (batik cetak), menurut dia, tidak bisa disebut sebagai batik. Disebut batik jika diproduksi menggunakan malam (lilin untuk membatik), lalu pola kain dibuat dengan menggunakan canting atau cap. Selanjutnya adalah melewati tahapan krusial, seperti sistem pewarnaan buka tutup.
Lebih jauh, lanjut Era, maraknya anak muda memproduksi dan menjual batik merupakan fenomena yang positif. Ini berarti ada regenerasi pembatik. Anak muda umumnya lebih melek teknologi sehingga dapat mempermudah penjualan batik lewat platform e-dagang sekaligus pengayaan motif batik.
”Namun, (fenomena maraknya anak muda memproduksi dan menjual batik) perlu diikuti dengan edukasi dan tanggung jawab. Pendidikan untuk preservasi pakem batik. Misalnya, batik truntum itu maknanya apa,” ujarnya.
Era menambahkan, hal yang harus diperhatikan dari kemunculan anak muda menjual batik lewat live shopping adalah persoalan harga jual batik. Konsumen bisa memperoleh harga jual batik yang relatif rendah karena membeli langsung melalui tangan pertama atau tidak lagi melalui rantai distribusi. Ini akan menimbulkan persaingan dalam hal harga kain batik.
Baca juga: Belanja Pakaian lewat Fitur ”Live Shopping” Paling Populer