Kapasitas Internet Terpasang untuk Layanan Publik Baru 15 Persen
Setelah dihitung ulang, kapasitas Satria-1 hanya mampu mencukupi kebutuhan di 37.000 lokasi.
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kapasitas internet yang dibutuhkan untuk layanan publik pemerintahan di Indonesia diperkirakan lebih dari 1 terabit. Sejauh ini, sesuai data Kementerian Komunikasi dan Informatika, pemenuhannya baru 15 persen dari kapasitas yang dibutuhkan.
”Layanan publik yang butuh akses internet berada di 150.000 titik lokasi. Dari hitungan kami, titik-titik tersebut memerlukan kapasitas internet lebih dari 1 terabit (TB). Infrastruktur telekomunikasi di bawah tanggung jawab kami, termasuk Satelit Republik Indonesia (Satria)- 1 yang sudah beroperasi, baru bisa memenuhi sekitar 15 persen dari total kebutuhan tersebut,” ujar Kepala Divisi Infrastruktur Satelit Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Bakti Kemenkominfo) Sri Sanggrama Aradea, Selasa (30/1/2024), di Jakarta.
Menurut dia, semula Satria-1 yang sudah berkapasitas 150 gigabit (GB) dinilai mampu memenuhi kebutuhan internet layanan publik di 150.000 lokasi itu. Namun, setelah dihitung ulang, kapasitas Satria-1 hanya mampu mencukupi kebutuhan di 37.000 lokasi.
Aradea menyampaikan, nantinya semua layanan intrapemerintah juga akan memakai infrastruktur telekomunikasi di bawah Bakti Kemenkominfo. Oleh karena itu, pemerintah sudah mencanangkan adanya proyek infrastruktur telekomunikasi baru, antara lain sambungan kabel jaringan tulang punggung Palapa Ring integrasi dan Satria-2.
Untuk Satria-2, khususnya, proyek ini telah masuk green book Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Kemenkominfo juga telah menjajaki sejumlah peluang sumber pendanaan.
”Satria-2 kemungkinan menggunakan jenis satelit geostasioner, sama seperti Satria-1. Kami belum tahu apakah memungkinkan memakai jenis satelit orbit rendah. Kami tekankan, kalaupun jadi terlaksana proyek baru satelit dan Palapa Ring integrasi, proyek ini tidak akan bersifat komersial alias bersaing dengan milik operator telekomunikasi seluler,” ucap Aradea.
Terus tumbuh
Dosen Kelompok Keahlian Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), M Ridwan Effendy, berpendapat, dari tahun ke tahun, kebutuhan kapasitas internet terus bertambah. Pertumbuhan permintaan kapasitas lebih cepat dibandingkan kapasitas terpasang di satelit.
”Kapasitas selalu habis seusai satelit diluncurkan,” kata Ridwan.
Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, ia berpendapat bahwa satelit telekomunikasi akan selalu dibutuhkan untuk memenuhi permintaan akses internet masyarakat. Ia menyarankan agar, di luar pemenuhan layanan publik, pemerintah perlu memberi peluang kepada swasta dan badan usaha milik negara untuk menyediakan satelit. Pembangunannya dapat menggunakan insentif berupa dana pelayanan universal dan anggaran negara.
Ia menambahkan, demi memenuhi besarnya kebutuhan akses internet melalui telekomunikasi, Indonesia bisa memperoleh slot satelit yang sulit didapat lewat satelit asing yang sudah ada. Namun, pemerintah perlu memiliki kendali kedaulatan melalui kewajiban gateway dan sistem pemantauan jaringan yang terhubung ke satelit di Indonesia.
Ketua Bidang Infrastruktur Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot menambahkan, secara global, permintaan akses internet dari satelit telekomunikasi juga tinggi. Hal ini mendorong industri angkasa sebagai sektor yang bergairah dan punya nilai ekonomi besar. Dalam 60 tahun terakhir sudah ada 11.000 satelit yang diluncurkan.
Sepanjang 2022, nilai ekonomi angkasa secara global mencapai 384 miliar dollar AS. Sebanyak 281 miliar dollar AS atau 73 persen berasal dari industri satelit. Sebanyak 281 miliar dollar AS pendapatan industri satelit tahun 2022 sudah mencakup layanan, manufaktur perakitan, dan peluncuran satelit.