HET Beras dan Harga Acuan Gula Akan Dievaluasi Lagi
HET beras pada tahun ini berpotensi dinaikkan pemerintah jika harga beras saat panen raya pada April 2024 masih tinggi.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kantor Staf Presiden mengusulkan perlunya mengkaji dan mengevaluasi harga eceran tertinggi atau HET beras dan harga acuan penjualan gula pasir di tingkat konsumen. Langkah itu diperlukan lantaran harga kedua bahan pangan pokok itu sudah lama stabil tinggi dan cenderung naik.
Berdasarkan data Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), per 29 Januari 2024, harga rerata nasional beras medium Rp 13.500 per kilogram (kg), naik 14,44 persen secara tahunan. Harga tersebut di atas harga rerata nasional tertinggi beras medium tahun lalu yang terjadi pada Oktober, yakni Rp 13.210 per kg.
Harga beras medium itu juga di atas HET yang ditetapkan pemerintah Rp 10.900-Rp 11.800 per kg berdasarkan zonasi. Harga rerata nasional beras medium itu bertahan tinggi di kisaran Rp 13.000-Rp 13.500 per kg sejak Oktober 2023 hingga 29 Januari 2024.
Deputi III Kepala Staf Kepresidenan Edy Priyono, Senin (29/1/2024), mengatakan, pada awal tahun ini, kenaikan harga beras tidak terlalu tinggi. Namun, harganya sudah lama cenderung stabil tinggi sehingga masuk kategori harga pangan yang tidak aman atau bermasalah. Kondisi itu membuat HET beras sudah tidak efektif lagi.
”Jangan-jangan struktur biaya produksinya sudah naik sehingga memunculkan harga baru. Kalau memang iya, perlu ada tinjauan apakah HET beras harus dipertahankan atau tidak,” ujarnya dalam Rapat Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar Kementerian Dalam Negeri secara hibrida di Jakarta.
Menurut Edy, kajian itu perlu melihat terlebih dahulu harga beras saat panen raya padi yang diperkirakan mulai berlangsung pada April 2024. Jika harga beras masih tinggi dan tidak banyak berubah, berarti perlu penyesuaian.
”Namun, kami menyadari kenaikan HET beras akan membuat harga beras di pasar menjadi tinggi. Hal ini juga tetap perlu dicermati dan dijadikan dasar pertimbangannya juga,” katanya.
Pemerintah melalui Bapanas telah menaikkan HET beras pada Maret 2023. Waktu itu, pemerintah juga menaikkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen di tingkat petani dari Rp 4.200 per kg menjadi Rp 5.000 per kg.
Di samping beras, Edy juga mengusulkan perlunya meninjau kembali harga acuan penjualan (HAP) gula pasir di tingkat konsumen. Harga rerata nasional gula pasir juga sudah lama tinggi dan cenderung naik sehingga jangan-jangan juga perlu disesuaikan HAP-nya.
Panel Harga Pangan Bapanas menunjukkan, per 29 Januari 2023, harga rerata gula pasir atau konsumsi di tingkat konsumen Rp 17.480 per kg, naik 17,96 persen secara tahunan. Sejak Oktober 2023 hingga 29 Januari 2024, harga rerata gula pasir naik terus mulai dari Rp 15.500 per kg menjadi Rp 17.480 per kg.
Sebelumnya, pemerintah telah menaikkan HAP gula pasir di tingkat konsumen pada Oktober 2023 menjadi Rp 16.000-Rp 17.000 per kg dari Rp 14.500-Rp 15.500 per kg pada Agustus 2023. Koreksi ke atas HAP gula di tingkat konsumen itu mempertimbangkan kenaikan harga gula dunia.
Terkait usulan penyesuaian HET beras, Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas Andriko Noto Susanto menyatakan, Bapanas masih menunggu pembentukan harga gabah dan beras saat panen raya padi pada April 2024. Jika harganya tetap tinggi, Bapanas setuju untuk mengevaluasi HET beras.
”Jika harga beras masih tinggi, bisa jadi struktur biaya produksinya sudah berubah sehingga HET juga perlu diubah,” katanya.
Stabilisasi harga
Sembari menunggu panen raya padi, Bapanas dan Perum Bulog juga berupaya mengantisipasi berlanjutnya kenaikan harga beras di tingkat konsumen. Hal itu dilakukan melalui penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), serta program Bantuan Beras bagi 22 juta keluarga berpenghasilan rendah.
Target beras yang disalurkan dalam program SPHP selama satu tahun ini sebanyak 1,2 juta ton. Per 28 Januari 2024, CBP yang disalurkan dalam program di pasar sebanyak 99.700 ton. Beras tersebut disalurkan ke sejumlah daerah di DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kepulauan Riau, DI Aceh, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara.
Adapun bantuan beras akan digulirkan pada Januari-Juni 2024 dan setiap keluarga penerima manfaat akan menerima 10 kg. Per 27 Januari 2024, bantuan beras yang digulirkan sebesar 16.064 ton.
Bantuan beras akan digulirkan pada Januari-Juni 2024 dan setiap keluarga penerima manfaat akan menerima 10 kg.
Dalam kesempatan itu, Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian menyatakan, saat ini, CBP yang dikelola Bulog sebanyak 1,4 juta ton memang relatif aman, tetapi hanya untuk sementara waktu. Untuk itu, ia mengingatkan agar Bulog segera menambah CBP seperti yang diminta Presiden Joko Widodo, yakni minimal sebanyak 2 juta ton.
Pada tahun ini, pemerintah menetapkan kuota impor beras sebanyak 2 juta ton untuk mengantisipasi penurunan produksi beras akibat dampak El Nino dan mundurnya musim panen raya padi tahun ini. Bapanas menyebutkan sebanyak 500.000 ton akan datang secara bertahap sebelum panen raya padi yang diperkirakan mundur dari Maret 2024 menjadi April 2024.