logo Kompas.id
EkonomiLebih Konservatif Berinvestasi...
Iklan

Lebih Konservatif Berinvestasi di Puncak Masa Pemilu

Masyarakat disarankan tidak menyisihkan uang untuk berinvestasi di saham dengan imbal balik abnormal di semester I-2024.

Oleh
ERIKA KURNIA
· 4 menit baca
Pengunjung mencari informasi seputar produk investasi yang ditawarkan sejumlah perusahaan jasa investasi di pameran Indonesia Financial Expo and Forum 2014 di Jakarta Convention Center, Jumat (29/9/2014). Produk investasi seperti reksadana, deposito,obligasi, saham, dan layanan perbankan lain banyak ditawarkan untuk pilihan pengelolaan finansial masa depan.
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Pengunjung mencari informasi seputar produk investasi yang ditawarkan sejumlah perusahaan jasa investasi di pameran Indonesia Financial Expo and Forum 2014 di Jakarta Convention Center, Jumat (29/9/2014). Produk investasi seperti reksadana, deposito,obligasi, saham, dan layanan perbankan lain banyak ditawarkan untuk pilihan pengelolaan finansial masa depan.

Indeks Gabungan Harga Saham melorot dalam tiga pekan terakhir jelang akhir Januari 2024, ke posisi sekitar 7.100. Harga rekor sebesar 7.323,58 pada perdagangan perdana 2024 menjadi puncak periode investor institusi mempercantik portofolio atau "window dressing", yang sudah berlangsung sejak akhir 2023. Fluktuasi harga saham-saham di pasar modal ini jelas berisiko tinggi.

Fliktuasi tinggi ini terjadi karena masih banyaknya dinamika yang memengaruhi keputusan pasar. Satu hal yang pasti terjadi di dalam negeri adalah ketidakpastian sebelum adanya hasil pemilu serentak pada tahun ini. Faktor ini menjadi penekan, selain belum stabilnya konflik geopolitik dan perekonomian dunia sejak tahun-tahun sebelumnya.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

IHSG akan alami penurunan sejak sebulan sebelum hari pemilu hingga momen perhitungan cepat.

Secara historis, periode pemilu yang berlangsung di Indonesia turut berpengaruh pada kinerja perekonomian dari indikator IHSG. Studi yang pernah dilakukan peneliti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Adam Fairu Amru dan Teguh Dartanto, pada 2014, menunjukkan, IHSG akan alami penurunan sejak sebulan sebelum hari pemilu hingga momen perhitungan cepat.

Studi ini juga dikonfirmasi Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy, yang mencoba membaca tren pergerakan IHSG sejak pemilu 2009. Pelemahan IHSG hampir selalu terjadi jelang hari pencoblosan. Pada dua kali pemilu, penurunan harga lebih dalam karena faktor global, seperti kebijakan tarif impor dari China oleh Amerika Serikat pada 2019 dan krisis keuangan global pada 2008.

"Tapi, kita melihat tren ini berhasil mengalami pembalikan, bahkan mengalami rally (pemulihan) setelah ada kejelasan pemilu. Di 2024, kami melihat tren ini masih akan berlanjut," ujarnya dalam acara diskusi dengan media di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Tabel hasil penelitian dampak Pemilu terhadap ekonomi di 2014 oleh Amru dan Dartanto.
AMRU DAN DARTANTO

Tabel hasil penelitian dampak Pemilu terhadap ekonomi di 2014 oleh Amru dan Dartanto.

Kejelasan hasil pemilu itu, Robertus memperkirakan, baru akan dapat dipastikan setelah pemilihan presiden melewati putaran kedua yang rencananya diselenggarakan pada 26 Juni 2024, atau empat bulan setelah putaran pertama di 14 Februari mendatang. Putaran kedua kemungkinan besar terjadi karena mayoritas hasil lembaga survei tidak menunjukkan adanya kandidat yang memenangi 51 persen atau lebih suara.

Dengan demikian, ia menilai, semester pertama rawan bagi investor ritel memilih produk berisiko tinggi. "Kami merekomendasikan agar semester 1-2024 berstrategi dengan investasi yang lebih konservatif, untuk mengurangi risiko peningkatan volatilitas, seperti di reksa dana pasar uang dan reksa berbasis obligasi korporasi," pesannya.

Iklan

Jika investor tetap memilih produk investasi saham, sektor infrastruktur bidang telekomunikasi, barang konsumer non-primer (consumer), dan perbankan (financial) kini relatif aman. Saham-saham telekomunikasi, menurut Robertus, akan mendapatkan banyak manfaat dari potensi peningkatan traffic layanan data.

Pengunjung mencari informasi saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup negatif pada penutupan perdagangan saham Senin (16/9/2019). IHSG turun 115 poin (1,82%) ke 6.219. Indeks LQ45 berkurang 14 poin (1,43%) ke 978.Kompas/Alif Ichwan16-09-2019
ALIF ICHWAN

Pengunjung mencari informasi saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup negatif pada penutupan perdagangan saham Senin (16/9/2019). IHSG turun 115 poin (1,82%) ke 6.219. Indeks LQ45 berkurang 14 poin (1,43%) ke 978.Kompas/Alif Ichwan16-09-2019

Selain ancar-ancar untuk memilih sektor-sektor positif tersebut, Robertus menyarankan agar investor lebih agresif untuk menambah porsi saham kategori blue chip atau saham-saham yang bernilai tinggi dan stabil. Sebaliknya, terhadap saham dengan pengembalian tidak normal atau abnormal return, investor agar lebih berhati-hati.

Isu itu tahun lalu bermunculan pada saham-saham baru. Contoh yang cukup fenomenal adalah saham emiten sebuah perusahaan energi geothermal yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia, Senin (9/10/2023).

Perusahaan itu mengalami lonjakan harga drastis selama dua bulan. Kendati sektor energi terbarukan sedang laku di pasar global, termasuk Indonesia, abnormal return tetap perlu diantisipasi karena faktor optimisme berlebihan dan "tangan tak terlihat".

Tahun ini berpotensi ada pergeseran momentum dari abnormal return ke saham yang valuasinya sudah lebih menarik, bahkan blue chip yang kinerja operasional dan finansial teruji, dan dividen yield tinggi.

"Oleh karena itu, kita melihat tahun ini berpotensi ada pergeseran momentum dari abnormal return ke saham yang valuasinya sudah lebih menarik, bahkan blue chip yang kinerja operasional dan finansial teruji, dan dividen yield tinggi. Sementara, yang abnormal return belum bisa bagi dividen karena harus ekspansi," jelasnya.

Robertus tidak mempermasalahkan jika investor mengalokasikan mayoritas portofolio investasi di saham hingga sebesar 60 persen. Dengan catatan, saham yang dipilih meliputi saham unggulan blue chips dan saham lapis dua. Selanjutnya, sebanyak 40 persen dana bisa dialihkan pada instrumen obligasi pemerintah.

Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy.
MIRAE ASSET INDONESIA

Head of Research Team PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Hardy.

Praktisi pasar modal Lucky Bayu Purnomo, kepada Kompas, menyarankan investor untuk berinvestasi di sektor minim sentimen di tahun puncak pemilu. Minim sentimen berarti kurang faktor-faktor yang memicu aksi korporasi atau kebijakan yang menguntungkan. Contohnya adalah sektor perkebunan dan sebagian infrastruktur.

"Sektor itu baiknya dihindari (dulu) karena baik internal maupun eksternal belum ada trigger yang memadai, seperti harga energi dan valuta asing. Sektor-sektor itu tadi juga bermuara pada kebijakan dalam negeri yang karena kebetulan baru pemilihan sehingga minim kebijakan ekonomi mikro," katanya.

Lucky pun menyarankan porsi portofolio investasi yang lebih konservatif. Rekomendasinya terdiri dari investasi saham 40 persen, komoditas seperti emas 20 persen, obligasi 20 persen, dan reksadana sekitar 10 persen.

Ia tidak terlalu menyarankan investasi di aset riil seperti tanah atau bangunan karena masih kurang menarik. "Program kebijakan baru (untuk sektor tersebut) baru ramai lagi setelah tahun pemilu," pungkasnya.

Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000