Reksa Dana dengan Portofolio Pasar Global Bisa Jadi Pilihan
Masyarakat memiliki pilihan untuk berinvestasi di saham atau obligasi yang diperdagangkan di luar negeri.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Reksa dana dengan portofolio berupa efek perusahaan di luar negeri lebih rentan terdampak oleh pemburukan ekonomi global dibandingkan dengan investasi di dalam negeri. Namun, di sisi lain, diversifikasi portofolio menjanjikan keuntungan lebih.
Reksa dana atau investasi efek yang dikelola manajer aset tidak hanya menawarkan produk dari dalam negeri. Masyarakat juga memiliki pilihan untuk berinvestasi di saham, obligasi, atau aset jangka pendek lain yang diperdagangkan di luar negeri (offshore).
Salah satu keuntungan berinvestasi di reksa dana offshore adalah apresiasi mata uang asing yang digunakan. Investasi reksa dana pendapatan tetap juga bisa menghasilkan keuntungan dalam bentuk capital gain.
Sementara itu, analis Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, menilai, produk yang bergantung pada kinerja perdagangan di luar negeri masih akan menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Tekanan inflasi yang masih dihadapi banyak negara menjadi salah satu indikasinya.
Kemudian, ada risiko pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam outlook per Oktober 2023 memperkirakan, pertumbuhan ekonomi global 2024 hanya sebesar 2,9 persen, turun dari proyeksi untuk 2023 sebesar 3 persen. Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia pada 2024 hanya tumbuh 2,4 persen.
Faktor geopolitik juga masih diwarnai konflik antarpihak, seperti konflik di Timur Tengah baru-baru ini. Kendati ada risiko ketidakstabilan politik karena pemilu, status perekonomian nasional masih aman.
Inflasi yang terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang terjaga di angka 5 persen akan membuat valuasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lebih menarik. Arjun pun menilai, prospek investasi di reksa dana dalam negeri akan lebih menguntungkan.
Segmentasi efek
Perusahaan manajemen aset pun mencoba membuat produk reksa dana offshore lebih tersegmentasi sehingga menarik minat pasar. Seperti PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) yang baru saja meluncurkan Manulife Saham Syariah ESG Transisi Global Dolar AS (MAGET) Kelas A2 berdenominasi dollar AS.
CEO & President Director MAMI Afifa mengatakan, selain dikelola sesuai dengan prinsip syariah, produk reksa dana ini mengedepankan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Produk itu pun disebut unik karena dana investor akan ditaruh di perusahaan-perusahaan luar negeri yang berfokus pada upaya mencegah dan memitigasi perubahan iklim.
”Reksa dana MAGET berinvestasi pada beragam perusahaan global di berbagai sektor yang telah menunjukkan komitmen kuat untuk mengurangi dampak lingkungan, khususnya dengan mengurangi jejak karbon perusahaannya,” kata Afifa dalam acara peluncuran produk tersebut bersama Bank HSBC, selaku distributor produknya, di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Sebagai contoh, reksa dana MAGET berinvestasi pada perusahaan yang bergerak di bidang energi baru terbarukan, seperti pembangkit listrik tenaga air, bayu, dan surya. Selain itu, berinvestasi pada material-material pendukung transisi, seperti nikel, tembaga, dan litium. Investasi juga dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor agrikultur, bioteknologi, keamanan pangan, dan lainnya. Perusahaan yang terlibat, antara lain, ialah Microsoft, First Solar, Xylem, Cisco, ABB, dan Air Liquide, dan Schneider Electric.
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia Katarina Setiawan menjelaskan, investasi di produk beriorientasi lingkungan ini tengah diminati. Hal ini karena isu perubahan iklim dan upaya mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi perhatian dunia, termasuk masyarakat Indonesia.
Namun, mereka memastikan agar investasi ini tidak asal-asalan, bahkan terjebak dalam proyek greenwashing atau praktik penipuan pemasaran melalui pencitraan gerakan ramah lingkungan yang palsu. Hal ini mereka lakukan dengan menetapkan secara ketat empat kriteria perusahaan, yaitu pertumbuhan, arus kas, manajemen, dan valuasi.
”Kriterianya, kapitalisasi pasar harus besar, pemain dunia, kami pilih bukan pemain abal-abal. Kalau lihat perusahaan yang ada, mereka punya track record bagus dan konsisten di bidangnya selama bertahun-tahun atau puluhan tahun, bukan perusahaan baru muncul yang kami pilih,” ujarnya.
Tahun 2023 lalu, perusahaan manajemen aset PT Allianz Global Investors juga meluncurkan produk reksa dana dolar berbasis syariah di Indonesia, yang disebut Reksa Dana Syariah Allianz High Dividend Global Sharia Equity Dollar.
Head of Retail Allianz Global Investors (GI) Eriko Se, beberapa waktu lalu, menyampaikan, perusahaan asal Amerika Serikat dan sektor teknologi menjadi mayoritas alokasi pengelolaan aset mereka. Namun, Allianz GI berstrategi, dana yang mereka kelola tidak difokuskan pada negara atau regional tertentu, demikian juga dengan sektor usaha tertentu.
Cara ini, menurut studi mereka, memberi jaminan pertumbuhan investasi yang tinggi dalam jangka panjang. Diversifikasi investasi ke pasar global, kata Eriko, dapat membantu mengatasi kondisi pasar di tengah suasana ketidakpastian ekonomi global saat ini, seperti tingkat inflasi tinggi, era kenaikan suku bunga, dan kondisi keuangan yang lebih ketat.