Menuju Investasi Suku Bunga Rendah
Tahun 2024 akan menjadi awal masa penurunan suku bunga global yang akan membuka peluang investasi di berbagai produk.
Sinyal berakhirnya suku bunga tinggi membersitkan sedikit harapan di tengah proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada 2024.
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), telah menahan suku bunga di level 5,25-5,50 persen sejak September 2023. Menurut rencana, otoritas moneter AS tersebut akan menurunkan suku bunga acuan secara bertahap mulai Maret 2024.
Bank Indonesia (BI) juga menahan suku bunga acuan di posisi 6 persen sejak Oktober 2023. Sejalan dengan rencana kebijakan The Fed, BI diperkirakan akan menyesuaikan.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 di Tengah Kondisi Global dan Pemilu
Ini akan menjadi momentum yang sangat ditunggu-tunggu setelah serial kenaikan suku bunga paling agresif dalam 15 bulan sejak 2022, tahun ketika dampak pandemi Covid-19 mengakibatkan kenaikan inflasi yang progresif.
”Bunga yang lebih rendah adalah kabar baik bagi semua investor,” kata Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada Kompas, Kamis (4/1/2024).
Investor dari kalangan korporasi akan lebih giat berekspansi, di antaranya dengan menambah modal dari pinjaman berbunga rendah. Masyarakat juga bisa memiliki lebih banyak uang lebih dan yakin untuk berinvestasi dengan harapan mendapat keuntungan seiring peningkatan kepastian perbaikan ekonomi.
Ekonomi tumbuh positif
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, menyatakan, perekonomian Indonesia akan tumbuh positif, melanjutkan situasi hingga akhir 2023. Tahun lalu, Indonesia mampu menekan angka pengangguran di angka 5,32 persen per Agustus dari periode sama pada 2022 sebesar 5,86 persen. Tingkat kemiskinan menjadi 9,36 persen pada 2023 dari 9,54 persen per Maret 2022.
Hingga triwulan III-2023, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,9 persen dan investasi 4,2 persen. Indeks Keyakinan Konsumen sampai November 2023 masih terjaga cukup tinggi di angka 123,6, sedikit turun dibandingkan 124,3 di bulan sebelumnya.
Adapun aktivitas produksi masih cukup kuat tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang terus ekspansif mencapai 52,2. Sementara Indeks Penjualan Riil tumbuh positif mencapai 2,9 persen.
Tahun lalu, Indonesia mampu menekan angka pengangguran di angka 5,32 persen per Agustus dari periode sama pada 2022 sebesar 5,86 persen.
Dari tren tersebut, pertumbuhan ekonomi di akhir 2023 diproyeksikan mencapai 5 persen. Kemudian, pemerintah dan DPR sepakat mematok pertumbuhan ekonomi di level 5,2 persen sesuai asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.
Proyeksi ini lebih baik dibanding proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF) dalam outlook per Oktober 2023 telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 hanya mampu sebesar 2,9 persen, turun dari proyeksi untuk 2023 sebesar 3 persen. Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan ekonomi di 2024 hanya tumbuh 2,4 persen sedikit naik dari 2023 yang pertumbuhannya hanya 2,1 persen.
Semarak surat utang
Potensi perbaikan ekonomi diperkirakan akan membuat investasi berisiko rendah lewat produk surat utang tetap diminati di 2024. Produk pasar surat utang pemerintah lewat surat berharga negara (SBN) ritel, misalnya, disebut akan semarak, menyusul capaian pada 2023.
Selama 2023, pemerintah menerbitkan SBN senilai sekitar Rp 150 triliun. Serinya meliputi saving bond ritel seri SBR012, sukuk ritel seri SR018 dan SR019, serta sukuk tabungan seri ST010 dan ST011. Ada pula seri obligasi ritel seri ORI023 dan ORI024, dan sukuk wakaf ritel CWLS.
Di tengah tekanan suku bunga yang masih sangat tinggi pada 2023 untuk meredakan inflasi global, nilai tukar rupiah mampu terjaga. Pada yang saat sama, pasar SBN mengalami tren uang masuk (inflow) hingga Rp 8,75 triliun per Desember 2023 dan penurunan imbal hasil selama dua bulan terakhir pada 2023.
Ini menunjukkan kepercayaan diri terhadap ekonomi, mata uang, dan surat berharga kita masih terjaga kuat.
Imbal hasil SBN 10 tahun turun menjadi 6,74 persen per 13 Desember 2023. Adapun rata-rata imbal hasil SBN 10 tahun sebesar 6,68 persen, hampir 100 basis poin lebih rendah dari asumsi APBN 2023 yang 7,9 persen. Imbal hasil itu masih lebih tinggi dibandingkan imbal hasil produk sama yang dikeluarkan Pemerintah AS sebesar 5 persen.
Mengacu pada imbal hasil SBN ritel, tingkat imbalan tertinggi diberikan oleh sukuk tabungan seri ST011 yang memberikan kupon 6,5 persen per tahun untuk tenor 5 tahun.
”Ini menunjukkan kepercayaan diri terhadap ekonomi, mata uang, dan surat berharga kita masih terjaga kuat. Ini hal yang positif, ini terjadi pada saat dunia sedang gonjang-ganjing dan tidak baik-baik saja. Kemampuan kita untuk menjaga stabilitas, kepercayaan diri, kredibilitas itu menjadi salah satu pertanda kinerja pengelolaan APBN dan ekonomi yang cukup dipercaya dan baik,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada konferensi pers APBN KITA 2023 di Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Target Rp 666 triliun
Tahun ini, pemerintah berencana menerbitkan beberapa seri SBN ritel dengan target pembiayaan APBN 2024 sebesar Rp 666,4 triliun, naik dari 2023 di kisaran Rp 350 triliun. Penggalangan dana melalui emisi SBN ritel diprediksi berkisar Rp 140 triliun-Rp 160 triliun.
Dengan prospek penurunan bunga acuan BI sekitar semester II-2024, ada potensi imbalan SBN ritel pada 2024 akan lebih rendah. Namun, tawaran kupon SBN masih cukup menarik terlepas dari penurunan imbal hasil.
Pasar surat utang atau obligasi korporasi juga diprediksi masih akan bergairah pada 2024, terlebih apabila kebijakan The Fed berlangsung sesuai ekspektasi pasar. Banyaknya obligasi lokal yang jatuh tempo pada 2024 akan memicu banyak aksi emisi obligasi, baik ritel maupun korporasi untuk kebutuhan pembiayaan kembali (refinancing) dan belanja modal (capital expenditure).
Baca juga: Kurangi Tabungan, Masyarakat Gandrungi Obligasi Negara di 2023
Pada 2023, terdapat 107 emisi obligasi korporasi dari 57 emiten dengan nilai total Rp 117,8 triliun. FitchRatings dalam publikasi per 27 Desember 2023 memperkirakan penerbitan obligasi korporasi Indonesia akan kembali meningkat pada 2024. Ini, antara lain, didukung kebutuhan pembiayaan kembali dan belanja modal dari sektor bubur kertas dan kertas, telekomunikasi, serta hilirisasi mineral.
Sejauh ini, harga obligasi membaik. Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) tercatat naik 8,53 persen sepanjang 2023. Infovesta Government Bond Index mencatat kenaikan 4,84 persen selama 2023 dan Infovesta Corporate Bond Index mencatat kenaikan 3,61 persen.
Produk reksa dana
Sementara itu, produk investasi reksa dana pada 2023 kurang menggembirakan. Reksa dana dalam bentuk saham, misalnya, bahkan mencatat pertumbuhan negatif 5,21 persen. Reksa dana campuran juga hanya mampu tumbuh 0,68 persen.
Hanya reksa dana pendapatan tetap yang mencetak pengembalian cukup baik dengan pertumbuhan di atas 4 persen. Dengan potensi penurunan bunga The Fed yang mungkin akan diikuti penurunan bunga acuan BI, ada peluang kinerja reksa dana pendapatan tetap akan berlanjut tahun ini.
Dengan potensi penurunan bunga The Fed yang mungkin akan diikuti penurunan bunga acuan BI, ada peluang kinerja reksa dana pendapatan tetap akan berlanjut tahun ini.
Adapun kinerja pasar modal secara umum yang tergambar dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan 6,16 persen sepanjang 2023, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tumbuh 4,09 persen. Sejumlah analis memperkirakan IHSG akan menembus level tertinggi di sekitar 7.500 pada 2024.
Kinerja indeks pasar modal pada 2024 bisa terus membaik dengan kembalinya arus masuk modal asing ke pasar domestik bersamaan dengan sentimen positif dari kebijakan The Fed. Ini dengan catatan, Pemilu 2024 berlangsung damai. Selama 2023, modal asing masih mencatat posisi jual bersih Rp 10,74 triliun.
Bursa Efek Indonesia menargetkan rata-rata transaksi harian untuk surat utang dalam bentuk saham atau reksa dana tahun ini akan naik menjadi Rp 12,25 triliun. Pembaruan sistem perdagangan menjadi salah satu pertimbangannya.
Industri barang konsumsi
Praktisi pasar modal, Lucky Bayu Purnomo, dihubungi Kamis (21/12/2023), memperkirakan, kinerja pasar modal akan dibanyak diungkit kebutuhan industri konsumsi barang sekunder (consumer cyclical).
Terkait faktor konsumsi barang sekunder ini, analisis FitchRatings dalam laporan Indonesia Consumer-Related Sector Trends memperkirakan, peningkatan konsumsi akan terjadi karena kampanye pemilu yang akan dilanjutkan pilkada. Dana kampanye akan meningkatkan penjualan dan konsumsi makanan dan minuman, garmen, biaya iklan, sampai logistik dan transportasi.
Ini juga dipengaruhi bantuan sosial langsung yang digelontorkan pemerintah mulai 2023 hingga 2024 guna meningkatkan daya beli masyarakat miskin.
Baca juga: Prospek Cerah Pasar Modal 2024
Sementara itu, di tengah ketidakpastian politik berkaitan dengan Pemilu 2024, FitchRatings memperkirakan, biaya modal mayoritas sektor usaha terkait konsumsi akan tetap tinggi pada 2024.
Perusahaan makanan kemasan dan barang konsumsi ritel akan berekspansi untuk mengantisipasi kenaikan permintaan. Perusahaan produk peternakan juga akan memodernisasi fasilitas dan meningkatkan kapasitas penyimpanan daging.
Sejalan dengan proyeksi ini, Lucky berpendapat, masyarakat pada 2024 bisa menginvestasikan uangnya di sektor konsumsi barang sekunder. Investasi di sektor energi dan keuangan juga akan positif dan mendatangkan keuntungan jangka pendek. ”Jadi, untuk 2024, perbankan, energi, dan consumer cyclical merupakan sektor unggulan yang perlu dapat perhatian,” ujarnya.
Emas berkilau
Sementara itu, sektor yang sebaiknya perlu dilihat dengan lebih berhati-hati, menurut Lucky, adalah perkebunan, infrastruktur, dan konstruksi karena minimnya sentimen. Alasannya, aksi korporasi perusahaan-perusahaan di sektor tersebut akan kurang pada tahun ini karena kebijakan dalam negeri yang akan fokus pada aturan makro dan proses transisi ke kepemimpinan baru.
Investasi di komoditas berjangka juga diproyeksikan akan membaik tahun ini. Produk-produk investasi ritel dalam perdagangan komoditas berjangka, seperti emas, timah, minyak sawit mentah, hingga valuta asing dan indeks pasar modal, masih akan banyak dipengaruhi sentimen perekonomian global.
Baca juga: Investasi Komoditas Berjangka Bergairah, Emas Paling ”Moncer”
Di antara produk komoditas, emas diperkirakan akan tetap tumbuh positif. Harga emas dunia mencatat kenaikan 13,1 persen selama 2023 sekaligus mencetak rekor tertinggi sepanjang masa hingga dua kali, yaitu pada 1 Desember dan 27 Desember 2023.
Harga emas dunia yang terus melejit bisa turut mengungkit emas dalam negeri. Sejauh ini, emas produksi PT Aneka Tambang Tbk mencatat kenaikan sedikitnya 12 persen sepanjang 2023 dan berpeluang melanjutkan kenaikan lebih besar pada tahun ini.
Baca juga: Menangkap Kilau Emas pada 2024
Ibrahim memprediksi, apabila The Fed menempuh penurunan bunga acuan sesuai prediksi pasar, harga emas bisa semakin melesat. Namun, ia tetap mengingatkan agar investor tidak gegabah terhadap investasi emas yang keuntungannya baru bisa dirasakan dalam jangka menengah dan panjang.
”Saya perkirakan harga emas akan lebih tinggi lagi dalam 12 bulan ke depan. Pelemahan data ekonomi dan penurunan inflasi akan membuat The Fed menurunkan suku bunga sehingga menopang harga emas,” katanya.
Untuk produk derivatif emas, penurunan suku bunga juga akan menjadi momentum tepat bagi investor ritel yang sudah berpengalaman dalam transaksi di bursa berjangka. Kenaikan harga emas menawarkan keuntungan transaksi derivatif dalam bentuk margin dan sebaliknya menjadi risiko tinggi apabila investor mengambil posisi berlawanan arah dengan kondisi pasar.
Pasar aset kripto juga diprediksi perlahan membaik pada 2024. Kejatuhan koin kripto besar, seperti Luna, TerraUSD, dan FTX, serta kegagalan bank kripto seperti Silvergate dan Signature Bank, sempat menghantui pasar aset kripto pada 2023. Sementara Bitcoin berhasil mencatat kenaikan lebih dari 160 persen sepanjang 2023, naik dari kisaran 16.600 dollar AS hingga menyentuh 44.500 dollar AS.
Di tengah optimisme pada pasar di 2024, fluktuasi harga dan indeks berbagai instrumen keuangan berisiko tetap perlu diantisipasi.
Tahun ini, perbaikan pasar aset kripto, antara lain, dipengaruhi oleh Bitcoin Halving dan antisipasi keputusan terkait ETF Bitcoin Spot oleh para pelaku pasar aset kripto. Ada pula faktor potensi Bitcoin melanjutkan momentum bullish pada 2024 hingga 2025.
Bitcoin Halving 2024 hanya terjadi sekitar 4 tahun sekali, yaitu dengan imbalan (reward) penambangan satu blok Bitcoin akan dibagi dua setiap 210.000 blok hingga mencapai batas maksimum 21 juta.
Di tengah optimisme pada pasar di 2024, fluktuasi harga dan indeks berbagai instrumen keuangan berisiko tetap perlu diantisipasi. Sebab, tingginya tensi geopolitik yang dipicu berlanjutnya perang di Ukraina, konflik di Jalur Gaza, dan ketegangan di Laut China Selatan, bisa melonjakkan harga energi dunia.
Waspada
Ada juga potensi ketidakstabilan politik dalam negeri terkait pilihan umum hingga pemilihan kepala daerah yang membuat pelaku usaha bisa lebih menahan ekspansi bisnis.
”Harapannya tentu stabilitas politik domestik tetap dapat dijaga oleh semua pihak sehingga iklim investasi dan bisnis yang kondusif dapat diciptakan. Peran para elite politik menjadi krusial untuk membangun situasi dan kondisi yang sejuk sesuai dengan jargon pemilu yang penuh kegembiraan,” kata Ibrahim.
Selanjutnya, di balik optimisme dari penurunan bunga global, masih ada beberapa risiko yang bisa menahan situasi bunga tinggi lebih lama. Salah satunya adalah pemulihan ekonomi China pada 2024 yang tidak sesuai harapan.
Harapannya tentu stabilitas politik domestik tetap dapat dijaga oleh semua pihak sehingga iklim investasi dan bisnis yang kondusif dapat diciptakan.
Situasi ini akan memengaruhi prospek permintaan ekspor pada 2024 setelah perdagangan barang global turun sepanjang 2023. China merupakan salah satu mitra bisnis terbesar Indonesia.
Selain itu, lonjakan harga pangan akibat dampak fenomena El Nino yang sudah berlangsung sepanjang 2023 dikhawatirkan pengaruhnya masih akan berlanjut sampai 2024. Hal ini dikhawatirkan akan memicu tekanan harga lebih lama sehingga mengerek inflasi pada 2024.
”Namun, ini bukan berarti peluang keuntungan tahun 2024 menurun. Dengan mempelajari situasi yang ada, banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bagi para pencari cuan tahun ini,” ujar Ibrahim.