Industri Manufaktur Ditargetkan Tumbuh 5,8 Persen pada 2024
Beberapa subsektor industri menunjukkan perkembangan yang pesat, seperti industri pengolahan logam mineral. Ini salah satunya didorong oleh program hilirisasi.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Kementerian Perindustrian menargetkan produk domestik bruto (PDB) industri manufaktur pada 2024 bertumbuh 5,8 persen dan berkontribusi 17,90 persen terhadap total PDB Nasional. Untuk mencapai target tersebut, pihaknya mendorong tiap subsektor industri untuk terus bertumbuh.
Dalam lokakarya wartawan di Denpasar, Bali, Kamis (28/12/2023), Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, tahun depan, pihaknya menargetkan pertumbuhan industri manufaktur sebesar 5,8 persen, lebih tinggi dibandingkan proyeksi 2023 yang sebesar 4,81 persen.
Adapun target lainnya adalah kontribusi industri manufaktur terhadap PDB 2024 menjadi 17,90 persen terhadap total PDB nasional, meningkat dibandingkan proyeksi tahun 2023 yang sebesar 16,91 persen.
Ia menjelaskan, untuk mencapai target pertumbuhan itu, pihaknya telah menetapkan target pertumbuhan subsektor industri yang berada di bawah binaan tiap direktorat jenderal (ditjen).
Pada 2024 Ditjen Industri Agro ditargetkan bertumbuh 6,14 persen; ditjen industri kimia, farmasi, dan tekstil (IKFT) ditargetkan bertumbuh 4,76 persen; ditjen industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika (ILMATE) ditargetkan bertumbuh 6,87 persen; dan ditjen industri kecil, menengah, dan aneka (IKMA) ditargetkan bertumbuh 4,25 persen.
Direktur Jenderal ILMATE Kemenperin Taufiek Bawazier menambahkan, beberapa subsektor industri tengah menunjukkan potensi yang pesat seperti industri pengolahan logam mineral. Adanya berbagai investasi hilirisasi mineral mendorong subsektor ini bertumbuh pesat.
Begitu pula subsektor lainnya, seperti kendaraan bermotor. Kebijakan untuk mendorong perluasan populasi kendaraan listrik mengundang minat banyak investor sehingga subsektor ini berpotensi tumbuh cepat.
Taufiek yang juga pelaksana tugas Ditjen IKFT mengatakan, pihaknya juga mendorong agar industri kimia hulu, yakni petrokimia, juga terus bertumbuh. Sebab, industri petrokimia menjadi bahan baku bagi banyak industri turunannya, seperti plastik dan kemasan serta obat-obatan.
Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika mengatakan, sektor makanan minuman juga menunjukkan potensi bertumbuh. Beberapa industri turunan dari makanan-minuman juga menunjukkan potensi pertumbuhan, seperti industri pengolahan cokelat dan kakao.
Menantang
Dihubungi terpisah, Jumat (29/12/2023), Direktur Eksekutif Centre For Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan, target pertumbuhan industri di atas 5 persen ini cukup berat. ”Sebab, selama ini pertumbuhan sektor industri hampir selalu di bawah pertumbuhan ekonomi. Saat ini, belum ada perubahan dalam kinerja industri kecuali pengolahan logam,” ujarnya.
Ia menambahkan, untuk mencapai pertumbuhan tinggi dibutuhkan beberapa faktor penting. Pertama tentunya investasi yang cukup tinggi pula.
Iklim investasi tentunya juga berpengaruh untuk menarik masuk investasi. Indonesia memiliki capital output ratio di atas 6,5 sehingga agar pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh hingga 5,8 persen butuh investasi sekitar 40 persen dari PDB.
Untuk mendapatkan pertumbuhan tinggi, sektor industri harus efisien dalam penggunaan investasi dengan iklim investasi yang mendukung dan kebijakan perindustrian dan perdagangan yang lebih fleksibel.
Saat ini banyak industri yang mengalami kesulitan mengimpor bahan baku karena aturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Industri yang baru mulai akan merasa berat untuk memenuhi kebijakan ini. Akhirnya biaya usaha juga menjadi tinggi. Ini juga menyebabkan Indonesia tidak terintegrasi dalam rantai pasok global dengan baik.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sanny Iskandar mengatakan, industri manufaktur ini merupakan salah satu sektor utama penopang perekonomian Indonesia. Ini tidak lain karena kontribusinya yang besar baik bagi PDB, investasi, serapan tenaga kerja, dan ekspor.
Industri manufaktur punya potensi pertumbuhan yang besar. Sebab, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, baik sebagai sumber daya manusia (SDM) maupun sebagai pasar. Selain itu, Indonesia juga memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah, mulai dari pertanian, mineral pertambangan, hingga kelautan.
Dengan potensi kekayaan ini, idealnya industri bisa bertumbuh lebih dari 5 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi. Apalagi Indonesia punya mimpi menjadi negara maju pada 2045, salah satunya adalah dengan pertumbuhan industri bertumbuh 7-8 persen per tahun.
Untuk bisa mewujudkan pertumbuhan industri yang pesat, lanjut Sanny, pihaknya mendorong agar adanya kepastian usaha dan regulasi. Peraturan jangan tumpang tindih dan tidak sinkron antara kementerian dan lembaga serta pemerintah pusat dan daerah. Kebijakan harus sinergi dari berbagai lembaga sehingga bisa satu visi untuk mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi lebih cepat lagi.
Sanny menambahkan, perlu juga dipikirkan kepastian pasokan bahan baku dan penolong agar keberlangsungan proses manufaktur bisa berjalan lancar.