Berkah Natal Tahunan Jutaan Dollar untuk Mariah Carey
Tiap tahun, Mariah Carey menikmati royalti jutaan dollar AS dari album Natal-nya yang dirilis nyaris tiga dekade lalu.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
Seperti halnya umat Kristiani yang menantikan Natal, begitu juga dengan penyanyi pop Mariah Carey. Bukan hanya soal merayakan hari raya keagamaan, Carey juga menikmati berkah dalam arti harfiah, yakni pundi-pundi yang menebal dari royalti atas lagu-lagu tematis Natal-nya. Padahal, rekaman itu dirilis hampir tiga dekade lalu. Inilah contoh pendapatan pasif yang selalu menguntungkan setiap tahun.
Saban menjelang dan sesudah Natal, suara Mariah Carey mendadak meramaikan hampir tiap sudut pusat perbelanjaan, restoran, dan tempat publik lainnya. Tak hanya di Indonesia, tapi juga di berbagai belahan negara lainnya. Lagu-lagu seperti ”All I Want for Christmas is You” dan ”Christmas (Baby Please Come Home)” yang dinyanyikan penyanyi asal Amerika Serikat itu rutin diputar di mana-mana.
Dua lagu itu adalah bagian dari 10 lagu yang tergabung dalam album Mariah Carey, Merry Christmas. Padahal, album itu sudah dirilis tahun 1994 lalu. Tapi, nyaris genap tiga dekade berselang, lagu-lagu di album itu tetap relevan dan seakan menjadi soundtrack momentum Natal.
Sampai dengan 24 Desember 2023, lagu ”All I Want for Christmas is You” ini sudah diputar 1,72 miliar kali di aplikasi pemutar musik Spotify oleh pendengar di ratusan negara. Lagu ini termasuk bagian dari 200 lagu yang telah menembus 1 miliar kali diputar. Padahal, ada jutaan lagu yang terunggah di Spotify.
Dikabarkan oleh situs Billboard, lagu ini telah dikonsumsi 2,18 miliar kali hanya di AS saja. Adapun bentuknya, antara lain, berasal dari pengunduhan lagu, pemutaran audio di aplikasi musik, dan pemutaran video di Youtube. Kombinasi dari aktivitas ekonomi ini menciptakan nilai 1,8 juta dollar AS (Rp 27,84 miliar) hanya di AS saja untuk Carey dan perusahaan rekamannya, Sony Music.
Pendapatan ini belum termasuk keuntungan dari penggunaan lagu untuk acara televisi ataupun sebagai soundtrack dari berbagai acara bertema Natal. Ini pun belum termasuk pendapatan dari hak cipta saat ada penyanyi lain yang ingin membuat aransemen ulang lagu tersebut.
Padahal, ada 125 penyanyi yang telah membuat ulang lagi ini. Salah satunya adalah duet Mariah Carey dengan Justin Bieber saat menyanyikan ulang lagu ini pada 2011 lalu.
Mengutip The Economist, berkat berbagai prestasi tersebut, Mariah Carey dikabarkan meraup 2,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 34,46 miliar setiap tahun. The New York Post bahkan memperkirakan Carey mendapatkan 3 juta dollar AS atau sekitar Rp 46,4 miliar setiap tahun.
Ini menambah, total akumulasi royalti sebesar 60 juta dollar AS telah diperolehnya sejak rilis perdana album ini 29 tahun lalu. Carey mendapatkan royalti dari lagu ini karena tak hanya sebagai penyanyinya, tetapi dia juga salah satu pengarang lagu ini bersama dengan rekannya.
Laporan Forbes mengabarkan, 80 persen pendapatan tahunan Carey datang di bulan Desember. Sementara 20 persen pendapatan tahunannya diperoleh dari 11 bulan lainnya. Tak heran, betapa Carey mencintai Natal dan bulan Desember.
Padahal, selain album rekaman lagu Natal-nya ini, Carey juga memiliki sejumlah album lain yang tak kalah digandrungi penggemar di seluruh dunia. Maklum, Carey adalah penyanyi kawakan yang telah naik panggung sejak 1988.
Ia masih mendapatkan pendapatan lain dari royalti album yang lain, honor menjadi bintang iklan, ataupun konser. Semua ini membawa Carey yang pada 2023 dikabarkan memiliki total kekayaan mencapai 350 juta dollar AS atau sekitar Rp 5,41 triliun.
Potensi pasar
Keputusan membuat album tematis Natal pada 1994 lalu itu adalah keputusan yang sangat tepat. Sebab, warga dunia penganut Kristiani bisa dilihat sebagai pasar yang sangat besar. Mengutip PEW Research pada 2020, jumlah penganut Kristiani di seluruh dunia sekitar 2,38 miliar orang atau 30 persen dari total penduduk dunia yang lebih kurang 8 miliar orang.
Artinya, 30 persen penduduk dunia ini pasti rutin tiap tahun merayakan Natal. Pada momentum itu, tentu sebagian besar dari mereka juga akan mencari lagu bertema Natal. Peluang ini yang coba dilihat para produser musik Carey kala itu. Apalagi, saat itu Carey sedang tenar-tenarnya dengan lagu ”Hero”.
Album Mariah Carey, Merry Christmas ini pun digarap dengan berisikan kombinasi lagu Natal yang sungguh-sungguh dinyanyikan di gereja, namun diaransemen dengan gaya populer bertema Natal. Alhasil, lagu andalan album ini tak melulu ”All I Want for Christmas is You” yang merupakan lagu cinta bertema Natal, namun juga lagu gereja yang dibawakan secara pop, seperti ”O Holy Night” dan ”Silent Night”. Inilah yang membuat album ini tetap relevan hingga saat ini.
Tak heran, citra Carey yang sebelumnya adalah penyanyi yang mengandalkan suara merdu melengking tinggi (whistle register) ini kini berubah menjadi ”Ratu Natal”. Carey bersanding bersama penyanyi country Jim Reeves, sebagai penyanyi lagu spesialis tema Natal.
Dari perspektif ekonomi, kita bisa belajar dari Carey bagaimana jeli melihat potensi pasar yang pasti (captive market) dari hari Natal yang rutin dirayakan sepertiga penduduk bumi setiap tahun. Mengolah potensi pasar itu menjadi pendapatan pasif setiap tahun. Jadi bagaimana, apakah sudah mendapatkan berkah pada Natal kali ini?