Presiden Jokowi: Optimisme Menyongsong 2024 Patut Disertai Sikap Hati-hati dan Waspada
Kewaspadaan dan kehati-hatian tetap perlu dikedepankan dalam menghadapi tahun 2024, mengingat dinamika ekonomi global masih menjadi ancaman yang bisa menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indikator perekonomian nasional sepanjang 2023 yang positif bisa menjadi modal untuk mempertahankan stabilitas ekonomi tahun depan. Kendati begitu, ekonomi dunia pada 2024 diprediksi masih akan bergejolak. Jika tidak hati-hati dan waspada, ekonomi nasional bisa ikut terseret gelombang arus pelemahan global.
Hal tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo saat membacakan pidato kunci dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2024 bertema ”Optimisme Penguatan Ekonomi Nasional di Tengah Dinamika Global” di Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Hadir dalam acara ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, serta para pemangku kebijakan ekonomi nasional lainnya.
”Menakhodai kapal besar negara kita Indonesia, di tengah ketidakpastian ekonomi global, sangat tidak mudah. Kita ingin ekonomi tumbuh lebih baik dalam gelombang (ketidakpastian), tetapi tetap harus hati-hati. Ekspansif boleh, tetapi juga dalam kalkulasi yang superhati-hati,” ujar Presiden.
Presiden menyampaikan, di tiga triwulan sepanjang 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia selalu berada di kisaran 5 persen. Level ini jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global di tiga triwulan terakhir yang hanya 2,9 persen.
Selain pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di atas pertumbuhan ekonomi global, inflasi Indonesia hingga November 2023 tercatat tetap terkendali pada level 2,86 persen, jauh di bawah rata-rata inflasi global yang sebesar 7,2 persen.
Presiden pun memaparkan indikator-indikator lain, mulai dari penyerapan tenaga kerja yang naik sebanyak 4,5 juta orang dari Agustus 2022 ke Agustus 2023, PMI manufaktur 2023 berada di level ekspansif 51,7, hingga neraca perdagangan yang masih surplus dan sudah surplus 43 bulan berturut-turut.
Deretan indikator ekonomi nasional yang baik, menurut Presiden, mencerminkan bahwa pada tahun 2024, Indonesia bisa melanjutkan capaian positif.
”Oleh karena itu, sekali lagi tidak ada alasan untuk pesimistis memasuki 2024. Saya masih optimistis pertumbuhan ekonomi kita masih akan berada di kisaran 5 persen. Namun, kalau orang Jawa bilang tetap eling lan wospodo, harus selalu ingat, hati-hati dan waspada,” ujar Presiden.
Dinamika global
Ia mengingatkan bahwa tahun depan ketidakpastian global masih berlanjut. Konflik di Timur Tengah yang bisa memicu kenaikan harga minyak global juga masih ada.
Volatilitas harga komoditas pangan global juga diprediksi masih akan berlanjut tahun depan buntut dari krisis geopolitik dan fenomena El Nino yang diprediksi baru akan berakhir pertengahan tahun depan.
Untuk mengamankan cadangan strategis ketahanan pangan tahun depan, Presiden memastikan akan masuk impor beras total 3 juta ton pada tahun 2024, masing-masing 2 juta ton dari Thailand dan 1 juta ton dari India.
”Ini jangan ditepuki, karena impor. Kalau produksi kita sendiri baru kita tepuk tangan,” ujar Presiden yang protes ketika sejumlah pihak yang hadir bertepuk tangan seusai ia memaparkan rencana impor beras tahun depan.
”Tapi untuk mengamankan cadangan strategis ketahanan pangan kita itu memang harus kita lakukan. Paling enggak, rasa aman sudah kita dapatkan untuk urusan pangan,” lanjutnya.
Terkait dinamika ekonomi global, Presiden juga menyoroti pelemahan ekonomi China sebagai mitra dagang utama Indonesia. Situasi ini perlu diantisipasi dengan upaya Indonesia untuk mulai menggarap potensi-potensi pasar ekspor baru untuk mempertahankan surplus neraca perdagangan.
Selain itu, kata Presiden, pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang juga menekan arus modal negara-negara berkembang perlu tetap diwaspadai agar tidak menekan stabilitas sektor keuangan di dalam negeri.
”Untuk itu, yang penting untuk saya adalah konsisten dalam melangkah. Bergerak secara berkelanjutan. Kita harus konsisten menarik investasi, tetapi bukan sembarang investasi. Kita harus fokus pada investasi yang memberikan nilai tambah kepada negara kita,” ujar Presiden.
Investasi hilirisasi
Investasi hilirisasi pada tahun depan akan diarahkan untuk semua sektor unggulan, baik mineral, pertanian, perikanan, kelautan, maupun perkebunan. Penguatan juga akan difokuskan untuk sektor-sektor ekonomi digital, ekonomi hijau, dan ekonomi biru.
”Kesimpulan saya, ekonomi outlook 2024 Indonesia sangat optimistis. Optimistis karena melihat kinerja ekonomi kita dan optimistis karena situasi politik yang dingin menjelang Pemilu 2024. Yang penting konsisten kerja keras, kerja sinergis antara pemerintah dan swasta, dan kerja yang berkelanjutan,” tutup Presiden.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, kunci agar perekonomian nasional bisa tumbuh di atas 5 persen pada 2024 adalah dengan memaksimalkan tiga mesin, yakni ekonomi konvensional, ekonomi baru, dan ekonomi Pancasila.
Mesin ekonomi konvensional yang dimaksud Airlangga adalah sektor konvensional, seperti perdagangan, manufaktur, dan pertanian. Menurut dia, jenis mesin ini perlu direvitalisasi dan diperbesar kapasitasnya agar terjadi peningkatan produktivitas yang tinggi.
Sementara itu, mesin ekonomi kedua adalah mesin ekonomi baru yang kelak berfungsi sebagai akselerator pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang. Di antaranya adalah ekonomi hijau serta penerapan aplikasi digital dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam berbagai sektor ekonomi, termasuk pertanian, manufaktur, kesehatan, dan transportasi.
”Penerapan AI memungkinkan analisis data yang lebih canggih dan pengambilan keputusan yang lebih cerdas. Selain itu, ia menjelaskan, pengembangan industri semikonduktor juga menjadi salah satu sektor yang berpotensi dikembangkan di masa depan,” ujar Airlangga.
Adapun mesin ekonomi ketiga adalah ekonomi Pancasila. Airlangga menjelaskan, ekonomi Pancasila berguna untuk menjaga kesinambungan sosial ekonomi masyarakat yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Agar partisipasi masyarakat luas dapat tercapai, maka penduduk harus sehat, berpendidikan, dan memiliki pekerjaan layak.
”Penyempurnaan program penghapusan kemiskinan, pemberian bantuan sosial, dan pemberdayaan masyarakat kelas menengah bawah serta UMKM pun perlu dilanjutkan untuk mengikis kemiskinan dan ketimpangan,” ujar Airlangga.