Dua Sumber Gas Raksasa Ditemukan, Infrastruktur Transmisi Jadi Tantangan
Perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Mubadala Energy, mengumumkan penemuan gas dengan potensi 6 TCF di utara Sumatera. Sebelumnya juga ada penemuan di laut Kaltim, dengan potensi 5 TCF.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dua sumber gas besar atau giant discovery, yakni di laut Kalimantan Timur dan utara Sumatera, ditemukan tahun ini. Hal itu membawa harapan besar pada gas sebagai energi andalan masa depan Indonesia. Namun, pengamat menilai infrastruktur serta ekosistem mesti disiapkan jika gas bumi di Indonesia hendak benar-benar dioptimalkan.
Pada Selasa (19/12/2023), perusahaan energi asal Uni Emirat Arab, Mubadala Energy, mengumumkan penemuan gas secara signifikan di sumur eksplorasi Layaran-1, Kontrak Kerja Sama (KKS) South Andaman, sekitar 100 kilometer lepas pantai Sumatera bagian utara. Dari temuan itu, diketahui terdapat potensi 6 triliun kaki kubik (TCF) gas.
Temuan itu hanya berselang sekitar dua bulan dari ditemukannya cadangan gas bumi di laut lepas Kalimantan Timur oleh perusahaan minyak dan gas bumi asal Italia, Eni. Perkiraan awal gas di Wilayah Kerja North Ganal (Geng North) itu sebesar 5 TCF.
Pengamat ekonomi energi yang juga dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran, Bandung, Yayan Satyakti, dihubungi dari Jakarta, Jumat (22/12/2023), mengatakan, jika temuan sumber gas raksasa itu ingin teroptimalkan, perlu ada perbaikan permintaan (demand) pasar. Suplai gas yang banyak dan masif mesti dihubungkan dengan infrastruktur yang optimal.
”Kalau tidak, antara supply dan demand tidak nyambung. Saat ini, kan, (gas bumi) untuk sampai ke demand masih banyak kendala, seperti pipanisasi, termasuk struktur pipa gas ke industri. Yang tak kalah penting, bagaimana akhirnya tercapai harga keekonomian gas. Saat ini, hal tersebut belum terintegrasi secara baik,” ujar Yayan.
Yayan menuturkan, pengembangan satu jenis energi tidak bisa dilakukan secara parsial. Pembiayaan-pembiayaan infrastruktur energi bahkan seharusnya sudah digenjot secara optimal 10-15 tahun lalu sehingga saat ini tinggal menikmatinya. Namun, yang terjadi, infrastruktur energi belum dilihat sebagai sesuatu yang krusial.
Energi, bagaimanapun, adalah public goods (barang publik) yang berarti harus dikelola pemerintah. ”Namun, dana (pemerintah), kan, tidak cukup karena tidak direncanakan matang. Saat ini, struktur industri di Indonesia belum berbasis gas, melainkan energi lainnya, seperti listrik hingga batubara. Hal-hal seperti itu yang dibenahi serta diciptakan ekosistemnya,” kata Yayan.
Saat ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah membangun jaringan pipa gas Cirebon-Semarang (terbagi dua tahap), yang mangkrak selama belasan tahun. Akhirnya pembangunan diputuskan dengan APBN. Kemudian, pemerintah juga merencanakan pembangunan transmisi ruas Sei Mangkei (Sumatera Utara)-Dumai (Riau).
Yayan menuturkan, jika penggunaan APBN sudah diputuskan, tak ada yang bisa melarang. Namun, idealnya, pembangunan infrastruktur energi tak menggunakan APBN. ”Kalau selalu pakai APBN, agak berat. Ada hubungannya dengan utang negara. Baiknya, diestimasi dan dikalkulasi ulang agar proyek-proyek lebih feasible dan ekonomis. Baiknya business to business,” katanya.
Dukung transisi energi
Pengeboran yang dilakukan Mubadala, sebagai operator South Andaman Gross Plit PSC, berkedalaman 4.208 meter pada kedalaman air laut 1.207 meter. Lewat kegiatan pengeboran itu, ditemukan kolom gas dengan ketebalan lebih dari 230 meter. Sumur mengalirkan gas berkualitas dengan kapasitas 30 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
”Seiring strategi perluasan portofolio gas dalam mendukung transisi energi, pengembangan ini menawarkan peluang komersial signifikan serta menambah momentum pada pertumbuhan strategis kami. Ini juga tonggak sejarah besar bagi ketahanan energi Indonesia dan Asia Tenggara,” ujar CEO Mubadala Energy Mansoor Mohamed al-Hamed dalam keterangannya, Selasa (19/12/2023).
Selain itu, penemuan baru yang terkonfirmasi tersebut juga keberhasilan kedua secara beruntun bagi Mubadala Energy di Andaman setelah hal serupa didapat di sumur Timpan-1 di KKS Andaman II. Penemuan-penemuan itu akan menambah volume kontingen material serta memberi landasan bagi pertumbuhan berkelanjutan bagi Mubadala Eenrgy di wilayah tersebut.
Dua temuan sumber gas raksasa tersebut, di laut Kaltim dan bagian utara Sumatra, diharapkan turut mendukung target nasional, yakni 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030. Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) per 31 Oktober 2023, realisasi salur gas ialah 5,35 miliar standar kubik per hari.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menuturkan, penemuan sumber gas raksasa di South Andaman menjadi kado penutup Tahun 2023. Menurtut Dwi, dua kali penemuan besar dunia (giant discovery) di Indonesia, pada tahun yang sama, ialah sejarah baru.
Ia pun berharap hal tersebut menjadi penguat daya tarik investasi hulu migas di Indonesia. ”Kami optimistis, perusahaan migas global, international oil company (IOC) akan kembali menempatkan Indonesia sebagai portofolio investasinya. Giant discovery secara beruntun mudah-mudahan menjadi game changer industri hulu migas nasional,” kata Dwi.