Okupansi Hotel saat Libur Natal dan Tahun Baru Membaik
Wisatawan mulai memesan hotel untuk menikmati libur Natal dan Tahun Baru. Tingkat okupansi hotel membaik.
JAKARTA, KOMPAS — Wisatawan mulai menyerbu hotel di sejumlah daerah untuk libur Natal dan Tahun Baru. Okupansi atau tingkat keterisian berbagai hotel pun membaik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain tidak adanya pembatasan mobilitas, program diskon hingga berbagai acara juga turut mendorong warga berlibur.
May Yani Efendi (26), karyawan swasta di Kota Padang, Sumatera Barat, sudah memesan kamar untuk 25-26 Desember nanti di pusat kota. Selama dua hari itu, ia hendak mengajak ibu dan kedua adiknya yang berdomisili di Kabupaten Limapuluh Kota berlibur ke Padang.
”Orang kota, kan, liburannya ke kabupaten, misalnya ke Lembah Harau atau wisata alam. Kalau kami, orang kabupaten, liburannya ke kota, mencari suasana berbeda daripada biasanya,” kata May, Rabu (20/12/2023).
Baca juga: Libur Natal dan Tahun Baru, Pembelian Tiket ”Online” Meningkat
Menurut May, dirinya sudah memesan kamar hotel melalui Traveloka dua hari lalu atau H-7. Pencarian kamar hotel dilakukan jauh-jauh hari untuk menghindari kenaikan harga mendekati hari H.
Selain itu, May juga berburu diskon harga kamar yang bisa mencapai separuh dan sangat meringankan biaya liburan. ”Saya pesannya malam-malam. Cari-cari harga diskon. Akhirnya dapat harga khusus promo,” ujarnya.
Selama di Padang, selain ke pantai, May dan keluarga juga akan berkunjung ke beberapa tempat, seperti pusat perbelanjaan, restoran, dan bioskop. Hal itu menjadi pertimbangan baginya untuk memesan kamar hotel di kawasan pusat kota agar aksesnya lebih mudah.
Nurul Rusdiansyah (28), warga Sukabumi, Jawa Barat, berencana menginap di hotel sekitaran Jakarta pada malam Tahun Baru. Beberapa hari terakhir, pria yang berprofesi sebagai pengajar ini sudah melihat beberapa opsi di aplikasi daring. Rusdiansyah pun berencana segera memesan pada Rabu malam karena harga kamar hotel mulai naik.
Rusdiansyah biasanya menghabiskan malam Tahun Baru bersama teman-teman di rumah. Namun, kali ini ia ingin menghabiskan momen itu di Jakarta bersama istri. Ia pun mencari hotel dekat pusat keramaian, seperti Monumen Nasional (Monas).
”Kami memprediksi, orang-orang akan lebih memilih pergi ke luar Jakarta sehingga di Jakarta sendiri tidak akan terlalu padat. Buat kami pun akses ke Jakarta mudah,” katanya.
Okupansi meningkat
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani menyampaikan, reservasi hotel di kota-kota destinasi wisata dan tujuan mudik sudah meningkat signifikan. Peningkatan terjadi di Yogyakarta, Bali, Malang, Medan, dan Manado. Per Rabu (20/12/2023), pemesanan pada hotel-hotel untuk tanggal 22 Desember 2023 sampai 2 Januari 2024 sudah 60 persen.
Hariyadi memprediksi, lonjakan paling tinggi akan terjadi pada Jumat (22/10/2023) karena masyarakat sudah mulai mengambil cuti. Ia juga memperkirakan, puncak tingkat keterisian kamar tahun ini sebesar 80 persen atau 5 persen lebih tinggi dari periode libur Natal dan Tahun Baru 2019.
”Libur Natal dan Tahun Baru ini tidak terlalu panjang waktunya sehingga okupansi hotel bisa tinggi. Berbeda dengan Idul Fitri yang cukup lama sehingga tamu tersebar dalam beberapa kegiatan sehingga okupansi hotel tidak maksimal,” kata Hariyadi.
Libur Natal dan Tahun Baru ini tidak terlalu panjang waktunya sehingga okupansi hotel bisa tinggi.
Marketing Communication Manager Corporate Jambuluwuk Hotels and Resorts, Martha Thomas, mengatakan, kondisi industri perhotelan memang membaik pada tahun ini. Okupansi di hampir semua hotel Jambuluwuk yang berada di sejumlah wilayah Indonesia mencapai 90 persen.
Menurut Martha, peningkatan okupansi tercatat sejak 15 Desember 2023. Martha memprediksi tingkat hunian kamar hotel akan mencapai 100 persen dalam waktu dekat.
Martha melanjutkan, okupansi Hotel Jambuluwuk akan melebihi tahun 2019 atau masa sebelum pandemi. Saat itu, tingkat hunian kamar hotel pada periode Natal dan Tahun Baru hanya 90 persen. Preferensi masyarakat soal liburan penyebabnya.
Menurut Martha, pada 2019, banyak masyarakat memilih pergi ke luar negeri sehingga berpengaruh terhadap okupansi hotel di Indonesia. Sekarang, masyarakat lebih memilih menghabiskan waktu libur di Indonesia bersama keluarga.
”Sejak 15 Desember, kami sudah kewalahan menangani back to back kamar, keluar-masuk. Artinya, tidak pernah kosong. Dengan okupansi yang terus naik, kami juga sudah menyiapkan beberapa kamar yang akan dijual bagi mereka yang memesan langsung di hotel,” katanya.
Hal senada diungkapkan Assistant Marketing Communication Manager Novotel Jakarta Gajah Mada, Gita Pratiwi. Tingkat okupansi hotel ini lebih baik dibanding tahun lalu karena tidak ada lagi pembatasan. ”Kondisinya sudah dapat dikatakan normal,” katanya.
Terkait persentase okupansi kamar hotel, Gita tidak bersedia mengungkapkan. Namun, sejak November, sudah banyak yang menanyakan kamar dan layanan khusus yang disediakan. Sebagian di antara mereka sudah melakukan pemesanan.
Menurut Gita, tamu kamar Novotel Jakarta Gajah Mada berasal dari berbagai kalangan, baik wisatawan, pebisnis, maupun pegawai pemerintahan. Lokasi hotel di tempat wisata, seperti Kota Tua Jakarta, dan kantor-kantor perusahaan dan pemerintahan.
Layanan khusus
Gita melanjutkan, untuk momen libur Tahun Baru, Novotel Jakarta Gajah Mada mengadakan layanan khusus. Hotel ini mengadakan makan malam bertema ”Journey to Asia” saat malam Natal pada 24 Desember dan malam Tahun Baru pada 31 Desember.
”Akan ada jelajah kuliner Asia di hotel kami. Dari makanan Jepang, China, Thailand, hingga Indonesia. Ada live sushi roll juga. Asia identik dengan keluarga, Natal dan Tahun Baru juga. Pasti pengunjung inginnya berkumpul sama keluarga atau kolega,” ujar Gita.
Sementara itu, Martha Thomas menjelaskan, pemesan hotel di Jakarta biasanya mempertimbangkan jarak antara tempat menginap dan tempat pelaksanaan acara. Mereka akan lebih dulu mencari acara-acara menarik saat malam Tahun Baru, lalu menentukan tempat menginap.
Lantaran pola itu, Jambuluwuk Thamrin, Jakarta, pun tidak mengadakan acara khusus perayaan malam Tahun Baru untuk menggaet masyarakat. Terlebih, lokasi Jambuluwuk berdekatan dengan dua titik keramaian Ibu Kota, Bundaran Hotel Indonesia dan Mal Sarinah.
Para tamu pun sebagian besar berasal dari Jabodatek. Mereka menghabiskan waktu di Jakarta karena tidak ingin bepergian terlalu jauh. Kalaupun ada tempat yang menarik dikunjungi, sebisa mungkin dapat diakses dengan mudah.
Pola ini berbeda dengan pemesan Hotel Jambuluwuk di Seminyak, Puncak, Malioboro, dan Gili Trawangan yang dekat dengan destinasi wisata. Tamu hotel umumnya memesan jauh-jauh hari melalui aplikasi.
”Selain harga lebih murah dan berpeluang mendapatkan diskon, mereka juga tidak ingin bepergian tanpa kepastian menginap di mana. Sebagian besar merupakan wisatawan luar kota,” ucap Martha.