Hegemoni Industri Komik Jepang, dari Netflix hingga Kios Buku Bekas
Komik Jepang telah menjadi rantai pasok global yang menyirkulasikan uang puluhan triliun rupiah. Hegemoninya dahsyat hingga melibatkan industri film Barat sampai pedagang buku bekas di Jakarta.
Menggeliatnya industri manga atau komik Jepang tak hanya dirasakan oleh negeri Matahari Terbit. Terlepas dari berbagai versi sejarah tentang perkembangan industri komik dari masa ke masa, tak bisa dimungkiri, Jepang merupakan salah satu negara yang menjadi kiblat perkomikan di dunia.
Ketenaran Nippon sebagai kiblat dimulai dari munculnya manga Astro Boy (Tetsuwan Atomu) karya Osamu Tezuka yang terbit pada 1952. Popularitasnya menyebar ke seluruh penjuru dunia seiring dengan alih wahana manga tersebut ke dalam bentuk animasi (anime) pada 1963.
Jepang merupakan salah satu negara yang menjadi kiblat perkomikan di dunia.
Selanjutnya, dunia perkomikan Jepang semakin dikenal seiring dengan rilisnya Dragon Ball karya Akira Toriyama pada 1984 yang cukup sukses merebut hati para penggemarnya. Kesuksesan kisah mengenai Tujuh Bola Naga dan Son Goku itu diikuti oleh manga lain, seperti Captain Tsubasa, Slam Dunk, Sailor Moon, dan Doraemon.
Belakangan, manga One Piece karya Eiichiro Oda yang telah berusia lebih dari 25 tahun seakan menjadi magnet baru. Serial manga tentang Monkey D Luffy bersama para kru bajak laut Topi Jerami itu tayang perdana sebagai live action serial bertajuk One Piece dengan delapan episode di Netflix pada 31 Agustus 2023.
Serial yang digarap oleh Matt Owens dan Steven Maeda tersebut sukses bertengger dalam posisi 10 besar film Netflix global selama delapan pekan hingga mencapai total 63,8 juta kali ditonton dengan durasi mencapai 480,3 juta jam.
510 juta eksemplar
Tak berhenti di situ, Netflix pada Minggu (17/12/2023) mengumumkan, mereka akan membuat versi anime baru (remake) dengan judul The One Piece. Serial ini akan diproduksi oleh WIT Studio dan bekerja sama dengan Shueisha, Fuji Televison Network, serta Toei Animation Co.
Serial One Piece yang komiknya telah terjual lebih dari 510 juta eksemplar di seluruh dunia itu menjadi satu dari sekian banyaknya judul manga lainnya. Mengutip data Statista.com, nilai penjualan komik di Jepang pada 2022 tercatat 677 miliar yen Jepang atau lebih kurang Rp 73,23 triliun.
Berdasarkan segmentasinya, komik digital dan majalah komik digital memiliki nilai penjualan paling besar, yakni 447,9 miliar yen Jepang atau sekitar Rp 48 triliun. Menyusul kemudian adalah segmen komik cetak senilai 174,4 miliar yen Jepang atau Rp 18,83 triliun dan majalah komik cetak senilai 53,7 miliar yen Jepang atau sekitar Rp 5,8 triliun.
Baca juga: Simbiosis Mal, ”Wota”, ”Wibu”, dan Beragam Subkultur Kota
Nilai penjualan komik digital hampir dua kali lipat komik cetak dan majalah komik cetak. Artinya, sudah terjadi peralihan konsumsi komik, dari cetak ke versi digital.
Sementara itu, pangsa pasar manga secara global pada 2022 sebagaimana dilansir Grand View Research mencapai 12,13 miliar dollar AS dan diperkirakan tumbuh 17,4 persen per tahun selama 2023-2030. Dengan demikian, pendapatan industri manga global pada 2030 diperkirakan mampu mencapai 42,2 miliar dollar AS.
Ini menempatkan industri manga dari Jepang berdiri sejajar dengan sejumlah pemain besar yang menguasai pasar global komik. Sebut saja, misalnya, Shueisha dan Shogakukan yang merupakan industri komik dari Jepang yang sejajar dengan The Walt Disney Company, Warner Bros, Image Comics, IDW Publishing, dan Boom! Studios.
Penerbit Tanah Air
Geliat industri manga secara global itu turut menggerakkan industri penerbitan di Tanah Air. PT Elex Media Komputindo, misalnya, sekalipun penjualan di departemen komik toko turun 1,3 persen dibandingkan dengan tahun 2022, komik manga tumbuh 4 persen dibandingkan dengan 2022.
Penjualan komik di PT Elex Media Komputindo terbagi dalam tiga kelas, yakni komik manga, komik edukasi, serta novel grafik (komik Eropa). Di antara ketiganya, pertumbuhan komik manga menjadi kontributor utama penjualan di departemen komik.
Untuk judul baru dari penerbit Jepang yang sudah bekerja sama akan menginformasikan judul-judul baru mereka, baik dari komikus lama maupun baru.
Beberapa produk komik yang bisa dibilang cukup laris terjual pada 2023 adalah Detektif Conan, Spy X Family, One Piece, serta Jujutsu Kaisen. Komik-komik tersebut rata-rata dibanderol dalam kisaran harga Rp 32.000-Rp 45.000 per eksemplar.
Manager Departement Fiksi Elex Media Komputindo Joko Wibowo menjelaskan, mekanisme pembelian hak cipta komik yang berasal dari Jepang dilakukan layaknya pembelian hak cipta non-komik. Lebih lanjut, volume komik yang diterbitkan di Indonesia biasanya mengikuti volume komik yang terbit di Jepang.
”Untuk judul baru dari penerbit Jepang yang sudah bekerja sama akan menginformasikan judul-judul baru mereka, baik dari komikus lama maupun baru. Untuk memperkirakan komiknya nanti bakal laku atau tidak di Indonesia, gampang-gampang susah. Biasanya teman-teman akan mengikuti pakem tertentu,” katanya saat dihubungi dari Jakarta.
Misteri dan horor
Menurut Joko, beberapa genre komik yang sekarang sedang diminati adalah misteri atau horor. Biasanya, komik manga yang laris di Jepang cenderung akan laris terjual di Indonesia, seperti Jujutsu Kaisen, Spy x Family, One Piece, Detektif Conan, dan Blue Lock.
Secara umum, komik yang diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo dan M&C Publishing berkontribusi terhadap pangsa pasar Gramedia sebesar 17 persen atau terbesar ketiga setelah penjualan buku Novel dan Self Improvement.
Baca juga: Inspirasi Anti-”burnout” dari Akira Tendo
Di sisi lain, adanya teknologi digital turut menjadi tantangan tersendiri bagi industri penerbitan. Kemunculan situs-situs komik digital, baik yang resmi maupun tidak resmi, bertebaran dan menarik cukup banyak pembaca. MangaPlus sebagai platform komik digital bebayar, misalnya, telah memiliki total sekitar 6 juta pengguna.
Kendati demikian, sebagian penggemar komik masih menaruh minatnya terhadap komik berbentuk fisik. Alasannya, antara lain, adanya hasrat pembaca untuk mengoleksi komik favorit. Ada juga alasan terkait rasa nostalgia hingga esensi estetika dari desain komik.
Buku bekas
Sekitar 8 kilometer dari Kantor PT Elex Media Komputindo, Mamad (43), tengah sibuk menata buku-buku di kiosnya. Saat itu, hampir tidak ada pengunjung yang memasuki kawasan Jakbook Pasar Buku Kenari di bilangan Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Selasa (20/12/2023), untuk membeli buku.
Dari sejumlah deretan kios yang tersedia, hanya beberapa kios yang tampak menggelar lapak buku-bukunya. Sebagai salah satu pemilik dari tiga kios buku di sana, Mamad, mengaku, kini kedatangan pengunjung tidak bisa dipastikan. Oleh karena itu, ia turut melapak secara daring melalui platform lokapasar.
Baca juga: Saatnya Toko Buku Berbenah agar Dapat Terus Bertahan
Di antara berbagai tumpukan buku di dalam kiosnya, terdapat sejumlah komik-komik yang cukup familiar, seperti Detektif Conan, Crayon Shincan, Rurouni Kenshin, The Law of Ueki, serta Let’s and Go. Selain itu, ada pula tumpukan komik yang disatukan khusus atau satu seri tamat.
”Orang-orang biasanya mencari satu paket lengkap (seri tamat). Ada juga yang mencari seri-seri kecil (volume 1-10) untuk melengkapi koleksinya,” katanya.
Menurut Mamad, untuk dapat mengumpulkan satu seri komik lengkap mulai perdana hingga tamat, gampang-gampang susah. Sebab, komik-komik yang datang ke lapaknya tiba dengan cara yang beragam.
Ada yang datang melalui pengepul barang-barang bekas. Ada pula yang datang dari perorangan atau pemilik koleksi komik. Tak jarang, Mamad juga berburu komik-komik atau buku-buku tertentu dalam acara obral buku.
Harga jual bervariasi. Komik-komik di kios Mamad dipatok Rp 10.000 per buku. Untuk versi seri lengkap, harga tergantung dari tingkat kesulitan mengumpulkan seri hingga lengkap. The Impeccable Twins, misalnya, Mamad menjualnya seharga Rp 350.000 dengan total 32 volume.
Usaha jual-beli buku bekas tersebut telah Mamad lakoni sejak tahun 2010 di kawasan Terminal Bus Senen. Ia kemudian melebarkan sedikit sayapnya dengan membuka lapak baru di Pasar Kenari tersebut pada 2018 silam.
”Meski hasilnya tidak pasti. Lumayan hasil jualan buku ini bisa untuk menghidupi kelima anak saya,” ujarnya.
Perputaran uang dari industri komik memang tidak berhenti di negeri Matahari Terbit saja. Ketenaran manga turut menembus pasar perfilman internasional, industri penerbitan di Indonesia, hingga menyentuh pedagang kecil di kios-kios buku bekas.