Perputaran Uang Selama Libur Akhir Tahun Diperkirakan Capai Rp 80 Triliun
Jumlah tersebut dihitung dari perkiraan warga yang bepergian pada periode ini dan asumsi rata-rata belanja yang dikeluarkan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perputaran uang selama libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 diperkirakan akan mencapai lebih dari Rp 80 triliun. Uang ini dibawa oleh warga yang memanfaatkan momentum ini untuk berwisata dan berbelanja. Harapannya, gelontoran uang ini juga turut menopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan keempat 2023.
”Perputaran uang di momen liburan akhir tahun ini mencapai Rp 80,25 triliun,” ujar Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang, Senin (18/12/2023).
Ia menjelaskan, hitungan ini berasal dari hitungan asumsi belanja dari data yang ada. Mengutip Kementerian Perhubungan, jumlah orang yang akan melakukan perjalanan pada momen liburan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 diperkirakan mencapai 107 juta orang atau setara dengan 26,75 juta keluarga. Dengan asumsi seperti halnya mudik Lebaran yang rata-rata tiap keluarga mengeluarkan uang Rp 3 juta, maka diperoleh hitungan Rp 80,25 triliun.
Sarman menambahkan, perputaran uang itu akan terserap ke berbagai sektor ekonomi, seperti akomodasi dan pariwisata. Pada kesempatan ini, diperkirakan ada lonjakan permintaan jasa transportasi, baik darat, laut, maupun udara. Begitu juga dengan peningkatan permintaan kamar hotel, motel, vila, penginapan, dan lain-lain.
Daerah-daerah dengan destinasi pariwisata juga akan menikmati perputaran uang dari pusat rekreasi, restoran, pusat hiburan, mal, dan lain-lain. Ini juga momen bagi para usaha mikro kecil menengah (UMKM) ikut menikmati kenaikan pendapatan dari penjualan cendera mata hingga bingkisan Natal dan Tahun Baru.
Sektor lainnya yang juga akan menikmati kenaikan permintaan adalah distribusi dan logistik dari pengiriman berbagai bingkisan dan hamper Natal dan Tahun Baru.
Begitu pula dengan industri makanan minuman. Momen ini biasanya dirayakan dengan membeli banyak makanan kecil. Adapun sektor tekstil-garmen bisa ikut menikmati kenaikan permintaan dari pembelian baju ataupun aksesori baru.
Sarman mengatakan, dengan perputaran yang sangat besar dan menyentuh berbagai sektor ekonomi tersebut, harapannya momentum akhir tahun ini bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
”Harapannya, pertumbuhan ekonomi di triwulan keempat bisa terdorong sehingga menembus 5 persen, lebih tinggi dari triwulan ketiga yang 4,94 persen,” ujar Sarman.
Ritel
Momentum Natal dan Tahun Baru juga diperkirakan akan menjadi panen kenaikan pendapatan industri ritel. Sebab, merekalah ujung tombak penjualan di hilir industri dan jasa.
Anggota Dewan Penasihat Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Tutum Rahanta mengatakan, setiap tahun ada momen musiman yang dinanti dunia usaha, yakni liburan Tahun Baru dan Lebaran. Saat kedua momentum musiman itu, ada dorongan permintaan konsumsi masyarakat yang dipicu kesempatan akhir tahun dan adanya pencairan tunjangan hari raya.
”Lonjakan ini sifatnya musiman, bisa sedikit banyak membantu meningkatkan omzet,” ujar Tutum.
Kendati demikian, pihaknya juga meminta semua pihak mencermati potensi rambatan yang mungkin terjadi. Inflasi bisa terjadi dari faktor dorong kenaikan harga (cost push inflation).
Mengutip Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI), pada triwulan keempat tahun ini industri ritel diperkirakan akan mencatat kenaikan kinerjanya. Indeks penjualan eceran diperkirakan akan tumbuh 2,6 persen secara tahunan, meningkat 1,4 persen dari triwulan sebelumnya.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, sektor yang mencatat kenaikan tertinggi adalah kelompok peralatan rumah tangga, kelompok suku cadangan kendaraan bermotor, dan bahan bakar kendaraan bermotor.
SPE merupakan survei bulanan terhadap lebih kurang 700 pengecer di 10 kota. Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi dini mengenai arah pergerakan produk domestik bruto (PDB) dari sisi konsumsi.