Permintaan Global Lesu, Ekspor Industri Pengolahan Menurun
Ekspor industri pengolahan pada Januari-November 2023 mencapai 171,23 miliar dollar AS, turun 3,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS- Perlambatan ekonomi global terutama pada mitra dagang Indonesia membuat permintaan ekspor turun. Dampaknya, ekspor industri pengolahan pada Januari-November 2023 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Mengingat porsinya yang mencapai 72,43 persen dari total ekspor, penurunan kinerja sektor ini menarik turun ekspor Indonesia.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor industri pengolahan pada Januari-November 2023 mencapai 171,23 miliar dollar AS menurun 3,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Ekspor lemak dan minyak nabati turun 10,49 persen secara tahunan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, pada jumpa pers tentang kinerja ekspor November 2023 di Jakarta, Jumat (15/12/2023), mengatakan, turunnya ekspor industri pengolahan disumbang penurunan kinerja sejumlah subsektor.
Di antaranya adalah ekspor lemak dan minyak nabati turun 10,49 persen secara tahunan. Sementara ekspor besi dan baja turun 2,19 persen. Adapun ekspor mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya turun 7,66 persen.
Ekonomi mitra melemah
Penurunan kinerja ekspor ini dipicu melemahnya permintaan ekspor dari negara mitra dagang Indonesia. Ekspor non migas Indonesia ke China turun 13,86 persen secara tahunan. Padahal negeri tirai bambu ini jadi destinasi terbesar dengan kontribusi 25,49 persen. Ekspor menuju negara mitra dagang lainnya seperti Amerika Serikat yang punya kontribusi 9,54 persen, juga bertumbuh negatif 7,49 persen.
“Pertumbuhan ekonomi China pada triwulan III-2023 mencapai 4,9 persen secara tahunan, melambat dibandingkan triwulan II-2023 sebesar 6,3 persen secara tahunan. Perekonomian Amerika Serikat triwulan III-2023 meningkat jadi 3,0 persen dibandingkan triwulan II-2023 sebesar 2,4 persen. Tapi permintaan ekspor ke sana masih bertumbuh negatif,” ujar Pudji.
Menurunnya ekspor industri pengolahan terutama disebabkan melemahnya perekonomian global.
Ekspor nonmigas menuju negara-negara kawasan juga mencatat penurunan. Ekspor Indonesia ke negara-negara Asia Tenggara turun 11,01 persen secara tahunan. Padahal kawasan ini berkontribusi 18,56 persen terhadap total ekspor industri pengolahan.
Kinerja ekspor industri pengolahan ke kawasan Uni Eropa juga turun 16,83 persen secara tahunan. Padahal kawasan ini menyumbang 6,84 persen dari total ekspor industri pengolahan.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz, mengatakan, menurunnya ekspor industri pengolahan terutama disebabkan melemahnya perekonomian global. Ini menyebabkan permintaan ekspor dari negara-negara mitra dagang Indonesia masih melemah.
Ekspor tambang turun
Dengan kontribusi ekspor industri pengolahan pada total ekspor Indonesia mencapai 72,43 persen dari total ekspor Indonesia, penurunan ekspor sektor ini juga menarik ke bawah kinerja ekspor Indonesia. Total ekspor Indonesia selama Januari-November 2023 mencapai 236,40 miliar dollar AS.
Ekspor pertambangan dan lainnya yang merosot 27,47 persen secara tahunan juga ikut menurunkan kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan. Sektor pertambangan dan lainnya berkontribusi terhadap 19,75 persen dari total ekspor Indonesia.
Pada Januari-November 2023, total ekspor Indonesia menurun 8,56 persen secara tahunan.
Menurunnya kinerja ekspor industri pengolahan dan pertambangan menurunkan kinerja ekspor secara keseluruhan. Pada Januari-November 2023, total ekspor Indonesia menurun 8,56 persen secara tahunan.
Padahal, ekspor migas Indonesia bertumbuh 16,43 persen secara tahunan. Namun, karena porsinya hanya 6,11 persen, kenaikan ekspor sektor ini jadi tidak terlalu signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan.
Irman menjelaskan, kinerja ekspor Januari-November 2023 yang terkontraksi 8,6 persen secara tahunan itu sebetulnya perbaikan dibandingkan kinerja bulan sebelumnya dimana ekspor terkontraksi lebih besar yakni 10,4 persen secara tahunan.
Penurunan ekspor ini, Irman melanjutkan, terutama didorong oleh melemahnya harga komoditas pertambangan seperti batubara. Harga Batubara pada November 2023 pada level 126,8 dollar AS per metrik ton, menurun dibandingkan November 2022 yang sebesar 342,2 dollar AS per metrik ton.
Begitu juga dengan harga gas bumi. Pada November 2023, harganya 2,7 dollar AS per million metrik british thermal unit (MMBTU). Pada periode yang sama tahun lalu, harganya 5,3 dollar AS per MMBTU.
Sementara itu, impor Indonesia pada Januari-November 2023 tumbuh 3,29 persen secara tahunan, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 2,4 persen secara tahunan. Pertumbuhan impor ini didorong oleh perbaikan konsumsi domestik yang tercermin dari pertumbuhan barang konsumsi yang mencapai 19,82 persen secara tahunan. Impor barang modal juga tumbuh, yakni sebesar 13,7 persen secara tahunan. I
Kendati ekspor menurun dan impor tumbuh, tetapi neraca perdagangan Indonesia masih surplus sebesar 5,1 miliar dollar AS. Catatan ini melanjutkan tren surplus selama 43 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.