Lonjakan permintaan pada momentum akhir tahun diantisipasi dunia usaha dengan ekspansi.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Momen liburan akhir tahun diperkirakan akan meningkatkan permintaan belanja masyarakat. Hal ini diantisipasi oleh dunia usaha dan industri manufaktur dengan berekspansi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, menjelang akhir tahun sentimen ekspansi kinerja dunia usaha memang meningkat. ”Ini dikarenakan adanya kenaikan konsumsi masyarakat di momentum liburan akhir tahun seperti halnya periode hari raya Idul Fitri,” ujar Shinta, dihubungi Selasa (5/12/2023) di Jakarta.
Ia menambahkan, konsumen juga masih memiliki daya beli dan keyakinan akan kondisi ekonomi. Hal ini lantaran inflasi dan nilai tukar rupiah juga relatif terkendali. Semua hal ini sangat mendukung adanya kinerja sektor manufaktur yang lebih tinggi, terlebih lagi dorongan konsumsi masyarakat dalam jangka pendek karena momentum konsumsi akhir tahun.
Ekspansi dunia usaha dan manufaktur ini tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia pada November 2023 pada posisi 51,7, meningkat dibandingkan Oktober 2023 pada posisi 51,5. PMI merupakan indeks yang dirilis oleh lembaga riset pemeringkat kinerja perekonomian S&P Global untuk melihat geliat dunia usaha merespons permintaan pasar. Indeks di atas 50 mengindikasikan dunia usaha atau industri manufaktur dalam posisi ekspansi, sedangkan angka di bawah 50 mengindikasikan sebaliknya.
Menurut data PMI, ekspansi sektor manufaktur Indonesia akan bertahan terus sampai triwulan keempat tahun ini. Kenaikan produksi didukung oleh kenaikan permintaan baru dan kenaikan jumlah tenaga kerja.
Pemenuhan permintaan baru meningkatkan aktivitas pembelian oleh perusahaan manufaktur. Disebutkan pula, perusahaan secara umum optimistis bahwa output pada 12 bulan mendatang akan naik, di tengah harapan terhadap kondisi pasar yang menguat dan harga yang lebih stabil.
”Kinerja sektor industri manufaktur nasional menjelang akhir tahun 2023 ini masih berada di fase ekspansi, meski mendapat tekanan dari kondisi ekonomi global. Artinya, juga bahwa capaian positif PMI Indonesia ini bertahan hingga 27 bulan berturut-turut,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, akhir pekan lalu.
Agus menjelaskan, PMI manufaktur Indonesia mulai membaik pada November 2023 karena adanya peningkatan produksi yang lebih cepat dibandingkan dua bulan sebelumnya. Kenaikan jumlah produksi juga turut menambah penyerapan tenaga kerja. Terlebih, didukung dengan aktivitas industri untuk persiapan akhir tahun yang meliputi Natal dan Tahun Baru.
”Hal ini juga menandakan bahwa tingkat kepercayaan diri dari para pelaku industri kita masih tinggi,” ungkapnya.
Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan menyebut, data PMI November 2023 menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi. ”Pesanan baru yang akan datang untuk barang produksi Indonesia kembali naik pada November 2023. Hal ini didukung oleh perbaikan kondisi permintaan dan ekspansi basis pelanggan,” ujarnya.
Pan menilai sangat penting untuk mengamati tanda-tanda perlambatan meski perusahaan manufaktur tampaknya optimistis bahwa kondisi akan membaik pada bulan-bulan mendatang. Namun, kabar baiknya, pertumbuhan output mengalami percepatan dengan sebagian ditopang oleh perbaikan pada jumlah tenaga kerja. ”Sementara tekanan harga semakin intensif, tingkat inflasi biaya input dan harga output masih belum melampaui rata-rata masing-masing,” ujarnya.
PMI manufaktur Indonesia pada November 2023 mampu melampaui PMI manufaktur ASEAN (50,0) serta negara-negara ASEAN, seperti Thailand (47,6), Malaysia (47,9), Vietnam (47,3), dan Myanmar (48,1). Selain itu, juga lebih tinggi dibandingkan PMI China (50,7), Zona Eropa (43,8), Jerman (42,3), Jepang (48,3), Belanda (44,9), Korea Selatan (50,0), Taiwan (48,3), Inggris (46,7), dan Amerika Serikat (49,4).
Indeks Keyakinan Industri
Ekspansi dunia usaha juga tecermin dalam Indeks Keyakinan Industri (IKI) yang dirilis Kementerian Perindustrian pada November 2023 yang naik menjadi 52,43 naik 1,73 dari Oktober 2023.
Juru Bicara Kementerian Perindustrian Febri Hendri Antoni Arif menjelaskan, peningkatan nilai IKI pada periode ini didukung oleh tiga hal utama, yaitu peningkatan produksi dan permintaan, penguatan nilai tukar rupiah, serta faktor musiman untuk persiapan kenaikan permintaan pada liburan akhir tahun.
Febri menjelaskan, kondisi umum kegiatan usaha di bulan November 2023 lebih baik dari bulan Oktober 2023. Hal ini tampak dari kenaikan responden yang menjawab kondisi usahanya membaik dan stabil meningkat dari 75,6 persen menjadi 78,8 persen.
Selain itu, tingkat optimisme pelaku usaha enam bulan ke depan juga meningkat dari 61,02 persen menjadi 61,41 persen. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa industri sedang mempersiapkan produk untuk menyelesaikan pesanan sebagai antisipasi kenaikan pesanan disertai penurunan produktivitas karena libur Natal dan Tahun Baru.