KSP Bahas Peluang Petani Muda Indonesia Belajar di Korea Selatan
Indonesia disebut sebagai mitra potensial yang dapat membantu Korea Selatan mengembangkan pertanian modern.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kantor Staf Presiden atau KSP membahas peluang bagi petani muda Indonesia untuk bertani di Korea Selatan dengan konsep belajar sambil bekerja. Hal ini agar para petani muda mendapatkan ilmu pertanian modern dari Korea Selatan.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyampaikan gagasan untuk bisa mengirimkan petani muda Indonesia ke Korea Selatan melalui organisasi Maju Tani Nusantara ketika bertemu anggota National Assembly Korea Selatan, Hong Moon-pyo, di Gedung Korean National Assembly Seoul, Korea Selatan, Senin (27/11/2023).
”Jadi, mereka (petani muda) bisa belajar, tetapi tetap mendapat upah dari pekerjaan mereka,” kata Moeldoko di acara tersebut.
Pertemuan ini juga dihadiri sejumlah anggota Korean National Assembly dan pengusaha Korea Selatan di bidang pertanian dan energi. Mereka membahas rencana kerja sama masa depan yang diharapkan akan membawa hubungan bilateral kedua negara ke tingkat yang lebih tinggi. Pertemuan tersebut sekaligus menjadi momen merayakan 50 tahun kerja sama antara Korea Selatan dan Indonesia.
Fokus utama pembicaraan melibatkan bidang pertanian, energi hijau, dan penerapan teknologi digital di sektor pertanian.
Dalam konteks peringatan setengah abad kerja sama Indonesia-Korea Selatan, Moeldoko menyampaikan peta jalan yang telah disiapkan Presiden Joko Widodo. Peta jalan ini menandai komitmen Indonesia mencapai Indonesia Emas tahun 2045 dengan pendapatan per kapita yang melebihi 23.000 dollar Amerika Serikat.
Konsep belajar dengan bekerja bagi petani muda asal Indonesia itu nantinya diharapkan bisa dilanjutkan dengan investasi dari Korea Selatan di bidang pertanian modern. Dengan demikian, Indonesia bisa memenuhi kebutuhan buah tropis untuk pasar Korea Selatan.
Dalam kesempatan tersebut, Moeldoko menyoroti langkah Korea Selatan yang memulai budidaya padi varietas Tongil pada 1961 dan berhasil mencapai swasembada dalam tempo sepuluh tahun. Saat ini, Indonesia berada dalam tahap inovasi riset pengembangan benih padi unggul M70D, yang menjanjikan hasil pada usia padi 70 hari atau lebih cepat 20 hari dengan hasil dua kali lipat produksi rata-rata nasional.
Hong Moon-pyo mengapresiasi upaya Indonesia menjalin kerja sama pertanian dengan Korea Selatan. Menurut dia, Indonesia punya potensi besar karena lahannya yang luas, jumlah petani yang besar, serta kesiapan teknologi dan digital. ”Indonesia merupakan mitra potensial yang dapat membantu Korea Selatan mengembangkan pertanian modern,” kata Hong Moon-pyo.
Hong Moon-pyo juga menyambut peluang kerja sama yang lebih mendalam, terutama untuk membuka kesempatan bagi petani muda Indonesia. Ia berharap agar pertemuan tersebut dapat menjadi awal bagi para petani muda Indonesia untuk belajar sambil bekerja, memanfaatkan pengalaman dan keberhasilan Korea Selatan dalam mengembangkan pertanian modern.
Pertemuan ini menandai langkah awal menuju kerja sama yang lebih erat antara Indonesia dan Korea Selatan di bidang pertanian dan energi hijau. Kedua negara menegaskan komitmen mereka untuk menciptakan masa depan yang cerah dan berkelanjutan.