Empat Resep Sukses Komersial Coldplay
Coldplay tidak sekadar band musik, melainkan juga institusi bisnis. Transformasi citra, inovasi produk, regenerasi konsumen, dan merangkul narasi mutakhir jadi resep suksesnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2F1f2c46f0-4500-4a5b-ac86-b4ba85b9492e_jpg.jpg)
Grup band Coldplay menggelar konser bertajuk "Coldplay Music of the Spheres World Tour" di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Pada usianya yang sudah 25 tahun, alih-alih menua dan pudar, Coldplay terus berpendar. Saat band sepantarannya sudah mulai sepi penggemar baru dan sibuk menjaga basis penggemar lama yang itu-itu saja, Coldplay terus ekspansif dan merangkul penggemar baru yang lebih muda dan segar. Kok bisa, ya?
Saat mendengar Coldplay akan manggung di Jakarta, bukan cuma Anisa yang bergembira, melainkan juga Wawan, sang ayah. Soalnya, keduanya sama-sama menggemari musik kuartet asal London itu.
Padahal, keduanya terpaut usia 23 tahun. Wawan yang merupakan karyawan swasta berusia 42 tahun sama gandrungnya dengan Anisa, mahasiswi yang kini berusia 19 tahun.
Bedanya, Wawan lebih suka lagu-lagu jadul dari album-album awal Coldplay macam ”Yellow” dan ”In My Place” yang keluar di awal dekade 2000. Sementara Anisa lebih suka lagu-lagu kekinian macam ”My Universe” dan ”A Sky Full of Stars”.

Menurut Wawan, lagu-lagu Coldplay saat ini sudah jauh berbeda dengan lagu yang dibawakan Chris Martin dan kawan-kawan saat awal kemunculannya. Dulu, lagu-lagu Coldplay sangat kental dengan nuansa genre Brit-Pop (British-Populer) yang dibalut dengan nuansa rock. Musik dihasilkan dari permainan band dengan instrumen musik analog.
Sementara lagu-lagu Coldplay yang belakangan ini lebih kental nuansa genre pop dibalut electronic dance music (EDM). Suara instrumen musik analog tidak lagi dominan seperti dahulu. Nuansa Brit-Pop pun sudah hampir hilang sama sekali. Musik-musik yang lebih bernuansa populer dan digital inilah yang lebih disukai anak muda seperti Anisa.
”Musik Coldplay yang sekarang tuh enak. Bisa dibuat agak joget. Kena juga nadanya. Kekinian pokoknya,” ujar Anisa saat dihubungi pada Senin (20/11/2023).
Musik Coldplay yang sekarang tuh enak. Bisa dibuat agak joget. Kena juga nadanya. Kekinian pokoknya.
Dalam sebuah wawancara di Youtube Apple Music pada 2021 silam, Chris Martin sang vokalis ditanya mengapa genre musik Coldplay terasa berubah-ubah. Ia menjawab, itu terjadi karena setiap musisi dan seniman pasti akan terikat dan terpengaruh dengan perkembangan kultur dan teknologi di sekitarnya. Hal itu pula yang menyebabkan mengapa Coldplay menciptakan musik sesuai perkembangan zaman.
Chris menuturkan, sudah bukan zamannya lagi musik dikotak-kotakkan dalam suatu genre tertentu. Ia mencontohkan, seseorang bisa saja mendengarkan musisi muda kekinian seperti Olivia Rodrigo, tapi saat yang sama mendengar band rock era 70-an AC/DC.
Ia menambahkan, karena perkembangan teknologi yang begitu cepat itulah, definisi genre musik yang jelas, tidak jadi persoalan lagi. Menurutnya, pencinta Coldplay yang lama bisa tetap menikmati lagu-lagu awal karier mereka. Sementara penggemar yang baru silakan saja menyukai karya terbaru mereka.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2F888398e1-2a73-444f-b01c-4f7c05453880_jpg.jpg)
Penggemar grup band Coldplay mulai memenuhi kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (15/11/2023). Coldplay menggelar konser bertajuk Coldplay Music of the Spheres World Tour.
Terlepas dari berbagai konsepnya, nyatanya transformasi musik itu berjalan mulus. Walau punya pasar berbeda, lagu baru dan lagu lama sama-sama banyak peminatnya.
Coba tengok di aplikasi pemutar lagu Spotify. Sampai dengan 20 November 2023, hits pertama Coldplay, yakni ”Yellow”, sudah diputar 1,93 miliar kali. Sementara hits teranyar Coldplay, yakni ”My Universe”, sudah diputar 1,14 miliar kali.
Perubahan musik ini juga berkaca dari selera musik dunia yang lebih banyak menggemari pop-EDM ketimbang rock. Salah satunya tecermin dari rilis Spotify pada 2020 lalu tentang lagu-lagu yang paling sering didengarkan di dekade 2010. Hasilnya, tidak ada satu pun lagu ataupun musisi rock yang bercokol di jajaran 10 besar.
Sampai dengan 20 November 2023, hits pertama Coldplay, yakni ”Yellow”, sudah diputar 1,93 miliar kali.
Sebaliknya, Coldplay berhasil masuk di peringkat ke-7 sebagai musisi yang paling sering diputar di Spotify pada dekade 2010. Artinya, strategi transformasi musik mereka berhasil karena tetap relevan dengan selera musik penggemar saat ini.
Coldplay tidak berhenti di situ. Dia terus memperluas pasar pendengarnya dengan menggandeng berbagai musisi top dunia yang tengah naik daun. Contohnya, lagu ”My Universe” dinyanyikan bareng grup bintang pop Korea Selatan, BTS.
Kolaborasi dengan salah satu grup paling tenar saat ini jelas ikut mendongkrak kepopuleran Coldplay. Strategi ini melanjutkan apa yang sudah mereka lakukan pada 2015 saat merilis hits ”Hymn for The Weekend” bersama dengan Beyonce.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2Fb24f5946-7a89-4d89-bfa1-5ee64b21e837_jpg.jpg)
Penonton menikmati konser grup band Coldplay yang menggelar konser bertajuk "Coldplay Music of the Spheres World Tour" di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Tak hanya itu, Coldplay juga mengubah konsep citra mereka menjadi brand yang lebih segar. Pada awal kemunculannya, Coldplay ini kerap tampil dengan berpakaian umumnya band pop-rock dengan kaus dan celana jins berwarna polos.
Kini Chris dan kawan-kawan tampil dengan pakaian yang lebih berwarna-warni dan sepatu sneakers dengan warna mencolok. Perubahan citra ini pun dilakukan bersama dengan narasi yang mereka gaungkan.
Coldplay menunjukkan kepedulian mereka tentang lingkungan itu melalui laporan lengkap rencana keberlanjutan mereka dalam ”Music of the Spheres World Tour”.
Coldplay memproklamasikan diri sebagai band yang ramah lingkungan, selain kerap menyuarakan isu-isu sosial. Cap sebagai band ramah lingkungan ini tak banyak dilakukan musisi dunia lainnya. Mereka biasanya lempeng saja di jalur musik.
Coldplay menunjukkan kepedulian mereka tentang lingkungan itu melalui laporan lengkap rencana keberlanjutan mereka dalam ”Music of the Spheres World Tour”. Mereka dalam pengumumannya mengklaim memiliki tiga prinsip utama dalam menjalankan tur, yakni reduce, reinvent, dan restore.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2Fce413367-b659-4ba9-9c83-4c80bd996478_jpg.jpg)
Penggemar group band Coldplay berfoto bersama di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (15/11/2023). Coldplay menggelar konser bertajuk Coldplay Music of the Spheres World Tour.
Prinsip reduce berusaha memangkas konsumsi demi mengurangi emisi karbon hingga 50 persen dari tur sebelumnya. Lalu, dengan prinsip reinvent, Coldplay berusaha mendukung pengembangan teknologi hijau dan menemukan metode tur yang berkelanjutan dan rendah karbon.
Lantas, melalui restore, mereka akan mendukung pembiayaan proyek-proyek terkait lingkungan hidup dan teknologi. Kepedulian Coldplay dengan lingkungan hidup ini mereka tunjukkan dengan menyumbang sebuah kapal pembersih di Sungai Cisadane seusai mengguncang warga Jakarta pada Rabu 15 November 2023.
Perubahan citra dan narasi peduli lingkungan itu tak lain juga untuk meningkatkan simpatik publik. Coldplay kini mendapatkan cap sebagai good guys band atau bandnya orang-orang baik. Jadi bersenang-senang dan berpesta dalam konser musik bisa sejalan dengan agenda menjaga lingkungan.
Dengan berbagai strategi dan narasi itulah, Coldplay menjadi salah satu band paling populer di dunia saat ini. Konser musiknya selalu dipadati penggemar.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F11%2F15%2Fa21cf074-746e-46b3-9b8a-8e80c6c9a124_jpg.jpg)
Vokalis Coldplay, Chris Martin, memeriahkan konser bertajuk "Coldplay Music of the Spheres World Tour" di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (15/11/2023).
Billboard menobatkan tur konser Music of the Spheres World Tour (2022-2024) sebagai tur musik terlaris keempat sepanjang sejarah musik dunia. Total pendapatannya mencapai 617,8 juta dollar AS. Jumlah ini datang dari 6,3 juta penonton yang tersebar di 107 pertunjukan per Juli 2023.
Di Jakarta saja, mengutip Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, konser Coldplay bisa menciptakan perputaran uang hingga sekitar Rp 1,1 triliun. Segala kesuksesan itu jelas memberikan pundi-pundi bagi kuartet asal London itu.
Baca juga: Coldplay Diprediksi Sumbang Perputaran Uang hingga Triliunan Rupiah
Mengutip Forbes, pada 2018 Coldplay memiliki kekayaan senilai 115,5 juta dollar AS. Ini menempatkan mereka di peringkat ketujuh selebritas dengan bayaran termahal pada saat itu.
The Guardian, media berpengaruh di Inggris Raya, mengatakan, transformasi musik dan citra Coldplay ini awalnya didorong pasar Inggris yang sudah jenuh dengan musik-musik Brit-Pop. Hal ini yang kemudian mendorong Coldplay bertransformasi baik secara teknis musik maupun strategi bisnisnya.
Rupanya strategi ini direspons baik oleh pasar. Tak hanya di Inggris Raya, tetapi sambutan positif juga terjadi di belahan dunia lain.