Starlink Elon Musk Ajukan Izin Operasi ke Kemenkominfo
Starlink, proyek satelit orbit rendah milik Elon Musk mengajukan izin operasi ke Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Komunikasi dan Informatika tengah memproses izin operasi yang diajukan Starlink, proyek satelit orbit rendah milik Elon Musk, di Indonesia. Hal ini akan semakin mengetatkan persaingan dalam pasar internet di Indonesia.
Direktur Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kemenkominfo Denny Setiawan menegaskan hal itu saat menghadiri diskusi ”Lelang Spektrum 700 MHz dan 26 GHz, Upaya Mendorong Penetrasi 5G”, Senin (13/11/2023), di Jakarta. Menurut dia, teknologi yang dimiliki oleh Starlink memiliki kelebihan.
Potensi Starlink sebagai satelit orbit rendah dinilai positif untuk membantu melengkapi kebutuhan akses internet di daerah terpencil. Di luar daerah kategori tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), masih ada titik-titik lokasi di 1.000 kabupaten/kota yang blankspot atau tidak tersentuh sinyal telekomunikasi.
Di luar daerah kategori tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), masih ada titik-titik lokasi di 1.000 kabupaten/kota yang blankspot atau tidak tersentuh sinyal telekomunikasi.
Selama ini Starlink sebenarnya sudah masuk pasar Indonesia, tetapi melalui kerja sama dengan Telkomsat, anak perusahaan Telkom. Hak labuh Starlink diberikan ke Telkomsat. Dengan demikian, seluruh layanan berbasis Starlink yang dijual Telkomsat adalah berbasis backhaul (jalur muatan) untuk konsumen bisnis.
”Starlink tidak diberikan karpet merah. Starlink sedang mengurus izin (untuk berjualan ritel). Ke depan, akan banyak satelit orbit rendah beroperasi di Indonesia sehingga bukan hanya Starlink,” ujar Denny.
Layanan yang akan disediakan oleh Starlink merupakan layanan akses internet. Maksudnya adalah layanan yang disediakan oleh operator telekomunikasi kepada masyarakat umum untuk bisa mengakses internet, baik melalui telepon seluler maupun telepon tetap di rumah atau kantor.
Izin yang harus dipenuhi oleh Starlink mengikuti ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan peraturan turunannya. Sebagai contoh, Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 tentang Penyelenggara Telekomunikasi dan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 13 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi.
Denny menyampaikan, OneWeb, yang juga satelit orbit rendah, sudah bekerja sama dengan operator telekomunikasi yang sudah ada di Indonesia. Operator telekomunikasi yang dimaksud yaitu DTP. DTP mempunyai gateway di Indonesia.
OneWeb sendiri telah memiliki 634 satelit yang selalu mengelilingi bumi. Sekitar 18 satelit tersebut diperkirakan telah mengorbit di atas langit Indonesia. ”Isu selanjutnya yang jadi perhatian kami (setelah marak bermunculan satelit orbit rendah) adalah kedaulatan digital Indonesia,” katanya.
Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional di Masyarakat Telematika Nasional (Mastel) Indonesia, Sigit Puspito Wigati Jarot, mengatakan, teknologi yang dipunyai oleh Starlink sempat dikhawatirkan oleh pelaku industri telekomunikasi incumbent.
Di Slowakia, misalnya, kecepatan transmisi dari satelit Starlink ke stasiun bumi telah melebihi 5G. Latensi atau tingkat keterlambatan pengiriman data yang telah dimiliki oleh Starlink sudah setara dengan teknologi akses seluler 3G dan 4G.
Dengan kata lain, jika ingin memenangkan persaingan bisnis layanan akses internet dengan Starlink, operator telekomunikasi seluler harus memiliki kualitas infrastruktur jaringan yang kuat. Jika tidak, layanan akses internet yang ditawarkan oleh Starlink akan lebih diminati konsumen.
”Dengan kelebihan teknologi yang dipunyai satelit orbit rendah, seperti Starlink, kami berharap pemerintah harus meregulasi. Apalagi jika satelit jenis itu berjualan ritel. Apabila layanan akses internet Starlink, misalnya, dijual dengan mekanisme bisnis ke bisnis (B2B), itu tidak ada masalah karena bisa saling melengkapi dengan milik operator telekomunikasi,” ujar Sigit.
Sebelumnya, emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk (Indosat Ooredoo Hutchison) dikabarkan telah bekerja sama dengan OneWeb. Indosat Ooredoo Hutchison menyebut belum ada pembicaraan serius mengenai hal itu.
CEO Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha mengatakan, perusahaan terbuka bekerja sama dengan siapa pun, baik operator satelit orbit rendah maupun satelit geostasioner. Perusahaan menginginkan bisa selalu mendistribusikan layanan akses internet yang terbaik bagi pelanggan.