Bisnis Film Konser Menjanjikan
Total pendapatan dari film konser Taylor Swift: The Era Tours di seluruh dunia berkisar 126 juta dollar AS-130 juta dollar AS.
Nostalgia dan bahagia, dua hal itulah yang dirasakan para swifties, sebutan bagi para penggemar Taylor Swift, seusai menonton film konser Taylor Swift: The Eras Tour yang ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia sejak awal November 2023.
Selama 2 jam 49 menit, para penonton disuguhi aksi panggung Swift yang membawakan 44 lagu dari 10 album, mulai dari album self—titled bertajuk Taylor Swift yang rilis pada 2006 hingga album terbarunya yang rilis pada 2022, Midnights.
Dengan tidak menampilkan dokumentasi di balik panggung sama sekali, film ini bermaksud membawa penonton pada pengalaman mirip menonton konser secara langsung. Yang diharapkan, kira-kira audiens merasa berada di sebuah konser yang padat dan intens.
Di sepanjang penayangan film, penonton dibebaskan untuk bernyanyi sekencang mungkin tanpa harus takut mengganggu penonton lain.
Anggita Savira (28), seorang make up artist asal Jakarta yang sudah menonton film konser ini, menuturkan, dirinya benar-benar merasakan atmosfer yang sama seperti saat menonton konser di sepanjang film. ”Mulai dari bermacam angle pengambilan gambar, efek visual, sampai kualitas audionya, semuanya bikin merinding,” ujarnya.
Hal lain yang membuat menonton film konser ini semakin terasa seperti menonton konser sungguhan secara langsung adalah di sepanjang penayangan film, penonton dibebaskan untuk bernyanyi sekencang mungkin tanpa harus takut mengganggu penonton lain.
Terlebih, audio dari filmnya memang terdengar jernih dan menggedor sehingga para penonton tidak akan saling terganggu saat mereka bernyanyi sekeras apa pun. Penonton dapat merespons aksi panggung Swift dengan tepukan atau teriakan layaknya konser pada umumnya.
Kompilasi
Film besutan sutradara asal Inggris, Sam Wrench, itu merupakan kompilasi dari pertunjukan musim panas Swift di Stadion SoFi, California Selatan. Penayangan perdana Taylor Swift: The Eras Tour telah dilakukan di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), pada 12 Oktober 2023.
Dikutip dari situs resmi AMC Theatres, perusahaan jaringan bioskop terbesar di Amerika Utara dan Eropa yang mendistribusikan film konser Taylor Swift: The Era Tours, pendapatan dari pemutaran film ini di 3.855 bioskop di wilayah Amerika Utara Oktober lalu berkisar 95 juta dollar AS-97 juta dollar AS atau lebih kurang Rp 1,49 triliun hingga Rp 1,52 triliun.
Baca Juga: Pahlawan Itu Bernama Taylor Swift
Pemutaran film Swift di belahan dunia lain selain Amerika Utara diperkirakan akan mendatangkan pendapatan di kisaran 31 juta dollar AS sampai 33 juta dollar AS. Ini menjadikan estimasi pendapatan film ini berkisar 126 juta dollar AS hingga 130 juta dollar AS atau lebih kurang Rp 1,97 triliun sampai Rp 2,03 triliun.
Secara global, film Swift akan diputar di lebih dari 8.500 bioskop di 115 negara. Di Indonesia, film konser Taylor Swift: The Era Tours tayang perdana sejak Jumat (3/11/2023) hingga akhir November di sejumlah jenama bioskop, seperti Cinema XXI, CGV Indonesia, dan Cinepolis.
Antusiasme Besar
Ketua Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin menuturkan, antusiasme penonton Indonesia terhadap film konser tersebut sangat besar. Walau belum dapat menunjukkan data sementara penjualan tiket, ia mengatakan, studio yang menayangkan film Swift pada akhir pekan selalu penuh.
”Film jenis konser seperti itu, kan, menawarkan experience yang unik untuk para penontonnya. Meskipun tidak live, atmosfer konsernya tetap berasa. Terlebih kualitas audio dan visualnya yang luar biasa. Saya pikir daya tarik film jenis ini ada di situ,” ujarnya.
Film jenis konser seperti itu, kan, menawarkan experience yang unik untuk para penontonnya. Meskipun tidak live, atmosfer konsernya tetap berasa.
Selain menawarkan pengalaman menonton konser yang berbeda, besarnya antusiasme penonton film Swift di bioskop-bioskop Jabodetabek bisa dipahami. Sebab, berdasarkan data Spotify per 10 November 2023, jumlah pendengar terbanyak karya-karya Swift melalui platform ini rupanya berasal dari Jakarta, dengan rata-rata 2,75 juta pendengar per bulan.
Angka tersebut mengalahkan jumlah rata-rata pendengar dari London, Inggris, di urutan kedua yang mencapai 1,82 juta pendengar per bulan, lalu di urutan ketiga Quezon City, Filipina, dengan jumlah rata-rata 1,73 juta pendengar per bulan.
Sejak 1900-an Sebenarnya, film konser sudah ada sejak awal 1900-an. Salah satu pionir film konser adalah Adventure in Music karya sutradara Reginald Le Borg yang rilis pada 1944. Film ini menampilkan pertunjukan musik klasik oleh pianis José Iturbi, selis Emanuel Feuermann, dan pemain harpa Mildred Dilling.
Menurut catatan Forbes, film konser yang pertama mencatatkan rekor box office dengan pendapatan mencapai 100 juta dollar AS pada penayangan perdananya adalah film konser Raja Pop Michael Jackson, This is It, yang dirilis tahun 2009 oleh sutradara Kenny Ortega.
Di Indonesia, sebelum hype film Taylor Swift, sebenarnya film konser sudah cukup sering ditayangkan di layar bioskop Indonesia, terutama pertunjukan artis-artis pop Korea alias K-Pop, seperti boyband BTS, NCT, hingga girlband TWICE, lewat jaringan bioskop Korea Selatan di Indonesia, yakni CGV Indonesia.
Pada film konser juga terdapat beragam potongan detail dan visual yang belum tentu bisa dinikmati oleh mereka yang menonton konser secara langsung.
Kendati konser-konser musisi tersebut dapat disaksikan juga melalui layanan streaming konten di internet (over the top/OTT), akademisi perfilman dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Samuel Gandang Gunanto, menyebutkan, penayangan film di bioskop tetap memberikan nilai tambah bagi para penontonnya.
”Masyarakat memilih menonton film di bioskop karena waktu tayang (relatif) lebih awal, terkurasi, dan atmosfer suasana yang disediakan di dalam studio,” ujarnya.
Pada film konser juga terdapat beragam potongan detail dan visual yang belum tentu bisa dinikmati oleh mereka yang menonton konser secara langsung.
Tiket Lebih Mahal
Dari kacamata pengusaha bioskop, Djonny Syafruddin menilai, kendati harga tiket film konser umumnya di atas harga tiket film yang ditayangkan di bioskop pada umumnya, masih besarnya ceruk pasar segmen ini membuat intensitas penayangan film-film konser di bioskop Tanah Air, ke depan, berpotensi akan semakin sering.
”Selama tata edar film-film tersebut sesuai dengan regulasi dan lulus sensor, bioskop tidak ada masalah untuk rutin menayangkan film konser,” katanya.
Baca Juga: Agar Tidak Ketinggalan Nonton Coldplay atau Ed Sheeran
Adapun dari sudut pandang industri musik, besarnya penerimaan pasar terhadap film konser membuat opsi ini dapat menjadi kanal baru bagi para artis atau musisi untuk meng-kapitalisasi karya-karyanya.
Melihat besarnya peluang bisnis ini, mungkin para musisi lokal juga perlu mulai melihat film konser sebagai alternatif sarana kapitalisasi karya. Dengan begitu, industri musik Tanah Air juga bisa kecipratan keuntungan dari fenomena ini.