Inovasi Produk Digital Menjadi Kunci Bank Raya
Bank Raya sebagai bank digital mempersiapkan diri dengan berbagai inovasi untuk menjawab tantangan di lini perbankan.
PT Bank Raya Indonesia Tbk atau Bank Raya merupakan bank digital di bawah naungan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Group. Sebelum diakuisisi sebagai entitas anak usaha BRI Group, Bank Raya dikenal dengan nama PT Bank Agroniaga Tbk. Pada tahun 2011, BRI mengakuisisi bank tersebut, sehingga pada tahun berikutnya terjadi perubahan nama menjadi PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk.
Kemudian, BRI Agroniaga untuk pertama kalinya meluncurkan fitur digital berupa aplikasi "pinang" untuk memudahkan nasabahnya mengajukan pinjaman pada tahun 2019. Seiring waktu, tercetuslah nama Bank Raya pada tahun 2021 sebagai bagian dari rencana perusahaan untuk bertransformasi menjadi bank digital.
Pada laporan kinerja keuangan triwulan III-2023, Bank Raya telah membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 14,7 miliar atau tumbuh meningkat 28 persen dibandingkan laba bersih akhir tahun 2022. Selain itu, jumlah nasabah kini telah mencapai lebih dari 770.000 Customer Information File (CIF).
Sepanjang Triwulan III-2023, jumlah transaksi pada Aplikasi Raya meningkat 287,8 persen secara tahunan disertai dengan peningkatan jumlah nominal sebesar 196,2 persen secara tahunan.
Di sela-sela kesibukannya, Direktur Utama Bank Raya Ida Bagus Ketut Subagia, Direktur Keuangan Bank Raya Rustarti Suri Pertiwi, dan Direktur Digital dan Operasional Bhimo Wikan Hantoro menyempatkan diri menjawab sejumlah pertanyaan Kompas saat ditemui di ruangannya, di Menara Brilian, Jakarta, Rabu (8/11/2023). Beberapa pertanyaan tersebut seputar latar belakang Bank Raya, inovasi yang dikembangkan, serta target mendatang.
Di tengah era transformasi digital industri bank-bank konvensional, kenapa kemudian dibentuk Bank Raya?
Kalau kita berbicara digitalisasi bank-bank konvensional, sekarang digitalisasi itu sudah terjadi, termasuk di BRI. Berbagai layanan sudah dilakukan menggunakan aplikasi, termasuk para mantrinya sudah menggunakan BRISPOT.
Lalu, kenapa harus muncul Bank Raya di situ? Itu karena kita ingin memperkuat kepemimpinan bisnis induk, yang utamanya di sektor mikro karena masih banyak ceruk-ceruk yang belum digarap sepenuhnya oleh induk. Contohnya, di volume kecil, jangka pendek, dana talangan, kemudian di blue collar, baik di BRI Grupnya maupun para nasabah yang payroll-nya di BRI dan di Bank Raya.
Salah satu kuncinya lagi di bisnis bank digital ini adalah inovasi dengan menciptakan produk-produk yang komprehensif untuk menangkap peluang yang ada di ekosistem BRI, seperti agen Brilink, kami berikan pinang dana talangan yang akan mempermudah agen Brilink sehingga tidak mengganggu bisnis utamanya. Kemudian, ada juga pinang flexi, dan pinang performa yang terkait dengan vendor karena vendor banyak berkolaborasi.
Apalagi, sebagai digital attacker, produk yang ditawarkan oleh Bank Raya ini memang berbeda dengan produk BRI. Kami di sini bertugas untuk menyiapkan infrastruktur digital, sehingga harapannya, ketika ada nasabah naik kelas, mereka akan tetap berada di BRI. Selain itu, tenor dana talangan juga lebih pendek dari tenor kredit bank, yakni bisa sampai hitungan 7 hari.
Dengan adanya bank digital ini juga dapat mempermudah para agen dalam proses transaksi karena kapan pun mereka membutuhkan tambahan saldo untuk transaksi, dapat segera terlayani melalui proses digital.
Jadi, kalau diibaratkan, Bank Raya ini adalah kapal sekocinya BRI sebagai kapal induk yang besar. Kapal sekoci ini tentu memiliki keunggulan dari segi kelincahannya. Nah, kita sebagai sekoci ini menggarap proyek-proyek yang tidak sempat digarap oleh kapal induk atau bukan menjadi kapal prioritas kapal induk karena keterbatasannya.
Saksikan wawancara ini: Transformasi Bank Raya Menjadi Digital Attacker BRI Group
Lalu, kami juga secara khusus bergerak pada sektor UMKM. Seperti diketahui, pembiayaan di sektor UMKM ini memiliki tantangan tersendiri karena mayoritasnya masuk dalam pekerja informal. Namun, justru dengan begitu layanan kami dapat menjangkau mereka yang tidak dapat terlayani oleh bank-bank konvensional.
Sebagai bank digital, kami terus meningkatkan pelayanan melalui inovasi dan teknologi untuk memastikan keamanan dan kemudahan nasabah dalam bertransaksi perbankan digital.
Kemudian, apa yang menjadi fitur unggulan Bank Raya dibandingkan bank digital lain?
Jika dibandingkan dengan bank digital lainnya, kami sudah lebih maju karena kami melakukan pengumpulan data. Kalau bicara fitur-fitur digital, mungkin secara umum, kami sama dengan bank digital lainnya. Akan tetapi, kalau bicara digital lending, fitur kami sudah lengkap.
Melalui fitur Pinang Connect, kami menyalurkan pinjaman kepada pelaku usaha melalui fintech atau P2P lending. Namun, pendekatan kami secara end to end. Artinya, kami ingin benar-benar menjaga kualitas kredit dengan cara mencari tahu terlebih dahulu karakter cash flow nasabah. Dengan demikian, kami benar-benar membiayai seseorang yang cash flow-nya sudah jelas.
Selain itu, inovasi fitur digital saving juga terus kami lakukan untuk memenangkan persaingan salah satunya dengan Saku Bisnis. Saku Bisnis ini untuk membantu para nasabah mengelola keuangan dan bertransaksi harian mereka, khususnya para pelaku usaha yang sedang merintis bisnis.
Saku Bisnis ini telah dilengkapi dengan menu pembuatan saku bisnis dan menu mass transfer yang memungkinkan nasabah untuk melakukan transfer sekaligus ke sepuluh rekening tujuan secara real-time, sehingga mempermudah pelaku usaha untuk melakukan transaksi payroll atau pembayaran kepada supplier, pemisahan alokasi biaya hingga ke dalam lima saku bisnis berbeda, serta pengecekan mutasi rekening untuk memantau operasional bisnis.
Baca juga: Bahu-membahu Bank dan Dunia Usaha Mitigasi Perubahan Iklim
Bagaimana target Bank Raya ke depan? Apa saja yang ingin disasar selama mungkin lima tahun ke depan?
Pada tahapan pertama mungkin kami akan berfokus kepada proses transformasi yang akan dilakukan hingga tahun 2025. Kemudian, barulah kita menggarap bisnis digital, meski sekarang kita juga sudah mulai cukup agresif sebenarnya. Kita memang menargetkan ekosistem yang ada terlebih dahulu karena potensinya sangat besar sekali. Dari agen Brilink saja terkait dana talangan yang hingga September 2023 sudah kami biayai sekitar lebih dari 25.800 agen, sedangkan potensinya lebih dari 710.000 agen.
Dengan capaian pembiayaan kepada 25.800 agen, selama periode Januari-September, pembiayaan langsungnya (disbursed) sudah Rp 7 triliun, bahkan sejak awal pembiayaan kalau dihitung sudah bisa di atas Rp 10 triliun. Pengukuran di bisnis bank digital ini bukan seberapa outstanding, melainkan pembiayaan langsungnya. Termasuk juga recurring (pembayaran secara berkala), karena di situlah pendapatan akan muncul.
Kemudian pada 2026, kami baru akan benar-benar menyatakan diri sebagai bank digital yang menjadi digital attacker. Kalau sekarang, di jangka pendek ini, kami masih fokus di ekosistem sendiri.
Di sisi lain, sebagai bank digital, kami terus meningkatkan pelayanan melalui inovasi dan teknologi.
Di sisi lain, sebagai bank digital, kami terus meningkatkan pelayanan melalui inovasi dan teknologi untuk memastikan keamanan dan kemudahan nasabah dalam bertransaksi perbankan digital. Improvement dalam sistem untuk melindungi data nasabah dengan mengimplementasikan teknologi keamanan dan sistem perlindungan yang reliable terus dilakukan.
Ini semua untuk memastikan keamanan data dan transaksi nasabah sejalan dengan BRI Group, yang terus mengadopsi dan menerapkan serangkaian kebijakan dan pedoman operasional pengamanan privasi data nasabah di seluruh operasional unit kerja.
Agar kenyamanan dan keamanan nasabah dalam bertransaksi terjamin, kami juga terus meningkatkan keamanan di aplikasi melalui keamanan berlapis seperti Multi Factor Authentication (MFA), notifikasi transaksi, Otentikasi Biometrik dan AI Based Fraud Detection System (FDS). Inovasi tersebut akan terus ditingkatkan.
Di samping meningkatkan keamanan dan teknologi, tidak lupa kami menerapkan risk assessment yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan terhadap proses manajemen risiko, termasuk pengkajian setiap usulan produk dan aktivitas baru. Dengan memiliki sistem keamanan dan privasi yang solid, kepercayaan yang kuat akan tumbuh di antara nasabah, dan kepercayaan nasabah inilah faktor utama yang perlu diperkuat dari customer experience.
Baca juga: Menkeu: Stabilitas Sistem Keuangan Terjaga