Dubai Berambisi Menjadi Pusat Bisnis Global
Salah satu agenda ekonomi Dubai "D33" adalah memperkokoh posisinya di panggung global dunia satu dekade mendatang. Pemerintah setempat meyakini ambisi itu dapat tercapai dengan potensi yang dimilikinya.
Pemerintah Uni Emirat Arab berambisi menjadikan Dubai sebagai pusat bisnis global untuk sektor perdagangan, logistik, pariwisata, dan keuangan. Dubai siap bersaing dengan kota-kota dunia lainnya seperti Tokyo, New York, London, dan Singapura, memanfaatkan berbagai potensi yang dimilikinya.
Hal tersebut mengemuka dalam Dubai Business Forum 2023. Dubai Business Forum 2023 digelar kamar dagang Dubai (Dubai Chambers) di Madinat Jumeirah, Dubai, tanggal 1 hingga 2 November. Dubai Business Forum (DBF) tahun ini bertema “Shifting Economic Power: Dubai and the Future of Global Trade” dan diikuti oleh sekitar 2.000 peserta dari Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika.
Wakil Presiden dan Perdana Menteri Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum Januari 2023 lalu meluncurkan Agenda Ekonomi Dubai yang dikenal dengan istilah “D33”. Selain menjadi kota global dunia, target D33 dalam 10 tahun mendatang adalah melipatgandakan nilai perdagangan luar negeri menjadi 25,6 triliun Dirham, dan menambahkan 400 kota sebagai mitra perdagangan.
Tahun 2033 dipilih untuk menandai 200 tahun berdirinya Dubai. Harapannya pada tahun 2033 mendatang, Dubai sudah menyelesaikan agenda ekonominya dan memosisikan diri sebagai pusat bisnis global paling penting.
Menurut Direktur Umum Departemen Ekonomi dan Pariwisata Dubai HE Helal Saeed Al Marri, ambisi tersebut ditegaskan kembali dalam forum bisnis global ini untuk memastikan Dubai bisa menjadi bagian dari tiga kota global terbaik dunia dan memperkenalkannya pada para peserta Dubai Global Forum.
“Bagi peserta forum yang baru pertama kali berkunjung ke Dubai, ambisi Dubai ini penting untuk dicatat. Yang mulia Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum telah menetapkan target-target dan rencana yang sangat jelas, dan semua pihak bertanggung jawab untuk mencapainya,” kata Helal Saeed dalam pidatonya bertajuk “D33 Agenda:Postioning Dubai Among the Top Three Global Cities”
Posisi Dubai
Ambisi Dubai menjadi salah satu dari tiga kota global dunia pada satu dekade mendatang menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak di wilayah ini. Penelitian Kearney (2022), Dubai menempati peringkat ke-23 dari 156 dalam Indeks kota global dunia. Ini merupakan tahun ketiga berturut-turut, Dubai berhasil mempertahankan posisinya masuk dalam 25 besar indeks ini.
Indeks ini mengukur keterlibatan 156 kota global dalam menarik, mempertahankan dan menghasilkan aliran modal, dan ide-ide ke dalam kota. Ada lima kategori indeks yakni aktivitas bisnis, modal manusia, pertukaran informasi, pengalaman budaya dan keterlibatan politik
Sementara menurut Institute for Urban Strategies The Mori Memorial Foundation, Dubai menduduki peringkat 11 dari 48 kota dalam Indeks Global Power City (GPCI) 2022. Posisi Dubai ini ada di bawah London, New York, Tokyo, dan Singapore.
Indeks GPCI ini mengevaluasi dan menilai kota-kota besar di dunia berdasarkan daya tariknya atau kekuatan komprehensif untuk menarik orang, modal, dan perusahaan dari seluruh dunia. Indikator yang digunakan adalah ekonomi, penelitian dan pengembangan, Interaksi budaya, kenyamanan, lingkungan dan aksesibilitas. Merujuk laporan GPCI 2022, Dubai mendapat nilai tinggi (226,8) pada indikator interaksi budaya yang ada di rangking empat serta indikator aksesibilitas (185,8) dan di posisi 9.
Lain halnya dengan Laporan The Economist Juni 2023 lalu yang menyebutkan, Dubai menduduki peringkat ketiga dalam indeks performa ekonomi 10 kota global di Dunia. Posisi Dubai tersebut ada di bawah Miami dan Singapore, dan melampaui peringkat kota besar dunia lain seperti New York, London, Tokyo, dan Paris.
Indikator yang digunakan dalam laporan tersebut adalah perubahan populasi, pertumbuhan ekonomi, harga rumah, dan kekosongan kantor selama periode tiga tahun terakhir.
Merujuk pada laporan The Economist, keunggulan Dubai pada pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi mencapai 5,8 persen selama 2019-2022, mengungguli Miami, Singapura, ataupun New York yang pertumbuhannya negatif. Selain itu juga pada indikator harga sewa rumah yang pertumbuhannya 11,9 persen, melebihi London, Sydney dan Paris.
Menanggapi posisi Dubai saat ini, Presiden dan CEO Dubai Chambers Mohammad Ali Rashed Lootah cukup optimis, target tahun akan tercapai. “Tujuan kami tahun 2033 adalah menjadi salah satu dari kota dengan ekonomi teratas dunia. Ini adalah ambisi kami dan akan tercapai 10 tahun mendatang,” katanya saat ditemui Kompas di kantor Dubai Chambers, Dubai, Selasa 31/10/2023 lalu.
Melipatgandakan ekonomi
Selama sepuluh tahun ke depan Dubai menargetkan pertumbuhan ekonomi naik dua kali lipat. Dalam penjelasannya di kantor Departemen Ekonomi dan Pariwisata Dubai, Selasa (31/10/2023) lalu, CEO Dubai Economic Development Corporation H.E. Hadi Badri menyebutkan secara historis, ekonomi Dubai telah tumbuh sekitar 3 persen per tahun.
Sepuluh tahun ke depan, Dubai menargetkan untuk tumbuh menjadi 6 persen per tahun.
“Sepuluh tahun ke depan, Dubai menargetkan untuk tumbuh menjadi 6 persen per tahun. Peningkatan tersebut menjadi 400 juta Dirham atau setara dengan 110 hingga 120 Miliar Dolar AS”, ungkapnya
Pertumbuhan ekonomi tersebut menurut Badri didorong oleh peningkatan berbagai sektor sebesar 50 persen. Pertumbuhan tersebut didiversifikasi dan ingin lebih banyak lagi sektor yang memberikan kontribusi lebih dari 5 persen total kegiatan ekonomi nasional. Bandri berharap dua pertiga dari pertumbuhan ekonomi akan tercapai dalam 10 tahun ke depan akan didorong oleh produktivitas 10 sektor andalan agenda D33.
Empat sektor yang menjadi fokus agenda D33 adalah logistik, manufaktur, pusat keuangan, dan pariwisata. Selanjutnya menurut Badri adalah dua sektor produktivitas yang terdiri atas kemampuan atau bakat serta inovasi.
Salah satu agenda D33 adalah menarik para pekerja terampil untuk tinggal di Dubai. Pemerintah Dubai memberi kemudahan bagi para pekerja profesional untuk pindah ke Dubai, sebagai pekerja maupun memulai bisnis. Rilis “Dubai Business Review” dari Departemen Ekonomi dan Pariwisata Dubai menyebutkan, di Dubai tersedia jasa untuk membantu imigrasi, dari persyaratan visa, pajak, hingga izin usaha. Pemerintah Dubai memperkirakan hampir 92 persen penduduk Uni Emirat Arab adalah warga ekspatriat.
Upaya meningkatkan produktivitas ekonomi hingga 50 persen menurut Badri melalui inovasi dan digitalisasi. Dalam presentasinya Bandri juga menyebutkan, pemerintah Dubai memiliki program untuk memberdayakan perusahaan-perussahaan rintisan (sekitar 30 perusahaan) yang ke depan diharapkan bisa berkembang menjadi perusahaan besar.
Logistik dan Manufaktur
Dari sektor logistik, target D33 ingin menjadikan Dubai sebagai salah satu dari lima pusat logistik terkemuka dunia melalui berbagai fasilitas yang telah dibangun. Di antaranya, Emirates Sky Cargo, Pelabuhan kontainer terbesar ke -10 di dunia, platform untuk mengatasi hambatan perdagangan melalui integrasi pengangkutan darat, udara, dan laut, World logistics passport, serta Pelabuhan Jebel Ali- pintu gerbang utama 80 layanan mingguan yang menghubungkan lebih dari 150 pelabuhan di seluruh dunia.
Adanya pusat logistik tersebut memberi keunggulan Dubai di sektor manufaktur. Sektor manufaktur menyumbang 8,2 persen dari kegiatan ekonomi Dubai. Manufaktur yang ada menurut Helal Saeed bukan manufaktur yang berat, kotor dan sangat boros bahan bakar. “Manufaktur di Dubai adalah manufaktur hijau karena kami ingin mencapai net zero carbon dalam 10 tahun mendatang”, katanya.
Agenda lainnya meningkatkan kontribusi nilai tambah sektor industri melalui teknologi canggih dan otomatisasi. Menurut Helal Saeed, saat ini banyak perusahaan multinasional besar yang mendirikan basis teknologi, riset dan inovasi di Dubai. “Banyak perusahaan multinasional yang sudah beroperasi 50 hingga 60 tahun di Dubai. Di sisi lain, banyak juga perusahaan-perusahaan baru yang tertarik datang ke Dubai,” tambahnya.
Helal Saeed menuturkan, hal ini menjadi bukti dari lingkungan regulasi yang modern dan selalu berkembang di Dubai. “Regulasi yang pasti dan jelas, tanpa terpengaruh perubahan politik yang dicari oleh perusahaan-perusahaan multinasional,” katanya.
Pariwisata
Agenda D33 lainnya, Dubai juga ingin menjadi pusat pekerja terampil. Adanya berbagai perusahaan multinasional, menurut Helal Saeed juga menarik para pekerja terampil untuk bekerja di Dubai. “Dalam 10 tahun mendatang, lebih dari 65.000 warga Uni Emirat Arab akan lulus dari sekolah dan universitas dan bergabung dengan pasar kerja Dubai,” jelas Helal Saeed.
Prioritas utama lain dari Agenda 'D33' adalah menjadikan Dubai salah satu dari tiga destinasi internasional teratas untuk pariwisata. Dubai memanfaatkan potensinya sebagai tempat transit penerbangan dan berusaha menarik penumpang transit tersebut menjadi wisatawan Dubai yang akan mengulangi kunjungannya ke Dubai.
Hal tersebut dikatakan oleh CEO Dubai Corporation for Tourism and Commerce Marketing H.E. Issam Kazim, saat ditemui Kompas Selasa (31/10/2023). “Kita manfaatkan kesempatan menarik wisatawan dari penumpang transit yang biasanya ke Dubai hanya untuk urusan bisnis. Selanjutnya menciptakan peluang supaya Dubai menjadi tujuan akhir perjalanan untuk kembali berwisata ke Dubai,” jelas Kazim.
Namun menurut Kazim itu belumlah cukup. Dubai dengan berbagai akomodasi pariwisata seperti hotel, restoran dan obyek wisata, akan menarik mereka kembali untuk berkunjung ke Dubai. Hingga tujuan akhirnya menurut Kazim, menarik orang-orang yang tadinya sebagai wisatawan untuk bermigrasi menjadi penduduk tetap ataupun sebagai investor.