Menjelang akhir 2023 merupakan saat yang baik bagi para investor untuk berinvestasi di pasar saham. Ini memungkinkan selagi Bank Sentral Amerika Serikat belum mengubah arah kebijakan suku bunganya.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Jumlah dana publik yang terhimpun melalui penerbitan Efek Bersifat Utang dan Sukuk (EBUS) dan right issue mencapai Rp 142,4 triliun hingga akhir pekan lalu. Selain itu, dari penawaran saham perdana didapatkan dana sebesar Rp 53,1 triliun dari 73 perusahaan tercatat.
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, hingga akhir pekan lalu sudah ada 95 emisi dari 56 penerbit EBUS. Dana yang didapatkan Rp 105,1 triliun.
Hingga akhir pekan lalu sudah ada 95 emisi dari 56 penerbit EBUS. Dana yang didapatkan Rp 105,1 triliun.
”Masih ada lagi 13 emisi dari 10 penerbit EBUS yang sedang berada dalam pipeline dari berbagai sektor,” kata Yetna di Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Sementara untuk right issue, sudah ada 26 perusahaan tercatat yang menerbitkan right issue dan berhasil mengumpulkan dana Rp 37,3 triliun. Hingga akhir tahun mendatang, masih ada lagi 24 perusahaan tercatat yang berencana menambah modal dengan aksi korporasi tersebut.
Selain itu, Yetna menambahkan, masih ada 27 perusahaan yang sedang menjalani proses untuk masuk bursa melalui penawaran saham perdana. Dilihat dari aset, paling banyak calon emiten berasal dari perusahaan berskala menengah dengan aset berkisar Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, sebanyak 15 perusahaan.
Sementara perusahaan berskala besar dengan aset di atas Rp 250 miliar ada 11 dan satu perusahaan berskala kecil dengan aset di bawah Rp 50 miliar.
Masih ada 27 perusahaan yang sedang menjalani proses untuk masuk bursa melalui penawaran saham perdana.
Berdasarkan informasi dari laman e-IPO, saat ini ada tiga perusahaan pada status book building atau penawaran awal. Ketiga perusahaan tersebut adalah PT Kian Santang Muliatama Tbk, PT Agro Bahari Nusantara Tbk, dan PT Mastersystem Infotama Tbk.
Agro Bahari akan mulai memasuki tahapan penawaran umum pada Senin (23/10/2023). Agro mematok harga saham perdananya Rp 100 per saham.
Sementara Kian Santang memberikan kisaran harga pada tahap book building antara Rp 115 dan Rp 122 per saham. Calon emiten lainnya, Mastersystem, memberikan harga penawaran awal pada rentang Rp 1.355 dan Rp 1.565 per saham.
Kesempatan bagi investor
Senior Portofolio Manager Equity Manulife Aset Manajemen Indonesia Caroline Rusli mengatakan, menjelang akhir tahun ini, adalah saat yang baik bagi para investor yang ingin berinvestasi di pasar saham. Ini selagi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) belum mengubah arah kebijakan suku bunganya.
”Kondisi ekonomi Amerika Serikat yang masih tergolong kuat memaksa The Fed untuk tidak buru-buru menurunkan suku bunganya, seperti yang ditunjukkan oleh proyeksi suku bunga di akhir 2024 yang meningkat menjadi 5,1 persen dari sebelumnya 4,6 persen,” katanya.
Menjelang akhir tahun ini, adalah saat yang baik bagi para investor yang ingin berinvestasi di pasar saham.
Caroline melanjutkan, pasar saham Indonesia menawarkan valuasi yang rendah dengan fundamental perekonomian domestik yang positif. Jelang akhir tahun ini, percepatan belanja pemerintah dan distribusi anggaran pemilu menjadi katalis yang dapat mendorong pasar saham Indonesia terus menguat.
Di sisi lain, perlu ada risiko yang dicermati. Dampak dari arah kebijakan The Fed yang masih akan mempertahankan bunga tinggi akan meningkatkan imbal hasil obligasi Pemerintah AS dan nilai tukar dollar AS.
Dengan demikian, laju inflasi akan terasa di negara berkembang, termasuk Indonesia. ”Selain itu, kenaikan harga minyak dapat menjadi faktor negatif bagi konsumsi karena mengurangi daya beli masyarakat,” kata Caroline lagi.