Tidak Ada Perubahan Tawaran Gaji di Iklan Lowongan Pekerjaan
Sebanyak 1,3 persen industri memasang tawaran kenaikan gaji dan 1,4 persen industri menunjukkan penawaran nominal gaji yang turun.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Tawaran gaji di iklan lowongan pekerjaan sepanjang tahun 2023, sesuai data platform ketenagakerjaan JobStreet, tercatat stabil. Mayoritas industri tidak mencantumkan perubahan penawaran nominal gaji dibandingkan tahun 2022.
Berdasarkan laporan riset ”Paduan Gaji 2023” yang dirilis oleh JobStreet by SEEK, akhir September 2023, sebanyak 95,7 persen industri yang memasang iklan lowongan pekerjaan di platform JobStreet menunjukkan tidak ada perubahan tawaran rata-rata gaji yang signifikan dibandingkan tahun 2022. Sebanyak 1,3 persen industri memasang tawaran kenaikan gaji dan 1,4 persen industri menunjukkan penawaran nominal gaji yang turun.
Riset yang menganalisis dan melihat tren gaji yang ditawarkan di pasar tenaga kerja itu menggunakan data gaji dari iklan lowongan pekerjaan yang dipasang oleh perusahaan di laman JobStreet Indonesia pada periode April 2022 - Maret 2023.
”Beberapa waktu lalu sempat terjadi fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran karena sejumlah perusahaan mematok nominal gaji yang tinggi dan ini memberatkan operasi perusahaan. Sekarang (tahun 2023), mayoritas industri memasang tawaran gaji yang stabil artinya (mungkin) mereka menginginkan bisnis tumbuh berkelanjutan,” ujar Country Marketing Manager JobStreet by SEEK untuk Indonesia Sawitri saat temu media, Rabu (18/10/2023), di Jakarta.
Dalam laporan itu, JobStreet menyebutkan bahwa media dan periklanan, pemasaran dan periklanan, serta MICE (pertemuan, acara insentif, konferensi, dan ekshibisi) termasuk sektor industri yang menawarkan penurunan nominal gaji tertinggi di iklan lowongan pekerjaan. Persentase penurunan mencapai di atas 3 persen.
Sektor-sektor industri yang masih menawarkan kenaikan gaji di iklan lowongan pekerjaan adalah perjalanan dan pariwisata; telekomunikasi; hiburan; teknologi informasi; pertanian; konsultasi; kecantikan, kesehatan, dan kebugaran; sains dan teknologi; seni dan kerajinan; manufaktur; pendidikan; serta perbankan dan keuangan. Kenaikan tawaran gaji di urutan teratas adalah sektor perjalanan dan pariwisata. Persentase kenaikannya di atas 3 persen.
”Para pencari kerja tidak perlu takut dengan temuan ini. Stabilnya nominal gaji yang ditawarkan di iklan lowongan pekerjaan bisa dimaknai bahwa kondisi ’aman’. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih di angka 5 persen itu bagus,” katanya.
Stabilnya nominal gaji yang ditawarkan di iklan lowongan pekerjaan bisa dimaknai bahwa kondisi ’aman’. (Sawitri)
Sawitri menekankan, tawaran gaji di iklan lowongan pekerjaan dikatakan tidak stabil jika terjadi perubahan besar di pasar tenaga kerja, seperti penurunan atau kenaikan nominal yang signifikan. Biasanya, jika terjadi kenaikan signifikan tawaran gaji, berarti suplai dan permintaan tenaga kerja tidak terjaga.
Lebih jauh, dalam laporan yang sama disebutkan bahwa sektor industri teknologi informasi/komputer menghadapi iklim ekonomi yang menantang. Akibatnya, beberapa perubahan paket kompensasi dikurangi. Ini terlihat pada penawaran profesi manajer senior di Jabodetabek.
Sawitri menambahkan, lanskap rekrutmen di Indonesia saat ini mencerminkan tren persaingan usaha yang meningkat sehingga perusahaan fokus pada pertumbuhan bisnis dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan talenta terbaik guna mendorong profitabilitas dan peningkatan layanan pelanggan pada saat bersamaan. Kompetisi dalam merekrut talenta dengan produktivitas tinggi di bidangnya menjadi tantangan terbesar perusahaan, terutama untuk spesialisasi tertentu.
Secara terpisah, Pendiri dan Managing Director Headhunter Indonesia Haryo Suryosumarto berpendapat, setiap perusahaan pada umumnya memiliki standar rentang gaji untuk setiap level karier setiap profesi. Ada tidaknya kenaikan pada standar rentang gaji tergantung dari rencana bisnis ke depan.
”Semakin agresif rencana pengembangan bisnis, semakin besar kemungkinan perusahaan akan melakukan rekrutmen tenaga kerja secara masif. Yang artinya mereka harus mampu memberikan daya tarik untuk calon kandidat berkualitas agar mau bergabung. Jadi, perusahaan pasti akan melakukan penyesuaian rentang gaji,” katanya.
Haryo mengamati, rata-rata kandidat di Indonesia biasanya berharap adanya kenaikan annual take home pay (gaji tahunan) di kisaran 20–30 persen dari gaji mereka sebelumnya. Namun, ini tidak bisa dipukul rata seluruh industri.
Staf Khusus Menteri Ketenagakerjaan Caswiyono Rusydie Cakrawangsa dalam siaran pers menekankan pentingnya akses peningkatan kompetensi kepada seluruh angkatan kerja. Ini akan berdampak pada naiknya daya saing pekerja di pasar kerja.
”Salah satu yang perlu didorong adalah penciptaan akses peningkatan kompetensi melalui pelatihan vokasi di desa-desa,” katanya.