David Beckham dan Michael Jordan, ”Brand” yang Mengorbit Kembali
Pesohor datang dan pergi. Demikian pula dengan ”brand” mereka. Beberapa pesohor, sekalipun telah pensiun dari dunia yang membesarkannya, berhasil merevitalisasi ”brand” mereka.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
Sejumlah pesohor, popularitasnya sudah terakumulasi menjadi brand. Namun, setenar-tenarnya pesohor tetap saja mudah dilupakan masyarakat seiring munculnya bintang-bintang baru. Oleh sebab itu, sejumlah ikhtiar dilakukan untuk menjaga agar brand itu tetap relevan pada masyarakat, termasuk generasi baru, sehingga nilai ekonomi yang ditimbulkannya pun tetap lestari.
Sekitar dua tahun lalu, saat sedang nongkrong bareng aktor Leonardo Di Caprio, mantan pesepak bola top dunia asal Inggris, David Beckham, mengungkapkan keinginannya untuk membuat serial dokumenter tentang dirinya untuk diputar di layanan pemutar film Netflix. Lantas, Leo menghubungkan David dengan sutradara Fisher Stevens untuk mengeksekusi ide itu. Demikian cerita awal seperti dikutip The Guardian.
Sejumlah ikhtiar dilakukan untuk menjaga agar brand itu tetap relevan kepada masyarakat, termasuk generasi baru, sehingga nilai ekonomi yang ditimbulkannya pun tetap lestari.
Pilihan kepada Netflix tak lain karena aplikasi pemutar film itu ditonton banyak pemirsa di seantero bumi. Pada triwulan II-2023, misalnya, Netflix memiliki 238,39 juta pelanggan di seluruh dunia, mulai dari Amerika Serikat, Eropa, Asia, hingga Afrika. Artinya, film yang diputar di platform itu bisa langsung menjangkau penonton yang banyak dengan sebaran geografis yang sangat luas.
Singkat cerita, mulai 4 Oktober 2023, Netflix resmi merilis serial televisi dokumenter berjudul Beckham. Serial dokumenter dengan empat episode ini berisi berbagai momen krusial dalam karier sepak bola David; cerita perkawinannya dengan bintang pop anggota Spice Girls, Victoria ”Posh” Adams; isu perselingkuhannya; hingga kiprah bisnisnya.
Dengan cepat serial ini menjadi trending global dan segera diminati publik. Sepekan setelah tayang, serial Beckham sudah ditonton 12,4 juta kali. Serial ini juga selalu menghiasi top 10 kategori acara televisi di Netflix di sejumlah negara. Di Indonesia, hingga 17 Oktober 2023 atau hampir dua pekan setelah rilisnya, Beckham masih menduduki peringkat tertinggi ketiga kategori acara televisi di Netflix.
”Inilah harinya #Beckham telah rilis di Netflix. Saya harap kalian akan menontonnya. Saya berterima kasih kepada keluargaku, teman, mantan rekan satu tim, dan semua orang yang telah menjadi bagian dari cerita perjalananku. Sungguh perjalanan yang luar biasa. Saya harap Anda bisa menikmatinya,” ujar David dalam unggahan akun pribadi Instagramnya, 4 Oktober.
Sepekan setelah tayang, serial Beckham sudah ditonton 12,4 juta kali. Serial ini juga selalu menghiasi top 10 kategori acara televisi di Netflix di sejumlah negara.
Banyak pihak menilai, David Beckham sedang berupaya melestarikan warisan kepopulerannya. Pada dekade 1990-an dan 2000-an, nama megabintang Beckham jelas meroket. Gabungan dari kepiawaian dan prestasi sepak bolanya ditambah parasnya yang rupawan membuat masyarakat mengidolakannya.
Apalagi saat itu, dirinya membuat heboh dunia selebritas karena perkawinannya dengan mantan anggota bintang pop Spice Girls. Segala kombinasi itu menempatkan Beckham sebagai pesepak bola cum selebritas.
Hanya saja, kepopuleran pria 48 tahun itu mulai luntur beberapa tahun terakhir. Beckham yang sudah gantung sepatu dari lapangan hijau sepuluh tahun lalu ini kini mulai terlupakan penggila sepak bola generasi yang lebih muda. Kini, mereka lebih mengidolakan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi.
David Beckham yang selepas pensiun memilih menjadi pengusaha ini kemudian membuktikan dirinya masih seorang bintang yang berpendar. Selang tiga bulan usai klub sepak bola miliknya, Inter Miami, resmi menghadirkan megabintang Lionel Messi, nama Beckham kembali menjadi perbincangan.
Momen itu dimanfaatkan Beckham bersama Netflix untuk merilis film dokumenternya. Nama Beckham pun kembali mengorbit di panggung popularitas. Ini menjadi semacam langkah bisnis yang merevitalisasi brand mantan pemain Manchester United, Real Madrid, dan Paris Saint-Germain itu.
Popularitas, persona, glamor, dan prestasi di lapangan mengantarkan Beckham menjadi brand ambassador sejumlah brand top global.
Popularitas, persona, glamor, dan prestasi di lapangan mengantarkan Beckham menjadi brand ambassador sejumlah brand top global. Sebut saja, misalnya, H&M, Breitling, Sainsbury’s, Armani, Gillete, AIA Group, dan PepsiCo. Beckham juga dikenal dalam memopulerkan sepatu bola Adidas Predator.
Mengutip laman Mirror.co.uk, kekayaan David Beckham saat ini diperkirakan 450 juta dollar AS. Sepanjang karier sepak bolanya pada 1991-2013, Beckham mencatat pendapatan hingga 800 juta dollar AS. Ini menempatkannya sebagai atlet dengan pendapatan terbesar nomor tujuh di dunia.
Nilai ekonomi itu dihasilkan saat brand Beckham kuat. Oleh sebab itu, pria kelahiran London itu berkepentingan terus merawat dan melestarikan brand-nya tetap mengorbit di panggung global.
Michael Jordan
Pada 2020, Michael Jordan, legenda bola basket AS, sudah terlebih dulu melakukan langkah yang diambil Beckham. Tahun itu, Netflix merilis film dokumenter seri tentang diri Jordan dengan judul The Last Dance. Dokumenter dengan sepuluh episode ini juga mengangkat berbagai episode krusial Jordan kala masih aktif menjadi atlet pada 1984-2003.
Hadirnya film serial dokumenter The Last Dance merupakan bentuk pertahanan Michael Jordan terhadap dinastinya sebagai yang terbaik sepanjang masa atau disingkat GOAT alias greatest of all time. Dari perspektif bisnis, serial film itu menjadi ikhtiar tim bisnis Jordan untuk memenangi perdebatan dan pertarungan persepsi di masyarakat tentang status GOAT di dunia basket, Michael Jordan atau LeBron James, pemain aktif yang kini membela LA Lakers.
Jordan kembali relevan. Brand-nya pun kembali relevan.
James adalah ancaman terbesar bagi takhta Jordan sebagai GOAT. Dengan perbedaan dua dekade, kehebatan Michael Jordan (MJ) yang pensiun pada 2003 hanya menyisakan cerita-cerita dari generasi tua. Sementara itu, kehebatan James, yang masih aktif bermain, nyata di mata generasi muda saat ini.
The Last Dance yang banyak ditonton terbukti mengembalikan popularitas Jordan. Pertarungan keduanya pun kembali mencuat dan ramai diperbincangkan publik, khususnya dari beda generasi. Jordan kembali relevan. Brand-nya pun kembali relevan.
Relevansi Jordan penting bagi Nike, produsen sepatu yang menggandeng Jordan sebagai mitra. Bisnis penjualan sepatu Air Jordan selama ini telah menghasilkan omzet yang luar biasa. Mengutip Forbes, penjualan sepatu Air Jordan mencapai sekitar 130 juta dollar AS setiap tahunnya. Dari penjualan itu, jelas Jordan ikut menikmati tambahan ke dalam pundi-pundinya.
Sampai dengan 17 Oktober 2023, kekayaan Michael Jordan mencapai 3 miliar dollar AS. Ini menempatkannya sebagai orang terkaya nomor 1.516 di dunia atau peringkat ke-379 dari 400 orang terkaya di Amerika Serikat.
Pengamat pemasaran dan branding yang juga Managing Partner Inventure, Yuswohady, mengatakan, kita bisa belajar dari Michael Jordan dan brand produk sepatu Air Jordan. Megabintang bola basket itu sudah lama pensiun, tetapi Air Jordan masih saja menjadi produk sepatu yang laris manis di pasaran sampai sekarang.
Ini tak lain dari kecerdasan tim Nike untuk melestarikan produk itu dengan menyesuaikan selera pasar saat ini. ”Sebuah brand juga perlu terus dirawat dan diremajakan. Bila tidak, brand yang telah melegenda dan melekat di benak masyarakat sekalipun bisa menghilang karena keadaan pasar telah berubah,” ujar Yuswohady.