Cadangan Gas Raksasa Ditemukan di Laut Kalimantan Timur
Dengan perkiraan awal sumber daya yang telah ditemukan sekitar 609 juta barel setara minyak (MMBOE), temuan di sumur Geng North-1 menjadi satu dari tiga temuan eksplorasi terbesar di dunia pada 2023.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan minyak dan gas bumi asal Italia, Eni, menemukan cadangan gas dengan perkiraan awal sebesar 5 triliun kaki kubik di Wilayah Kerja North Ganal, Kalimantan Timur. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi menyebutnya sebagai satu dari tiga temuan eksplorasi terbesar di dunia pada 2023.
Dikutip dari siaran pers Eni, Senin (2/10/2023), Sumur Geng North-1, di laut lepas Kaltim, dibor dengan kedalaman 5.025 meter dengan kedalaman air 1.947 meter. Uji produksi sumur yang terletak di Cekungan Kutai (Kutai Basin) tersebut telah dilakukan untuk memberi penilaian secara penuh akan penemuan tersebut.
”Penemuan itu memiliki potensi kontribusi pada penciptaan hub produksi yang baru di bagian utara Cekungan Kutai, untuk dikoneksikan dengan fasilitas Bontang LNG (gas alam cair) di pesisir Kalimantan Timur. Kampanye eksplorasi sejalan dengan strategi transisi energi Eni untuk beralih secara progresif ke gas dan LNG,” tulis pernyataan itu.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto mengapresiasi penemuan cadangan gas itu. Dengan perkiraan awal sumber daya yang telah ditemukan (discovered resources) sekitar 609 juta barel setara minyak (MMBOE), temuan di sumur Geng North-1 menjadi satu dari 3 temuan eksplorasi terbesar di dunia pada 2023.
”Kami berharap penemuan cadangan gas di North Ganal oleh salah satu international oil company (IOC) akan mendorong lebih banyak IOC lainnya untuk masuk ke Indonesia. Ini tentu buah dari upaya pemerintah meningkatkan daya saing industri hulu migas nasional,” kata Dwi melalui siaran pers, Senin (2/10/2023).
Dwi menambahkan, temuan itu diyakini bakal meningkatkan secara signifikan cadangan gas, yang juga akan mendukung peningkatan produksi gas nasional. Hal tersebut dapat mendukung target produksi 1 juta barel minyak per hari dan gas sebanyak 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030.
Hal tersebut dapat mendukung target produksi 1 juta barel minyak per hari dan gas sebanyak 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030.
Ia pun mendorong agar Eni dapat segera memproduksi temuan cadangan gas itu guna meningkatkan pasokan gas nasional. Dengan demikian, diharapkan ada dukungan pembangunan, termasuk hilirisasi gas. Apalagi, infrastruktur gas di Kaltim sudah tersedia sehingga berpotensi untuk dikembangkan secara cepat dan efisien.
Adapun Eni North Ganal Limited memegang 50,22 hak partisipasi (PI) di North Ganal. Eni bermitra dengan Neptune Energy North Ganal BV (38,04 persen) dan Agra Energi I Pte Ltd (11.74 persen). WK itu bersebelahan dengan proyek strategis nasional Indonesia Deepwater Development (IDD), yang baru saja berpindah kelola dari Chevron ke Eni.
Produksi awal
Deputi Eksplorasi SKK Migas Benny Lubiantara, di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jakarta, Senin, mengemukakan, setelah ini, akan Eni akan melakukan evaluasi. Itu, salah satunya untuk melihat apakah temuan cadangan gas yang diperkirakan 5 triliun kaki kubik (TCF) di North Ganal dapat diproduksi dengan cepat atau tidak.
”Kami ingin dari data satu sumur ini ada early production (produksi awal). Jadi, kita percepat. Data satu sumur ini cukup, karena ini sumur dalam. Supaya cepat berproduksi macam-macam, (salah satunya) bisa mengajukan fase 1. Jadi, untuk langsung diproduksikan,” kata Benny.
Mengenai perkiraan waktu mulai produksi, Benny belum dapat memastikan karena akan terlebih dulu berdiskusi terkait hal tersebut. Namun, yang pasti, temuan cadangan gas raksasa di WK North Ganal tersebut menjadi kabar baik yang diyakini bakal mengundang investor datang untuk berinvestasi di hulu migas.
Saat ini, pengembangan hulu migas di Indonesia memiliki kecenderungan pada gas bumi, seiring besarnya cadangan yang ada. Pada akhir Juli 2023, Pertamina dan Petronas resmi mengambil alih PI Shell di Blok Masela. Dengan demikian, komposisi pemegang PI Proyek Abadi Masela menjadi 65 persen Inpex, 20 persen Pertamina, dan 15 persen Petronas. Proyek itu ditargetkan berproduksi 2030.
Catatan Kompas, Blok Masela diestimasi dapat memproduksi 1.600 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton gas alam cair (liquified natural gas/LNG) per tahun dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel kondensat per hari.