Beras Sumbang Inflasi Tertinggi Selama 9 Tahun Terakhir
Beras masih menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada September 2023. Bahkan, angkanya tertinggi sejak 2014. Pemerintah perlu memastikan ketersediaan beras agar tren inflasi tetap terkendali.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indeks harga konsumen mencatatkan kenaikan pada bulan September 2023 dibanding dengan bulan sebelumnya. Hal ini salah satunya disebabkan oleh inflasi beras yang mencatatkan rekor tertinggi secara tahunan terhitung sejak tahun 2014 atau selama sembilan tahun terakhir.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, dalam rilis statistik secara hibrida di Jakarta, Senin (2/10/2023), mengatakan, inflasi secara tahunan tercatat 2,28 persen atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 112,87 pada September 2022 menjadi 115,44 pada September 2023.
Inflasi beras pada September 2023 secara tahunan sebesar 18,44 persen dengan andil mencapai 0,55 persen atau tertinggi sejak tahun 2014.
Amalia menjelaskan, ada kecenderungan penurunan jumlah produksi beras dari bulan Agustus 2023 sampai akhir tahun yang berpotensi mengakibatkan defisit neraca beras. Hal itu disebabkan pasokan beras yang berkurang. Di sisi lain, tingkat konsumsi beras tetap tinggi sehingga harga terkerek naik.
”Ini faktor musiman yang seperti biasanya, pada akhir tahun, produksi beras relatif lebih rendah dibanding bulan-bulan sebelumnya. Lalu, ada faktor eksternal juga, seperti El Nino yang menyebabkan beberapa wilayah mengalami kekeringan,” ujarnya.
Penyebab lainnya adalah penurunan produksi beras di negara penghasil utama beras dunia, seperti Thailand, Vietnam, dan India. Bahkan, India turut menerapkan kebijakan pembatasan ekspor beras sehingga mengganggu rantai pasok beras global.
Berdasarkan pengeluaran masyarakat, kelompok makanan, minuman, dan tembakau kembali menjadi penyumbang terbesar tingkat inflasi secara tahunan. Tingkat inflasi kelompok ini tercatat sebesar 4,17 persen dan memiliki andil sebesar 1,08 persen terhadap inflasi umum dengan komoditas yang paling dominan, salah satunya beras yang sebesar 0,55 persen dan rokok kretek filter 0,19 persen.
Secara bulanan, pada September 2023 terjadi inflasi sebesar 0,19 persen atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 115,22 pada Agustus 2023 menjadi 115,44. Inflasi beras secara bulanan pada September 2023 tercatat mencapai 5,61 persen dengan andil sebesar 0,18 persen. Angka tersebut menjadi rekor tertinggi sejak Februari 2018 yang mencapai 6,25 persen secara bulanan.
Inflasi beras pada bulan September 2023 secara tahunan sebesar 18,44 persen dengan andil mencapai 0,55 persen atau tertinggi sejak tahun 2014.
Berdasarkan pengeluaran masyarakat, kenaikan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga menjadi penyumbang terbesar inflasi pada September 2023. Kelompok ini memiliki andil sebesar 0,09 persen dengan tingkat inflasi mencapai 0,35 persen secara bulanan.
Berdasarkan komponennya, kelompok harga bergejolak (volatile food) mengalami inflasi bulanan sebesar 0,37 persen dengan andil 0,07 persen. Komoditas yang menjadi penyumbang utama tingkat inflasi ini adalah beras dan daging sapi.
Kendati tingkat inflasi pada September 2023 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, tingkat inflasi tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada September 2022, tingkat inflasi secara bulanan mencapai 1,17 persen.
Pemerintah perlu memastikan ketersediaan beras tercukupi di tengah cuaca ekstrem. Ini penting agar tren inflasi tetap terjaga sampai akhir tahun. (Teuku Riefky)
Dari 90 kota IHK, seluruh kota mengalami inflasi tahunan dengan 50 kota di antaranya mengalami inflasi lebih tinggi dari inflasi nasional. Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat, menjadi kota dengan tingkat inflasi tertinggi, yakni 5,26 persen. Hal ini utamanya disebabkan oleh kenaikan harga ikan segar, angkutan udara, dan beras.
Sementara 73 kota di antaranya mengalami inflasi bulanan dengan 46 kota di antaranya mengalani inflasi lebih tinggi dari inflasi nasional. Salah satu kota tersebut adalah Kota Tanjung Pandan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan tingkat inflasi 1,41 persen. Hal ini utamanya disebabkan kenaikan harga ikan segar, beras, dan angkutan udara.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) September 2023, menyampaikan, pihaknya akan tetap secara konsisten menempuh kebijakan suku bunga, melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, dan mempererat sinergi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam tim pengendalian inflasi pusat dan daerah di berbagai daerah.
”Kami yakin, inflasi di akhir tahun akan tetap terkendali di sekitar 3 persen sehingga itu akan masih dalam kisaran BI. Terkait dengan inflasi pangan, kami yakinkan bahwa koordinasi antara pusat dan daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan terus dilakukan secara efektif,” ujarnya pada Jumat (21/9/2023).
Secara terpisah, Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teuku Riefky menilai, memang terjadi perlambatan tingkat inflasi secara tahunan karena high base effect . Hal ini terutama disebabkan penyesuaian harga bahan bakar minyak pada September 2022.
”Namun, terjadi peningkatan inflasi secara bulanan yang utamanya didorong oleh kenaikan harga pangan, terutama beras. Ini karena memang dari segi pasokannya terganggu,” tuturnya saat dihubungi.
Oleh sebab itu, pemerintah perlu memastikan ketersediaan beras tercukupi di tengah cuaca ekstrem. Ini penting agar tren inflasi tetap terjaga sampai akhir tahun.
Apabila inflasi beras dapat dikendalikan, menurut Riefky, tingkat inflasi sampai akhir tahun dapat berada pada kisaran 2-3 persen. Sebaliknya, jika inflasi tidak terkendali, tren inflasi dapat menembus batas yang telah ditentukan.