Kantongi 68 Emiten Baru Pekan Depan, BEI Catatkan Rekor
Akan ada dua emiten baru masuk ke Bursa Efek Indonesia pada pekan depan. Sejauh ini, 66 emiten baru masuk pada 2023.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia akan mencapai rekor tertinggi. Pekan depan, akan ada dua emiten baru yang masuk bursa sehingga sampai awal Oktober 2023 akan ada 68 perusahaan baru di BEI.
”Apabila sesuai rencana, pencatatan perdana untuk perusahaan tercatat ke-67 dan ke-68 akan dilaksanakan pada 6 Oktober 2023. Dengan demikian, jumlah tersebut telah melampaui jumlah listing terbanyak sepanjang sejarah Bursa pada tahun 1990, yaitu 66 perusahaan,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna di Jakarta, Sabtu (30/9/2023).
Dua calon emiten baru tersebut adalah PT Kokoh Exa Nusantara Tbk dan PT Sumber Sinergi Makmur Tbk. Hingga 29 September 2023, sudah ada 66 perusahaan tercatat baru di BEI. Dana hasil penawaran saham perdana (initial public offering-IPO) senilai Rp 494 triliun.
Jumlah perusahaan yang sedang mempersiapkan pencatatan saham di bursa masih ada 28 lagi hingga akhir 2023. Di antara perusahaan tersebut, ada dua yang memiliki aset di bawah Rp 50 miliar, 17 perusahaan menengah dengan aset Rp 50 miliar hingga Rp 250 miliar, serta sembilan perusahaan dengan aset berskala besar di atas Rp 250 miliar.
Sementara itu, Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik menjelaskan, saat ini BEI sedang memproses beberapa calon pengguna jasa pada perdagangan karbon, baik dari sisi penjual maupun pembeli.
Setelah diresmikan awal pekan lalu, Bursa Karbon Indonesia sepi transaksi hingga akhir pekan ini. Jeffrey menjelaskan, secara alami bursa karbon tidak selikuid bursa saham yang ramai transaksi setiap hari. Pada tahap awal ini, jumlah penggunanya juga belum terlalu banyak.
”Sosialisasi dan pertemuan masih kami lakukan dengan perusahaan potensial. Diharapkan nantinya jumlah demand dan supply akan cukup banyak sehingga bursa karbon menjadi lebih likuid,” jelas Jeffrey.
Pada hari perdana perdagangan bursa karbon, Selasa (26/9/2023), tercatat total volume transaksi sebanyak 459.953 tCO2 dengan total transaksi 22 dengan nilai Rp 29,2 miliar. Total pembeli sebanyak 15 pengguna jasa dan total penjual ada satu pengguna jasa. Sementara pada Rabu dan Jumat tidak ada transaksi. Penutupan bursa karbon tidak berubah, Rp 77.000 per unit karbon.
Nantinya, seluruh hasil perdagangan karbon melalui bursa ini akan diinvestasikan kembali untuk menjaga keberlangsungan lingkungan hidup, terutama dalam rangka pengurangan emisi karbon.