Hampir semua tanaman hias yang ditawarkan oleh Indonesia terserap oleh pasar mancanegara. Nilai ekspor terus meningkat, tetapi kontribusi secara global masih sangat rendah.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·4 menit baca
TANGERANG, KOMPAS — Pengembangan bisnis florikultura atau tanaman hias membutuhkan lokomotif penggerak agar dapat memperluas pangsa pasar di kancah internasional. Sejauh ini, besarnya potensi keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia belum diimbangi dengan kontribusi bisnis tanaman hias terhadap pasar global. Kontribusi Indonesia masing rendah, hanya 0,1 persen.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki saat memberikan sambutan dalam pembukaan Floriculture Indonesia International Expo (FLOII) di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (28/9/2023). Hadir pula dalam acara tersebut, antara lain, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Presiden Direktur PT Fasen Creative Quality Michael Bayu A Sumarijanto, dan Ketua Perhimpunan Florikultura Indonesia Rosy Nur Apriyani.
”Butuh lokomotif untuk menggerakkan bisnis tanaman hias ini agar produk kita dilirik oleh dunia. Kita harus mulai membangun eksositemnya, termasuk dengan transformasi digital, agar terhubung dalam akses pembiayaan dan mempermudah pemasaran. Selama ini, kita kalah dalam hal promosi sehingga ini bisa jadi strategi baru,” kata Teten.
Menurut Teten, gelaran acara FLOII dapat menjadi salah satu lokomotif untuk mendorong pengembangan industri tanaman hias di Tanah Air. Sebab, pameran yang telah berlangsung dua kali ini turut menarik minat pelaku pasar tanaman hias dari mancanegara.
Apalagi, lanjut Teten, Indonesia memiliki potensi keanekaragaman hayati berupa varietas tanaman hias yang beragam. Di samping itu, teknologi yang digunakan dalam budidaya tanaman hias juga terus berkembang dan didukung pula dengan minat masyarakat yang cukup besar.
”Tapi, kita baru berkontribusi 0,1 persen terhadap pasar global dengan value market mencapai 22,39 miliar dollar AS. Itu tantangannya, sehingga acara seperti ini penting sebagai bagian dari strategi promosi,” kata Teten, melanjutkan.
Oleh karena itu, ajang pameran tanaman hias yang mulai dilirik oleh berbagai negara ini diharapkan terus berkembang hingga dapat menjadi agenda global. Terlebih karena saat ini negara-negara tengah berfokus untuk mengembangkan keunggulan domestiknya.
Kita baru berkontribusi 0,1 persen terhadap pasar global dengan value market mencapai 22,39 miliar dollar AS. Itu tantangannya, sehingga acara seperti ini penting sebagai bagian dari strategi promosi.
Menteri Sosial Tri Rismaharini di sela-sela kunjungannya ke FLOII 2023 mengatakan, keberlanjutan jenis tanaman hias yang beragam tidak bisa dilepaskan dari peran generasi muda. Hal ini penting untuk menciptakan inovasi melalui berbagai eksperimen yang memperkaya jenis-jenis tamaman hias domestik.
Kendati pengembangan tanaman hias di Indonesia masih di bawah negara lainnya, Risma optimistis jika kualitas tanaman hias Indonesia tidak kalah unggul. Oleh kaerna itu, FLOII perlu dilaksanakan secara konsisten sebagai ajang untuk memperkenalkan berbagai jenis tanamam hias Indonesia kepada masyarakat internasional sehingga nantinya florikultura Tanah Air dapat menguasai pangsa pasar global.
”Hampir di setiap pameran selalu ada eksperimen untuk memperkaya jenis-jenis tanaman. Artinya, ini bisa memberikan daya tarik baik bagi kolektor, penghobi, ataupun pembeli dari negara lain. Dengan demikian, kalau Paris itu punya fashion week, (harapannya) kita nanti punya florikultura week,” tuturnya yang juga hobi tanamam hias.
Permintaan global
Nilai ekspor tanaman hias Indonesia terus meningkat sejak pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, ekspor tanaman hias pada tahun 2021 tercatat sebesar 20.300 ton atau naik 11,5 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Nilai ekspor tersebut juga meningkat 10 persen dari 19,9 juta dollar AS pada tahun 2020 menjadi 21,9 juta dollar AS pada tahun 2021.
Rosy menjelaskan, permintaan global terhadap tanaman hias terus meningkat, terutama dari kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia Timur, dan Amerika Serikat. Hampir semua tanaman hias yang ditawarkan oleh Indonesia terserap oleh pasar mancanegara.
”Mereka melihat dari segi kuantitas dan kontinuitas. Bahkan, ada yang sampai keteteran dan tidak sanggup karena rata-rata mereka membutuhkan jutaan bibit,” katanya.
Beberapa jenis tanaman asli Indonesia yang berpotensi diminati oleh pasar global adalah Aroid, yang merupakan keluarga Araceae, seperti Caladium, Monstera, Aglonema, dan Alocasia. Selain itu juga Skindapsus. Hal itu karena tanaman-tanaman tersebut hanya dapat ditemui di Indonesia.
Menurut Rosy, potensi yang dimiliki oleh Indonesia perlu didukung melalui penyelenggaraan acara tahunan secara rutin, salah satunya lewat FLOII yang diharapkan dapat turut mengangkat nilai tanaman hias. Rosy menargetkan, nilai transaksi dari pameran pada tahun ini dapat mencapai dua kali lipat dari gelaran pameran tahun lalu yang mampu mencapai Rp 4,5 miliar.
Adapun FLOII tahun ini diikuti oleh para peserta pameran yang berasal dari sejumlah negara, seperti Thailand, Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Filipina. Adapun peserta yang terdaftar sebagai pembeli dari mancanegara antara lain Malaysia, Singapura, Thailand, India, Filipina, Vietnam, Taiwan, Amerika Serikat, dan Kanada.
”Sebagian besar pelaku pameran ini statusnya masih UMKM. Melalui etalase pameran ini, mereka meminta dukungan agar bisa berkembang mengingat potensinya sangat besar, terutama Indonesia sebagai eksportir di Asia Tenggara. Kita tidak boleh kalah dengan Thailand,” kata Bayu.
Acara yang berlangsung pada 28 September-1 Oktober 2023 ini mengusung tema ”Rooted in Tradition, Blooming in Innovation”. Selain memamerkan berbagai jenis tanaman hias, baik domestik maupun mancanegara, FLOII juga menyelenggarakan panel diskusi tentang tanaman hias yang diharapakan dapat meningkatkan kolaborasi antara pelaku pasar dan asosiasi dengan pemerintah.
”Kami juga ingin berinovasi lebih luas melalui teknologi budidaya tanaman yang melibatkan segmen gardening dan lanscaping,” ujarnya.