El Nino akan menurunkan produksi CPO, karet, dan kopi. Di sisi lain, setiap kenaikan suhu sebesar 1 derajat celsius diperkirakan akan menurunkan produksi beras sebesar 3,2 persen, jagung 7,4 persen, dan gandum 5 persen.
Oleh
HENDRIYO WIDI
·3 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Seorang pekerja memindahkan sawit kiriman petani ke atas truk untuk dikirim ke pabrik di Desa Bukit Raya, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (27/7/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Kekeringan panjang akibat dampak El Nino tidak hanya memengaruhi produksi beras. Fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal itu juga akan berdampak pada penurunan produksi dan harga komoditas ekspor Indonesia, seperti minyak kelapa sawit mentah, karet, dan kopi.
Berdasarkan kajian Tim Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, El Nino dapat memengaruhi sejumlah komoditas perkebunan yang diekspor Indonesia dan Malaysia. Untuk minyak kelapa sawit mentah (CPO), misalnya, El Nino ekstrem dapat menurunkan produksi komoditas itu pada 3-6 bulan ke depan.
”Dengan asumsi dasar tidak ada faktor lain yang memengaruhi (cateris paribus), produksi CPO diperkirakan dapat turun 3-7 persen dan harganya dapat naik 4-10 persen,” kata Vice President for Industry and Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani, Selasa (26/9/2023), di Jakarta.
Produksi CPO diperkirakan dapat turun 3-7 persen dan harganya dapat naik 4-10 persen.
Selain CPO, El Nino juga akan memengaruhi sekitar 60 persen tanaman kopi Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat, pada 2022, perkebunan dan produksi kopi di Indonesia masing-masing seluas 1,25 juta hektar dan sebanyak 794.800 ton.
Begitu juga dengan karet. Merujuk data BPS dan Statista, luas perkebunan dan produksi karet Indonesia pada 2022 masing-masing 3,83 juta ha dan 3,14 juta ton.
Menurut Dendi, penurunan produksi kopi diperkirakan bisa mencapai 15-20 persen karena lebih sensitif terhadap cuaca. Adapun karet, penurunan produksinya relatif kecil diperkirakan 2 persen.
”Untuk harga karet alam pada 2023 dan 2024 akan relatif stabil, masing-masing diperkirakan 1,5 dollar AS per kilogram dan 1,6 dollar AS per kg. Sementara harga kopi bisa meningkat sekitar 15 persen,” ujarnya.
Tim Ekonom Bank Mandiri juga menyebutkan, El Nino juga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi beras, jagung, dan gandum. Untuk setiap kenaikan suhu sebesar 1 derajat celsius, diperkirakan akan menurunkan produksi beras sebesar 3,2 persen, jagung 7,4 persen, dan gandum 5 persen.
Dendi menyatakan, produksi beras dalam negeri akan menurun 3-6 persen pada 2023. Penurunan produksi itu akan diikuti dengan kenaikan harga beras sehingga akan berujung pada kenaikan inflasi.
”El Nino dapat memicu kenaikan inflasi pada tahun ini sebesar 0,3-0,8 poin persentase. Tentu saja hal itu juga bakal bergantung upaya pemerintah memanajemen stok dan harga pangan. Artinya, jika pemerintah gagal memitigasi dampak El Nino terhadap harga dan pasokan pangan, inflasi bisa di kisaran 3,27-3,88 persen pada akhir 2023,” kata Dendi.
El Nino dapat memicu kenaikan inflasi pada tahun ini sebesar 0,3-0,8 poin persentase. Tentu saja hal itu juga bakal bergantung upaya pemerintah memanajemen stok dan harga pangan.
Foto udara areal persawahan yang mengering di Desa Sukanegara, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/9/2023). Menurut analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, sebanyak 446 zona musim di Indonesia bakal memasuki musim hujan mundur atau lebih lambat dari normalnya. Fenomena El Nino menguat dan diprediksi berlanjut hingga Februari 2024.
Ketua Gabungan Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menuturkan, dampak El Nino tidak akan langsung terasa pada tahun ini juga. Dampak itu El Nino itu akan semakin menambah dampak penurunan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit pada tahun ini yang disebabkan oleh kurangnya pemupukan.
Gapki mencatat, pertumbuhan produksi CPO nasional semakin menurun dari waktu ke waktu. Pada 2005-2010, produksi CPO nasional tumbuh 10,12 persen per tahun. Dalam satu dekade kemudian, yakni pada 2010-2015 dan 2015-2020, pertumbuhan produksinya turun masing-masing 7,39 persen dan 3,2 persen. Kemudian pada 2020-2025, produksi CPO tahunan diperkirakan bakal tumbuh negatif 1,15 persen.
Dalam Rapat Pengendalian Inflasi, Senin (25/9/2023), Kementerian Pertanian melaporkan perkembangan Gerakan Nasional Penanganan Dampak El Nino. Gerakan tersebut menargetkan penanaman padi di sawah seluas 569.374 ha di 10 provinsi dengan perkiraan produksi beras 5 ton per hektar.
Kesepuluh provinsi adalah Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Banten.
Koordinator Pemasaran dan Investasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP) Kementan Indah Sulistyo Rini mengemukakan, hingga 23 September 2023, realisasi luas tanam gerakan tersebut baru mencapai 228.817 ha atau 40,18 persen dari total luas rencana tanam.
Target tanam terluas berada di Sumatera Selatan, yakni 103.672 ha. Dari target itu, realisasi tanamnya 44.828 ha. Target tanam terluas kedua berada di Sulawesi Selatan. Dari target seluas 80.619 ha, realisasinya sudah 52.663 ha.
”Di tengah El Nino ini, sebagian besar sawah tersebut terkendala ketersediaan air karena bukan lahan irigasi. Selain itu, juga ada kendala listrik. Kami berupaya memberikan bantuan pompa dan sumur-sumur buatan, termasuk sumur air tanah seperti yang telah dikembangkan di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah,” katanya.