Peringatan Hari Tani Nasional, Presiden Apresiasi Petani
Berkat kerja keras petani, pasokan beras dan kebutuhan pokok lainnya tetap tersedia untuk masyarakat di tengah kekeringan akibat El Nino.
Petani sedang beraktivitas di sawah berundak dengan sitem pengairan subak di Tegalalang, Ubud, Bali.
JAKARTA, KOMPAS — Memperingati Hari Tani Nasional yang jatuh hari ini, Presiden Joko Widodo mengucapkan terima kasih kepada petani Indonesia. Di tengah perubahan iklim, termasuk fenomena El Nino, pertanian Indonesia dilihat Presiden tetap bisa produktif.
”Berkat kerja keras para petani, pasokan di pasar-pasar dan persediaan beras di gudang-gudang kita tetap cukup untuk menghadapi bulan-bulan yang kering. Terima kasih untuk petani-petani Indonesia,” ujar Presiden Jokowi melalui akun media sosialnya, Minggu (24/9/2023).
Untuk memantau pasokan di pasar ataupun persediaan beras di gudang, Presiden Jokowi rutin menyambangi pasar tradisional dan gudang Bulog. Terakhir, Presiden Jokowi meninjau harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Merdeka, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Selatan, pada Kamis (21/9/2023).
Presiden menyebut harga sejumlah kebutuhan pokok tetap terkendali, tetapi harga beras tergolong tinggi. Beras SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan) dari Bulog telah mulai disalurkan. Kenaikan harga beras antara lain diakibatkan super-El Nino di tujuh provinsi. Presiden mengatakan bahwa saat ini pemerintah tengah menambah cadangan beras melalui impor.
Presiden Joko Widodo menanam padi bersama petani di Tuban, Jawa Timur, Kamis (6/4/2023).
Menurut pengajar Program Studi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Gilang Wirakusuma, pemerintah perlu menyiapkan strategi dalam menyikapi perubahan iklim. Pada jangka pendek, pemerintah harus menyediakan upaya jaring pengaman sosial untuk petani dalam 1-2 bulan ke depan guna menghadapi El Nino.
”Bagaimanapun juga, mayoritas petani kita adalah golongan rentan, terutama pada aspek ekonomi. Risiko kegagalan probabilitasnya tinggi saat El Nino. Perlu disiapkan insentif asuransi usahatani dan bantuan sosial lainnya,” ujar Gilang.
Memasuki musim tanam pertama pada November mendatang, pemerintah juga harus memfasilitasi petani untuk penanaman padi. Penanaman padi di musim tanam November ini akan menjadi acuan bagi besaran cadangan beras nasional di tahun depan. Apabila hujan belum datang, rekayasa cuaca dengan hujan buatan sangat diperlukan, selain eksploitasi sumber air seperti sumur dan bendungan.
Sebagai strategi jangka panjang, pemerintah dinilai sudah melakukan antisipasi melalui pembangunan beragam infrastruktur, seperti bendungan. Kehadiran bendungan diperlukan karena sumber air merupakan ancaman bagi sektor pertanian saat ini.
Foto udara areal persawahan yang mengering di Desa Sukanegara, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/9/2023).
Pemerintah juga perlu memberikan insentif bagi petani yang mengadopsi pertanian berkelanjutan dengan praktik pertanian organik atau agroforestri. Pertanian berkelanjutan bisa meminimalkan risiko kelangkaan input pertanian. Mitigasi perubahan iklim ekstrem bisa pula dilakukan dengan melibatkan riset dan pengembangan varietas tanaman yang dapat bertahan dalam kondisi cuaca ekstrem.
Dalam rangka peringatan Hari Tani 2023, petani yang tergabung di Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) melakukan aksi ”Luru Banyu” di atas bukit. Dalam keterangan pers tertulis, ”Luru Banyu” diartikan sebagai mencari sumber mata air di atas bukit untuk menanam dan menghijaukan Pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah,.
Bertempat di Bukit Alang-alang, Kedumulyo, Pati, prosesi tanam bawang dan padi dilakukan bersama KH Ubaidillah Shodaqoh (Gus Ubaid) dari Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama, Jawa Tengah, dan artis Roy Martin. Selain acara tanam padi dan bawang, rangkaian peringatan Hari Tani juga dimeriahkan dengan pergelaran wayang dengan judul ”Semar Menggugat” dan ”lamporan” pada Sabtu (23/9/2023) hingga Minggu (24/9/2023).
Seusai tanam bersama, Gus Ubaid dan Roy Martin juga menyaksikan kondisi Kali Tus atau Sungai Juwana yang dangkal dan banyak tumpukan sampah. Sungai Juwana menjadi nadi bagi persawahan di seluruh kawasan Pegunungan Kendeng hingga sebagian Juwana-Pati. Tanpa ada aksi konkret untuk mengatasi pendangkalan, banjir dan krisis pangan akan mengancam kehidupan petani.
Dalam rangka peringatan Hari Tani 2023, Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) melakukan aksi ”Luru Banyu” diatas bukit untuk menanam dan menghijaukan Pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah, pada Minggu (24/9/2023).
Penanaman di atas bukit di Pegunungan Kendeng ini sebagai bukti bahwa gunung karst bukanlah lahan gersang sehingga patut untuk ditambang. Aksi tani JM-PPK juga ingin membuktikan bahwa Pegunungan Kendeng adalah kawasan subur yang di bawahnya mengalir sungai dan sumber bawah tanah sehingga bisa ditanami apa saja, termasuk padi dan bawang.
Dalam sambutannya, Gus Ubaid mendukung perjuangan JM-PPK karena menjaga alam yang di dalamnya juga terdapat kawasan karst adalah kewajiban bersama. Sementara Roy Martin juga mendukung perjuangan Kendeng karena gerakannya menampilkan gerakan tanpa kekerasan yang menarik atensi masyarakat luas.
Hari Tani tahun ini juga sebagai wujud keprihatinan para petani kepada kondisi Indonesia saat ini. Posisi petani Kendeng dalam posisi serba terimpit. Rusaknya kawasan Pegunungan Kendeng terjadi terus-menerus dan masif karena ulah manusia secara langsung, seperti pertambangan, olah lahan yang salah, serta pemakaian pupuk kimia yang tidak terkontrol.
Rusaknya Kendeng juga terjadi karena kebijakan pemerintah yang tidak memihak terhadap kelestarian alam dan dukungan terhadap petani. Tahun 2021, Pemerintah Kabupaten Pati menetapkan seluruh kecamatan sebagai kawasan pertambangan. Nasib Kabupaten Rembang juga digantung karena pembahasan revisi tata ruang yang mandek. Padahal, sejak 2016, JM-PPK sudah menang secara hukum dan juga secara kajian KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) Pegunungan Kendeng.
Dalam rangka peringatan Hari Tani 2023, Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) melakukan aksi ”Luru Banyu” di atas bukit untuk menanam dan menghijaukan Pegunungan Kendeng, Pati, Jawa Tengah, pada Minggu (24/9/2023).
Kondisi terimpitnya petani juga terjadi karena alokasi anggaran pupuk subsidi yang turun dari tahun ke tahun. JM-PPK mencatat pada tahun 2015 anggaran yang dialokasikan negara sejumlah Rp 39,48 triliun dan hanya tersisa Rp 24 triliun pada 2023.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022, pupuk subsidi juga dipotong dari sebelumnya terdapat lima jenis pupuk (NPK, ZA, SP-36, Urea, dan organik) menjadi dua jenis pupuk, yakni Urea dan NPK. JM-PPK menilai, alur mendapatkan pupuk juga serampangan dan tanpa pengawasan dari pemerintah. Akibatnya pupuk subsidi langka di pasaran dan harga pupuk nonsubsidi dipermainkan tengkulak.
Secara terpisah, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menandai peringatan Hari Tani Nasional 2023 dengan tanam benih pisang dan sebar bibit ikan lele di Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta, pada Sabtu (23/9/2023).
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengapresiasi komitmen MPM menjadikan Hari Tani sebagai bagian dari usaha menegakkan kedaulatan pangan.