Inflasi Terkendali, BI Putuskan Pertahankan Suku Bunga
Bank Indonesia memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan. Tingkat inflasi hingga akhir tahun diperkirakan masih dalam rentang target BI.
Oleh
AGUSTINUS YOGA PRIMANTORO
·5 menit baca
TANGKAPAN LAYAR
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada awak media secara langsung dan virtual, di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (21/9/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia kembali mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen. Keputusan tersebut diambil untuk memastikan inflasi tetap terkendali sesuai dengan yang ditargetkan, yakni 2-4 persen hingga akhir tahun 2023.
Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada September 2023 memutuskan, suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility 5,00 persen, dan suku bunga lending sebesar 6,50 persen. Dengan demikian, tingkat suku bunga acuan ini telah bertahan sembilan bulan sejak hasil RDG BI pada Januari 2023.
Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers hasil RDG BI pada Jumat (21/9/2023) di Jakarta, mengatakan, pihaknya akan tetap konsisten menempuh kebijakan suku bunga dan melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai upaya pengendalian inflasi. Selain itu, upaya penguatan sinergi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga terus dilakukan melalui tim pengendalian inflasi di sejumlah daerah.
”Kami yakin bahwa inflasi pada akhir tahun 2023 akan tetap terkendali, yakni sekitar 2-4 persen atau masih dalam kisaran target BI. Mengenai inflasi pangan, kami juga ingin meyakinkan bahwa koordinasi antara pusat dan daerah terus dilakukan secara efektif,” katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi umum Agustus
2023 tercatat sebesar 3,27 persen secara tahunan dan inflasi inti sebesar 2,18 persen secara tahunan. Dengan demikian, keduanya masih berada dalam target BI, yakni pada kisaran 2-4 persen.
Perry menambahkan, kebijakan suku bunga sekaligus untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang terus meningkat. Sejak awal September hingga 20 September 2023, nilai tukar tercatat melemah sebesar 0,98 persen dibandingkan dengan level akhir Agustus 2023.
Kendati demikian, nilai tukar rupiah mengalami penguatan sebesar 1,22 persen terhitung sejak awal tahun 2023. Penguatan tersebut masih lebih baik ketimbang nilai tukar mata uang negara berkembang lainnya, seperti rupee India, peso Filipina, dan baht Thailand yang masing-masing menunjukkan pelemahan sebesar 0,42 persen, 1,92 persen, dan 4,03 persen.
Melihat perkembangan saat ini, inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran 2-4 persen pada sisa tahun 2023 dan akan menurun menjadi 1,5-3,5 persen hingga akhir tahun 2024. Kami juga melakukan inovasi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah tetap stabil.
Menurut Perry, hal yang perlu diwaspadai justru kondisi ketidakpastian pasar keuangan global dan penguatan nilai tukar mata uang dollar AS terhadap mata uang negara lainnya. Oleh sebab itu, BI memutuskan mempertahankan suku bunga untuk mengendalikan stabilitas nilai tukar rupiah sebagai antisipasi dan mitigasi dari dampak ketidakpastian pasar keuangan global.
”Melihat perkembangan saat ini, inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran 2-4 persen pada sisa tahun 2023 dan akan menurun menjadi 1,5-3,5 persen hingga akhir tahun 2024. Kami juga melakukan inovasi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah tetap stabil,” ujar Perry.
Salah satu inovasi yang dilakukan untuk memperkuat kebijakan suku bunga adalah menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) guna memperkuat pendalaman pasar uang dan menarik portofolio asing. Pasar keuangan pun menyambut baik dua kali penerbitan SRBI yang tecermin melalui tingginya penawaran dibanding target (oversubscribe).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Pada penerbitan perdananya, yakni 15 September 2023, penawaran terealisasi sebesar Rp 29,9 triliun atau 4,2 kali dari target sebesar Rp 7 triliun. Lalu, pada sesi pelelangan kedua, yakni 20 September 2023, penawaran terealisasi sebesar Rp 15,6 triliun atau 3,12 kali dari target sebesar Rp 5 triliun.
Penerbitan SRBI ini diharapkan dapat mengembangkan pasar sekunder, khususnya pada tenor di bawah 1 tahun. Lebih lanjut, terciptanya pasar sekunder tersebut diharapkan dapat menarik investor nonbank, baik domestik maupun luar negeri.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman menambahkan, terdapat potensi inflasi akibat kenaikan harga beras dan harga minyak dunia. Pada September 2023, kenaikan harga beras tercatat mencapai 4,4 persen yang disebabkan baru mulainya musim panen dan El Nino yang berpotensi akan berlanjut.
Berdasarkan data Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional (NFA), harga rata-rata beras medium di tingkat eceran per 21 September 2023 mencapai Rp 12.980 per kilogram dibandingkan awal September Rp 12.330 per kg. Hal ini kemudian direspons pemerintah dengan menggelontorkan bantuan sosial berupa beras sebesar 660.000 ton periode September-November 2023 dan intervensi melalui operasi pasar.
Pada Selasa (19/9/2023), harga minyak dunia menyentuh level tertinggi dalam 10 bulan. Minyak mentah Brent mencapai 95,96 dollar AS per barel dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menyentuh 93,74 dollar AS per barel (Kompas.id, 21/9/2023).
”Kenaikan harga minyak sejauh ini masih dalam kontrol. Memang akan berdampak pada inflasi dan ekspektasi inflasi kalau harga masih terus naik. Namun, keseluruhan, kenaikan harga secara bulanan baru mencapai 0,15 persen,” ujarnya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Pekerja membongkar beras yang akan dikirim ke Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, dengan menggunakan kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Minggu (10/9/2023).
Ekonom Bank Danamaon Irman Faiz, dalam keterangan tertulisnya, memproyeksikan, BI akan mengoptimalkan upayanya di pasar valuta asing dengan menggunakan instrumen yang sudah ada dan instrumen baru untuk mengatasi tantangan eksternal secara efektif. Apabila volatilitas eksternal meningkat, opsi penyesuaian suku bunga kebijakan ke atas dapat dilakukan.
Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menambahkan, kondisi perekonomian dalam negeri masih tergolong kuat dengan angka inflasi diperkirakan terus berada dalam kisaran target BI dan inflasi inti tetap terkendali.
Selain itu, penerbitan (SRBI) sebagai instrumen operasi moneter kontraktif propasar juga dapat memperkuat upaya pendalaman pasar uang rupiah, menarik aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio, serta mengoptimalkan aset Surat Berharga Negara yang dimiliki BI.
”Inflasi Indonesia tetap stabil dan sesuai dengan kisaran target BI. Tren inflasi inti, harga yang diatur pemerintah, dan kelompok makanan yang bergejolak pada Agustus menunjukkan adanya upaya berkelanjutan pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di tengah beragam tantangan,” katanya.