Rencana kerja sama Indonesia dengan Singapura terkait kelistrikan dan pengembangan energi terbarukan diharapkan membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN
Saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) di kawasan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten.
JAKARTA, KOMPAS — Rencana ekspor listrik ke Singapura, dengan skema business to business atau B to B dinilai sebagai langkah positif dalam pengembangan energi terbarukan. Namun, di saat bersamaan, ketersediaan dan keterjangkauan kelistrikan bagi daerah-daerah di Indonesia perlu terus terjamin. Kepentingan dalam negeri agar tak dikesampingkan.
Sebelumnya, awal September 2023, penandatanganan nota kesepahaman (MoU) terkait kerja sama perdagangan listrik dilakukan antara Indonesia dan Singapura. Juga kesepakatan antarpelaku usaha dalam pengembangan ekosistem energi terbarukan dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dalam rangka memenuhi kebutuhan energi bersih kedua negara.
Peneliti Pusat Studi Hukum Energi dan Pertambangan (Pushep), Akmaluddin Rachim, dihubungi pada Selasa (19/9/2023), mengatakan, kerja sama itu menunjukkan kedua negara sama-sama mengutamakan energi bersih dalam menggerakkan roda perekonomiannya. Capaian bauran energi terbarukan nasional juga diharapkan turut terdongkrak.
”Namun, hal yang penting diingat dan diperhatikan ialah pengembangan dan bisnis energi terbarukan lintas negara ini perlu mendahulukan kepentingan dalam negeri. Daerah-daerah di Indonesia jangan sampai ada yang krisis listrik di saat dilakukan ekspor listrik ke luar negeri,” ujar Akmaluddin.
Menurut data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga akhir 2022, rasio elektrifikasi di Indonesia sebesar 99,63 persen. Sementara rasio desa berlistrik 99,79 persen. Ada 318.470 rumah tangga dan 199 desa yang belum berlistrik. Karakteristik negara kepulauan menjadi salah satu tantangan dalam hal ini.
Akmaluddin menambahkan, rencana kerja sama Indonesia dengan Singapura terkait kelistrikan dan pengembangan energi terbarukan itu juga diharapkan membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas. ”Selain itu, kita berharap tidak menimbulkan konflik kepentingan serta tidak menguntungkan satu kelompok saja,” katanya.
Terkait regulasi, imbuh Akmaluddin, sebenarnya sudah ada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2012 tentang Jual Beli Tenaga Listrik Lintas Negara. Namun, dalam PP tersebut belum sepenuhnya diatur terkait dengan listrik yang berasal dari energi terbarukan. Dukungan kebijakan dan regulasi pun penting dalam rencana ekspor listrik ke Singapura itu.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif menuturkan, berdasarkan laporan Bank Pembangunan Asia (ADB), pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara diperkirakan mencapai 4,6 persen pada 2023 dan 4,9 persen pada 2024. Seiring dengan itu, pertumbuhan energi pun diyakini bakal terus meningkat. Dengan potensi sumber daya energi terbarukan yang melimpah, interkonektivitas kelistrikan menjadi bagian dari transisi energi di ASEAN.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Pembangkit listrik tenaga surya.
PLTS Bulan
Adapun proyek kerja sama B to B antara Indonesia dan Singapura terkait dengan pengembangan energi terbarukan yaitu melalui konsorsium Pacific Medco Solar Energy Pte Ltd. Konsorsium itu merupakan kerja sama sejumlah perusahaan, yakni Medco Power Global (milik Medco Energi International Tbk), PacificLight Renewables Pte Ltd, dan Gallant Venture Ltd.
Beberapa waktu lalu, konsorsium telah mendapat persetujuan bersyarat dari Energy Market Authority (EMA) Singapura atas proyek PLTS berkapasitas 600 megawatt (MW) di Pulau Bulan, Batam, Kepulauan Riau. Proyek bernama PLTS Bulan itu nantinya akan memasok listrik ke Singapura melalui kabel bawah laut bertegangan tinggi.
Berdasarkan data Medco Energi, dalam proyek itu akan terpasang lebih dari 2.000 megawatt-peak (MWp) panel tenaga surya Photovoltaic (PV) dan 500 MW kapasitas penyimpanan baterai. Proyek yang ditargetkan tuntas pada 2028 tersebut diharapkan akan berkontribusi pada pengembangan sektor energi terbarukan di Indonesia.
Proyek PLTS Bulan akan menyediakan energi terbarukan jangka panjang dan andal bagi Singapura. ”Sekaligus mendorong pengembangan sektor energi terbarukan di Indonesia melalui investasi oleh internasional solar PV dan manufaktur BESS (battery energy storage system),” ujar CEO Medco Power Eka Satria dalam keterangannya, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Direktur Energi Terbarukan PacificLight Yu Tat Ming menuturkan, pihaknya berkomitmen dalam mengambil peran guna memastikan Singapura mencapai target-target energi terbarukan. Juga, memastikan ketahanan energi bagi Singapura melalui pasokan listrik yang berasal dari energi bersih.