Presiden Targetkan Harga Beras Turun dalam 2-3 Pekan
Pemerintah telah menempuh sejumlah upaya untuk menurunkan harga beras di pasaran. Di antaranya dengan operasi pasar, menggelontorkan beras ke retail hingga grosir.
Oleh
MAWAR KUSUMA WULAN
·4 menit baca
MUCHLIS JR-BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo saat meninjau Pasar Jatinegara, Jakarta, Selasa (19/9/2023).
JAKARTA,KOMPAS — Presiden Joko Widodo menjumpai harga beras yang masih tinggi saat mengecek harga dan pasokan sejumlah komoditas pangan di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (19/9/2023). Ia berharap harga beras kembali turun, maksimal dalam waktu tiga pekan.
”Harga bawang merah turun, bawang putih juga turun. Hanya satu memang masih (tinggi), beras,” ujar Presiden seusai pengecekan di Pasar Jatinegara.
Mengacu pada data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga beras mulai merangkak naik sejak Mei 2023. Pada Mei 2023, rata-rata harga beras masih Rp 11.250 per kilogram (kg), kemudian naik menjadi Rp 11.300 pada Juni 2023 dan Rp 11.500 pada Juli 2023. Selanjutnya, pada Agustus 2023, harga tembus Rp 12.000 menjadi Rp 12.100, dan pada bulan ini, tembus Rp 13.000 atau sebesar Rp 13.150 per kg.
Presiden menargetkan penurunan harga beras maksimal tiga pekan karena stok beras nasional saat ini mencukupi. Sebanyak 1,6 juta ton beras sudah berada di Indonesia dan 400.000 ton beras impor lainnya masih dalam perjalanan.
”Itu pun masih akan kita tambah lagi 1 juta untuk memastikan bahwa stoknya itu ada sehingga kita tidak khawatir karena kekeringan produksi turun, ada stoknya,” ucap Presiden seusai pengecekan di Pasar Jatinegara.
Turut mendampingi Presiden dalam peninjauan di Pasar Jatinegara, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Wali Kota Jakarta Timur M Anwar, Dirut Perumda Pasar Jaya Agus Himawan, dan Kepala Pasar Jatinegara Febri Rozaldi.
H Jumair menunjukkan tumpukan beras di pabrik penggilingan padi miliknya di Desa Bulak, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (15/9/2023). Harga gabah kering panen yang mencapai Rp 7.200 hingga Rp 7.600 per kilogram di sejumlah wilayah Cirebon membuat pelaku usaha penggilingan kecil sulit membeli gabah.
Selain stok beras mencukupi, Presiden mengatakan, pemerintah juga melakukan sejumlah upaya untuk menurunkan harga beras di pasaran. Hal itu, antara lain, dengan operasi pasar, menggelontorkan beras ke retail, hingga grosir seperti Pasar Induk Cipinang.
”Dan, kita harapkan mungkin dalam dua minggu, tiga minggu ini akan mulai turun meskipun juga sudah turun sedikit,” tambah Presiden.
Menurutnya, harga beras masih tinggi akibat kekeringan di lahan-lahan pertanian sebagai imbas dari El Nino. Ditambah lagi, sebanyak 19 negara sudah menghentikan ekspor beras.
Pengamat pertanian Khudori menegaskan, kenaikan harga beras menjadi indikator bahwa pasokan terbatas. ”Harga tidak bohong. Kalau pasokan melimpah, harga pasti turun. Kalau pasokan melimpah, pedagang/penggilingan/produsen tidak akan menahan stok,” ujarnya.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur, Selasa (12/9/2023).
Menurut Khudori, harapan agar harga beras turun tidak mudah untuk direalisasikan. Berpijak pada pengalaman selama ini, operasi pasar dan bantuan sosial (bansos) beras kemungkinan hanya akan menahan kenaikan harga beras.
”Tapi, apakah harga bisa turun, nanti dulu. Harga bisa turun kalau kebutuhan pasar, berapa pun jumlahnya, dipenuhi. Masalahnya, dengan stok seperti sekarang, upaya pemerintah menggelontorkan beras ke pasar bakal menguras cadangan yang ada,” tambahnya.
Lebih lanjut, menurutnya, stok di Bulog saat ini sebesar 1,5 juta ton, bukan 1,6 juta ton. Apabila sisa kuota impor 0,4 juta ton terealisasi hingga akhir tahun, berarti stok bertambah menjadi 1,9 juta ton. Stok ini akan dikurangi bansos beras untuk periode tiga bulan sebesar sekitar 640.000.
”Perkiraan saya, September hingga November volume SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan) total 150.000 ton. Karena Desember nggak ada bansos beras, SPHP bisa 100.000 hingga 150.000 ton. Artinya, stok akhir Desember akan di bawah satu juta ton beras. Apa ini cukup untuk stok awal 2024?” ucapnya.
Foto udara areal persawahan yang mengering di Desa Sukanegara, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (16/9/2023).
Apalagi, masa panen raya berikutnya diperkirakan baru akan berlangsung mulai akhir April 2024. ”Awal tahun amat rawan,” ujarnya.
Peningkatan konsumsi beras diperkirakan juga akan terus terjadi menjelang Pemilu 2024 yang disambung dengan Ramadhan pada Maret dan Idul Fitri pada April.
”Ini semua akan terjadi peningkatan konsumsi beras. Stok yang ada cukup rawan. Kalau pasar bergejolak, pemerintah bisa kesulitan melakukan pengendalian karena stok terbatas,” ujarnya.
Khudori juga menyoroti adanya perubahan skema penyaluran operasi pasar beras atau SPHP sejak April 2023. Jika semula bisa menggandeng pedagang/distributor, sejak April 2023 beras disalurkan lewat ritel, yaitu bisa lewat pasar tradisional, modern market, atau saluran lain yang langsung menyentuh konsumen akhir. Selain itu, kemasannya pun berubah, dari semula 50 kilogram curah menjadi 5 kilogram.
SPHP ini dinilainya akan efektif kalau volume penyalurannya besar. Dua bulan terakhir, Juli-Agustus, rata-rata penyaluran SPHP sekitar 68.000 ton per bulan atau lebih tiga kali dari rata-rata periode April-Juni. ”Karena langsung ke ritel, penyaluran akan besar apabila jangkauan penyalurannya luas. Kalau volumenya besar, akan efektif. Tapi karena skema ini masih baru, sepertinya luas jangkauan penyaluran ini masih memerlukan waktu,” ujarnya.