SR019 ini ditawarkan hingga 20 November mendatang. Hingga akhir pekan lalu, Jumat (15/9/2023), pemesanan yang masuk mencapai Rp 21 triliun dari target penerbitan sebesar Rp 25 triliun.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
KOMPAS/RIZA FATHONI
Ilustrasi
Saat ini, pemerintah sedang menawarkan Sukuk Negara Ritel seri SR019. Sukuk Ritel merupakan salah dari empat jenis obligasi ritel yang ditawarkan negara untuk masyarakat. SR019 ini ditawarkan hingga 20 November mendatang.
Penerbitan SR019 ini terdiri atas dua seri. Pertama adalah SR019-T3 dengan tenor tiga tahun dan kupon atau imbalan tetap sebesar 5,95 persen per tahun. Ada juga SR019-T5 dengan tenor lima tahun dan kupon tetap sebesar 6,1 persen per tahun. Tingkat kupon ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan rerata tingkat suku bunga deposito yang diberikan oleh bank-bank BUMN. Kupon diberikan kepada investor setiap bulan.
Sukuk Ritel merupakan produk investasi yang dikelola berdasarkan prinsip syariah. Instrumen investasi ini tidak mengandung unsur-unsur maysir (perjudian), gharar (ketidakjelasan), dan riba (usury). Selain itu, produk ini telah dinyatakan sesuai syariah oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Namun, SR019 dapat dibeli oleh siapa saja tanpa melihat kepercayaannya.
SR019 dapat dibeli dengan minimal investasi Rp 1 juta. Sudah banyak bank, sekuritas, dan perusahaan teknologi finansial yang menjadi agen penjual SR019 sehingga mudah diperoleh.
Macam obligasi ritel
Sebelum memesan obligasi ritel, ada baiknya kita mengetahui empat jenis obligasi ritel yang diterbitkan pemerintah. Secara umum, Surat Berharga Negara (SBN) ritel terbagi menjadi dua golongan besar, yaitu Surat Utang Negara (SUN) ritel dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang dikelola dengan prinsip syariah.
SUN ritel yang diterbitkan pemerintah terdiri atas dua produk, yaitu Obligasi Ritel (ORI) dan Saving Bond Ritel (SBR). Sementara SBSN terdiri atas dua produk, yaitu Sukuk Ritel (SR) dan Sukuk Tabungan (ST).
Penawaran investasi Surat Berharga Negara (Saving Bond Ritel/ SBR) 008 di laman perusahaan rintisan bidang teknologi Investree, di Jakarta, September 2019.
Ada beberapa perbedaan di antara keempat produk investasi tersebut. ORI dan SBR memiliki waktu jatuh tempo yang berbeda. Tenor ORI tiga tahun dan tenor SBR dua tahun. Dilihat dari kupon, ORI memiliki kupon tetap hingga masa jatuh tempo, sementara SBR memiliki suku bunga mengambang dengan kupon minimal. Perhitungan kupon SBR mengacu pada tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia ditambah dengan selisihnya.
ORI dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Jadi, para investor dapat menjual ORI sebelum masa jatuh temponya. Sementara SBR tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, tetapi memiliki fitur pelunasan sebagian pokok produk investasinya sebelum memasuki waktu jatuh tempo (early redemption). Fitur ini hanya dapat dimanfaatkan oleh investor dengan minimal kepemilikan Rp 2 juta.
Walaupun sama-sama dikelola secara syariah, ada juga perbedaan fitur antara ST dan SR. Dilihat dari imbalan atau kupon, ST memiliki kupon atau imbalan mengambang dengan batas minimal, seperti SBR. Sementara SR memiliki kupon atau imbalan yang tetap hingga jatuh tempo, seperti ORI.
Petugas bank menjelaskan Sukuk Negara Ritel seri SR-003 yang mulai ditawarkan di Bank OCBC NISP, Jakarta, Februari 2011.
SR memiliki tenor hingga tiga tahun, sementara ST hanya dua tahun. Akan tetapi, terkadang ST juga diterbitkan dalam dua tenor, misalnya tiga dan lima tahun. Dilihat dari pasar sekundernya, SR dapat diperjualbelikan sebelum jatuh tempo. Jadi, ketika memerlukan dana sebelum SR jatuh tempo, investor dapat menjualnya di pasar dengan harga pasar ketika itu, mirip seperti ORI. Adapun ST, seperti SBR, tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder, tetapi memiliki fitur early redemption sebagian dari total investasi yang dimiliki.
SR019-T3 sudah dipesan sebanyak Rp 14,48 triliun atau sekitar 85 persen dari kuota yang disediakan pemerintah sebesar Rp 17 triliun.
SR019 ini laris manis. Hingga akhir pekan lalu, Jumat (15/9/2023), pemesanan yang masuk untuk SR019 mencapai Rp 21 triliun dari target penerbitan Rp 25 triliun. SR019-T3 sudah dipesan sebanyak Rp 14,48 triliun atau sekitar 85 persen dari kuota yang disediakan pemerintah sebesar Rp 17 triliun. Jadi, untuk seri ini tersisa Rp 2,5 triliun saja.
Demikian pula untuk seri SR019-T5, pemesanan yang masuk sudah Rp 6,6 triliun atau setara dengan 82 persen dari target penerbitan sebanyak Rp 8 triliun. Sisanya tinggal Rp 1,4 triliun saja.