Modernisasi Sektor Pertanian Perlu demi Genjot Produksi dan Regenerasi Petani
Melalui modernisasi, sektor pertanian diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional yang terus meningkat, Di sisi lain, pertanian berbasis teknologi juga akan turut menarik minat generasi muda sebagai regenerasi.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Seiring dengan kebutuhan pangan yang terus meningkat, modernisasi sektor pertanian menjadi suatu keharusan agar kebutuhan tersebut terpenuhi melalui peningkatan produktivitas. Selain itu, modernisasi dinilai dapat memberikan daya tarik bagi generasi muda dalam rangka regenerasi petani.
Hal ini mengemuka dalam peluncuran buku berjudul Memodernisasi Pertanian Indonesia oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) yang diselenggarakan secara hibrida, Senin (4/9/2023). Secara garis besar, buku yang terbagi dalam 12 bab ini fokus membahas mengenai implikasi kebijakan modernisasi sektor pertanian.
Hadir dalam acara tersebut, antara lain, Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud, Wakil Menteri Perdagangan (2011-2014) dan Guru Besar Ilmu Kebijakan Agribisnis IPB University Bayu Krisnamurthi, Deputi II Bidang Kerentanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional Nyoto Suwignyo, Executive Director PISAgro Insan Syafaat, serta Kepala Peneliti CIPS Aditya Alta.
CIPS melalui makalah bertajuk ”Permintaan Pangan Masa Depan di Kabupaten-Kabupaten Miskin di Indonesia” menyebutkan, permintaan pangan di 20 kabupaten termiskin akan terus meningkat hingga tahun 2045. Sejumlah komoditas pangan yang diproyeksikan meningkat setiap tahun itu antara lain, beras rata-rata mencapai 1,20 persen, jagung sebesar 1,27 persen, dan tepung terigu 6,24 persen.
Aditya menjelaskan, urgensi modernisasi sektor pertanian ini berkaitan dengan proyeksi permintaan pangan di masa mendatang yang terus meningkat. Upaya modernisasi merupakan bentuk inovasi demi meningkatkan produktivitas di tengah keterbatasan lahan terkait isu lingkungan dan keterbatasan petani.
”Tentunya ini (modernisasi) akan menimbulkan tekanan bagi permintaan pangan dan permintaan tenaga kerja pertanian. Namun, perlu dicatat bahwa berdasarkan pengalaman modernisasi pertanian di negara lain, jumlah pekerja di sektor pertanian akan menyusut seiring modernisasi dan peningkatan investasi modal. Ini berarti setiap individu petani akan menikmati economic gain yang lebih besar,” katanya.
Menurut Aditya, upaya memodernisasi sektor pertanian tersebut membutuhkan kerja sama dari para pemangku kepentingan, tak terkecuali swasta. Adapun skema insentif dan regulasi sebaiknya tidak hanya mengarah pada satu komoditas saja, seperti beras, melainkan merata kepada semua komoditas pangan.
Pertumbuhan menjadi salah satu kunci dari tuntutan yang dihadapi oleh sektor pertanian. Alasannya, produk pertanian terus berkembang, baik untuk kebutuhan pangan maupun bahan baku industri. Pertumbuhan sektor pertanian akan meningkatkan daya saing produk-produk pertanian dalam negeri di kancah global.
Di sisi lain, transformasi sektor pertanian sedang berlangsung yang ditunjukkan dengan penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto (PDB), yakni dari 23 persen pada tahun 1985 menjadi 13,3 persen pada 2021. Selain itu, dari segi proporsi tenaga kerjanya, sektor pertanian juga mengalami perlambatan, yakni dari 56 persen pada 1991 menjadi 29 persen pada 2019.
Senada dengan Aditya, Bayu Krisnamurthi memaparkan, modernisasi sektor pertanian merupakan sebuah keharusan yang perlu dilakukan secara terus-menerus. Modernisasi tersebut didorong oleh tiga faktor, yakni pertumbuhan sektor pertanian, keberlanjutan, dan daya tahan atau resiliensi pertanian saat menghadapi guncangan global.
”Pertumbuhan menjadi salah satu kunci dari tuntutan yang dihadapi oleh sektor pertanian. Alasannya, produk pertanian terus berkembang, baik untuk kebutuhan pangan maupun bahan baku industri. Pertumbuhan sektor pertanian akan meningkatkan daya saing produk-produk pertanian dalam negeri di kancah global,” ujarnya.
Bayu berpendapat, separuh dari kemiskinan di Indonesia berkaitan dengan sektor pertanian sehingga perlu dilakukan upaya memajukan sektor pertanian untuk memastikan keluarga miskin keluar dari jebakan kemiskinan. Selain itu, modernisasi juga dapat menarik minat generasi muda untuk terlibat dalam sektor pertanian sehingga akan menciptakan regenerasi.
Badan Pusat Statistik pada akhir tahun 2022 melaporkan, lebih dari separuh petani berusia 41 tahun ke atas atau dengan kata lain, minat generasi muda untuk menjadi petani masih minim. Persentase penduduk berusia 25-40 tahun (generasi milenial) yang menjadi petani hanya 21,92 persen dan petani berusia di bawah 25 tahun (generasi Z dan generasi setelahnya) hanya 2,26 persen.
”Petani semakin tua, dan petani muda semakin jarang atau kurang berminat sehingga membuat keberlanjutan pertanian dipertanyakan. Modernisasi akan menarik lebih banyak petani-petani muda sehingga terus terjadi regenerasi. Sebab, tidak adanya petani muda justru akan membuat pertanian tidak berkelanjutan,” lanjut Bayu.
Dalam rangka transformasi sektor pertanian menuju modernisasi, peran swasta dibutuhkan. Keith Fuglie dalam The growing role of the private sectore in agricultural research and development world-wide (2016) menyebut, investasi swasta secara global dalam penelitian dan pengembangan terhadap sektor pertanian meningkat 3 kali lipat dari 5,1 miliar dollar AS pada 1990 menjadi 15,6 miliar dollar AS pada 2014.
Insan mengatakan, petani Indonesia perlu mendapatkan jaminan berbagai akses teknologi agar dapat naik kelas. Modernisasi ini akan membuat para petani berkesempatan untuk menghasilkan produk setara dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan besar sehingga turut mengembangkan pangsa pasar petani.
”Sejumlah perusahaan besar sudah memberikan akses teknologi terhadap para petani yang masuk dalam rantai pasoknya. Modernisasi melalui akses teknologi itu antara lain, cara pengukuran bibit yang berkualitas, cara pengukuran waktu yang baik untuk pemupukan, dan penggunaan drone (pesawat nirawak),” tuturnya dalam sesi diskusi.