Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi ASEAN Direvisi Jadi Melambat
Tingkat konsumsi masyarakat di kawasan Asia Tenggara akan berperan signifikan dalam menopang pertumbuhan ekonomi ASEAN.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Truk membawa peti kemas keluar dari New Priok Container Terminal (NPCT) 1, Jakarta Utara, Minggu (20/8/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Akibat penurunan permintaan ekspor global, Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD merevisi proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto kawasan ASEAN menjadi lebih lambat dibandingkan publikasi sebelumnya. Meskipun demikian, pemerintah optimistis, perdagangan ASEAN berdaya tahan untuk menghadapi tekanan ekspor dunia itu.
Director of OECD Development Centre Ragnheiður Elín Árnadóttir menyatakan, proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di kawasan ASEAN akan melemah menjadi 4,2 persen sepanjang 2023 dan 4,7 persen pada 2024.
”Perekonomian negara ASEAN akan menghadapi tantangan berupa penurunan permintaan eksternal (di luar kawasan) yang persisten sehingga ekspor terkontraksi seiring dengan perlambatan perekonomian di negara maju,” tuturnya dalam sesi peluncuran laporan OECD’s Economic Outlook for Southeast Asia, China, and India 2023 Update pada ASEAN Business and Investment Summit yang diadakan di Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Sebelumnya, pada Maret 2023, OECD memproyeksikan, rata-rata pertumbuhan PDB di ASEAN sepanjang 2023 sekitar 4,6 persen, sedangkan pada 2024 sebesar 4,8 persen. Artinya, proyeksi termutakhir itu lebih rendah daripada perkiraan yang diluncurkan pada Maret 2023. Angka proyeksi terbaru juga jauh lebih lambat dibandingkan pertumbuhan PDB pada 2022 yang sebesar 5,6 persen.
Oleh sebab itu, Elin berpendapat, permintaan regional ASEAN dan domestik masing-masing akan berperan signifikan dalam menopang pertumbuhan PDB lantaran tingginya keyakinan konsumen dalam berbelanja serta bertumbuhnya masyarakat kelas menengah. Permintaan regional ASEAN akan tetap kuat selama terdapat perluasan kerja sama ekspor antarnegara anggota di tengah kecenderungan perlambatan ekonomi dunia.
Selain itu, dia mengimbau untuk memperluas ekspor jasa ketika permintaan barang sedang menurun. Ekspor jasa dapat disokong oleh pemulihan pariwisata yang berdampak pada penciptaan lapangan kerja serta ekonomi digital. Ekosistem perdagangan elektronik, seperti jasa angkutan, pergudangan, dan logistik, dapat turut menguat seiring dengan peningkatan permintaan layanan digital.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pengunjung melihat mobil listrik yang dipamerkan dalam Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang, Banten, Minggu (13/8/2023).
Meskipun revisi proyeksi pertumbuhan PDB lebih rendah dibandingkan sebelumnya, dia menilai terdapat peluang penguatan dan reformasi kebijakan dan pembangunan infrastruktur di negara Anggota ASEAN yang mendorong arus penanaman modal asing. Investasi asing ini dapat mengintegrasikan negara-negara tersebut ke rantai pasok global, seperti sektor elektronik, tekstil, dan otomotif. Misalnya, investasi yang mengalir ke Indonesia dapat memperkuat sektor pertambangan dan industri kendaraan listrik.
Data Kementerian Investasi menunjukkan, realisasi investasi asing di Indonesia sepanjang semester I-2023 mencapai Rp 363,3 triliun atau setara dengan 53,5 persen dari total penanaman modal. Angka realisasi investasi itu melonjak 17,1 persen dibadingkan periode sama tahun sebelumnya.
Menanggapi revisi proyeksi itu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menilai, ASEAN dapat menjadi kawasan yang berdaya tahan di tengah tekanan perdagangan dunia karena stabilitasnya.
”Kita sampaikan ke dunia internasional, ASEAN adalah organisasi regional masa depan. Tidak hanya soal perdagangan dan ekonomi, tetapi geopolitik ASEAN bernilai strategis dan vital. Tidak ada internal dispute di antara negara anggota ASEAN. Kestabilan politik, konektivitas, dan hubungan ekonomi perdagangan ASEAN menunjukkan kestabilan,” tuturnya saat dihubungi di sela ASEAN Business and Investment Summit yang diadakan di Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Dari sisi pasar ekspor, dia menilai, ASEAN akan mengandalkan mitra-mitranya yang tergabung dalam Kemitraan Komprehensif Ekonomi Regional (RCEP), yakni Selandia Baru, Australia, China, Jepang, dan Korea Selatan. Kelima mitra tersebut intens untuk memperdalam kegiatan perdagangan dan investasi dengan ASEAN. Di luar mitra-mitra tersebut, ASEAN dapat memperkuat relasi perdagangan dan investasi dengan Inggris Raya dan AS.
Selain karena stabilitasnya, lanjutnya, ASEAN juga menunjukkan daya tahannya lewat inflasi yang terjaga. Secara rekam jejak, ASEAN juga tertbukti berdaya tahan di tengah pandemi Covid-19 karena dapat menyeimbangkan antara kebijakan kesehatan dan perdagangannya. Dengan daya tahan tersebut, dia optimistis perekonomian ASEAN dapat tetap tumbuh.