BI Diperkirakan Pertahankan Suku Bunga Acuan hingga Akhir Tahun
Inflasi yang masih berada di dalam rentang target membuat Bank Indonesia dinilai tak punya urgensi untuk buru-buru mengutak-atik tingkat suku bunga acuan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·2 menit baca
KOMPAS/KRISTI DWI UTAMI
Suasana kios beras di Pasar Johar, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (1/9/2023). Pedagang menyebut harga beras sudah naik empat kali dalam sebulan. Kenaikan harga dipicu terbatasnya pasokan dari petani akibat kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Jateng.
JAKARTA, KOMPAS — Kendati inflasi Agustus 2023 naik menjadi 3,27 persen secara tahunan dibandingkan Juli 2023 yang sebesar 3,08 persen, tingkat inflasi itu masih berada di antara rentang target pemerintah dan Bank Indonesia atau BI yang sebesar 2-4 persen. Hal inilah yang membuat ekonom memperkirakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, melihat tingkat inflasi yang masih terkendali dalam rentang target, ia memperkirakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya.
”Kami melihat BI memiliki ruang untuk menghindari kenaikan suku bunga acuan. Kami memperkirakan BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 5,75 persen sampai akhir tahun ini,” ujar Faisal, Jumat (1/9/2023).
Ia mengatakan, faktor inflasi yang terkendali membuat BI tak memiliki urgensi untuk mengutak atik suku bunga acuan. Sampai akhir tahun dia memperkirakan tingkat inflasi akan alami tren melandai. Ini tak lain karena adanya efek pembanding yang tinggi (high based effect) pada tahun lalu. Mulai September 2022, pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga langsung memicu inflasi saat itu. Maka, pada September tahun ini, tingkat inflasi akan tercatat lebih rendah secara tahunan.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
Inflasi Agustus 2023. Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Walau demikian, Faisal mengingatkan adanya potensi inflasi dari komponen harga pangan bergejolak yang terpicu adanya fenomena El Nino. Gelombang panas yang melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, bisa memicu gagal panen sehingga memengaruhi pasokan pangan tak hanya dalam negeri, tapi juga global. Kurangnya pasokan pangan saat permintaan tetap atau bertambah bisa mengerek naik harga pangan sehingga memicu inflasi.
Hal ini perlu segera ditangkal pemerintah salah satunya melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Melalui GNPIP, tiap daerah bisa memonitor daerah yang berlebih pasokan pangan dan yang berkekurangan. Dengan demikian, daerah yang berlebihan pasokan bisa menyalurkannya ke daerah yang berkekurangan sehingga mencegah lonjakan inflasi.
The Fed
Tantangan BI saat memilih mempertahankan suku bunga acuan adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global. Salah satu pemicunya adalah rencana kemungkinan bank sentral Amerika Serikat (AS), yakni The Federal Reserve (The Fed), untuk menaikkan suku bunga acuannya pada September ini.
Bila The Fed menaikkan suku bunga acuan, hal ini bisa memicu arus modal keluar dari Indonesia sehingga mengurangi pasokan dollar AS di dalam negeri yang ujungnya akan melemahkan nilai tukar rupiah.
Chief Economist & Investment PT Manulife Aset Management Indonesia Katarina Setiawan mengatakan, BI diperkirakan dapat mempertahankan tingkat suku bunga di tengah pengetatan kebijakan moneter global. Volatilitas imbal hasil surat berharga pemerintah 10 tahun yang terjadi baru-baru ini dipicu oleh bergejolaknya imbal hasil US Treasury di tengah penurunan peringkat utang Amerika Serikat dan ekspektasi masih akan berlanjutnya kenaikan suku bunga acuan di sana.
”Bank Indonesia kemungkinan tetap dengan sikapnya untuk mempertahankan tingkat suku bunga di level saat ini karena dianggap cukup untuk menahan inflasi,” ujarnya.
Saat ini, lanjut Katarina, dua fokus utama BI yaitu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan kredit. ”Sementara itu, kita lihat konsumsi masyarakat dan aktivitas produksi industri di dalam negeri juga masih terjaga baik,” ujarnya.
Sebelumnya, pada saat Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR pada Selasa lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, The Fed akan menaikkan suku bunga 25-50 basis poins lagi sehingga kemungkinan akan mencapai 5,75-6 persen tahun ini.
”Inflasi AS masih tinggi bahkan bisa berlanjut hingga 2024. Jadi suku bunga AS masih tinggi. Higher for longer jadi tantangan global,” ujar Perry.