Tinggi, Hasrat Warga untuk Melakukan Perjalanan Wisata
Sisa waktu menjelang pergantian tahun 2023 ke 2024 dimanfaatkan oleh ekosistem industri pariwisata nasional untuk menangkap peluang bisnis dari warga yang tetap berhasrat tinggi untuk melancong.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Animo warga yang melakukan perjalanan wisata ”balas dendam” atau revenge tourismdiperkirakan masih terjadi sampai sekarang. Animo ini menjadi peluang bisnis pelaku usaha di ekosistem industri pariwisata nasional, seperti lembaga keuangan dan agen perjalanan wisata.
Executive Vice President Marketing & Lifestyle Business Division Head Bank OCBC NISP Amir Widjaya, Kamis (31/8/2023), di Jakarta, mengatakan, Bank OCBC NISP melalui laporan Financial Fitness Index 2023 menemukan sebanyak 35 persen warga mengaku bahwa mereka pernah melakukan pengeluaran gaya hidup secara impulsif dalam enam bulan terakhir. Pengeluaran yang dimaksud mencakup konser, bepergian (travelling), dan belanja berlebihan.
”Artinya, fenomenarevenge tourism sejalan dengan temuan laporan Financial Fitness Index 2023 yang kami rilis baru-baru ini,” ujarnya.
Menurut Amir, beberapa produk Bank OCBC NISP sampai mendukung hal itu, seperti produk untuk memenuhi kebutuhan transaksi dan daya tarik tunai bebas konversi kurs selama warga bepergian di luar negeri.
”Namun, sebagai perbankan tetap penting untuk mengedukasi agar masyarakat pintar menyiasati keinginan supaya tidak mengorbankan kebutuhan dasar lainnya dan investasi tetap aman,” kata Amir.
Direktur Utama PT Caturnusa Sejahtera Finance (Traveloka PayLater) Doan Lingga, saat dihubungi terpisah, mengatakan, fenomena revenge tourism menandakan minat warga untuk berwisata kembali pascapencabutan pembatasan sosial seiring redanya pandemi Covid-19. Traveloka mengamati, fenomena itu sampai sekarang masih terlihat. Pada Agustus 2023, misalnya, dan secara khusus pada periode menuju libur panjang (long-weekend) HUT Ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia, Traveloka mencatat peningkatan volume transaksi produk akomodasi hingga 55,5 persen pada periode 31 Juli hingga 6 Agustus 2023 dibandingkan pada minggu sebelumnya.
Pada periode yang sama juga terjadi lonjakan volume transaksi moda transportasi darat (bus dan kereta api) mencapai 20 persen. Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang tercatat sebagai destinasi favorit sepanjang periode itu.
Traveloka PayLater menjadi salah satu metode pembayaran yang diminati konsumen dengan peningkatan transaksi sebesar hampir 60 persen. Penggunaan Traveloka PayLater didominasi untuk membayar hotel (45,9 persen), diikuti tiket pesawat (29,8 persen), dan kereta (11,5 persen).
Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno berpendapat, animo masyarakat untuk bepergian semakin tinggi. Polanya sudah cenderung menyamai pola sebelum pandemi Covid-19.
”Ada kesempatan hari libur, mereka langsung berangkat melakukan perjalanan wisata,” katanya.
Pauline mengakui, saat ini harga aneka produk dan layanan yang dibutuhkan untuk melancong relatif tidak murah. Akan tetapi, masyarakat cenderung tetap saja mau berlibur.
Deretan pameran pariwisata atau travel fair marak bermunculan pada semester II-2023. Sebagai contoh, Kompas Travel Fair 2023 (1-3 September 2023), Astindo Travel Fair 2023 (31 Agustus - 3 September 2023), Korean Travel Expo 2023 (1-3 September 2023), dan Asita Travel Fair 2023 (13-15 Oktober 2023).
”Wakil Direktur Bisnis Harian Kompas Novi Eastiyanto mengatakan, penyelenggaraan Kompas Travel Fair atau KTF 2023 menunjukkan optimisme akan pemulihan industri pariwisata. Setelah mati suri selama pandemi, pada tahun 2022 industri pariwisata mulai menggeliat kembali. Pada tahun 2022 tercatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ataupun wisatawan Nusantara (wisnus) berhasil melampaui target yang ditetapkan pemerintah. Pada 2022 terdapat kunjungan wisman sebanyak 5,5 juta kedatangan atau di atas target yang sejumlah 1,8-3,6 juta kedatangan. Sementara pergerakan wisnus mencapai 800 juta perjalanan atau di atas target yang sebesar 550 juta perjalanan.
Seiring antusiasme sektor pariwisata pada triwulan I-2023, pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) memutuskan untuk menaikkan target kunjungan wisman menjadi 8,5 juta kunjungan dari semula 3,5 juta-7,4 juta kunjungan. Pemerintah juga menargetkan perolehan devisa naik menjadi 6 miliar dollar AS dari sebelumnya yang ditargetkan sebesar 2,07-5,95 miliar dollar AS. Dari sisi wisnus, pemerintah berharap pada tahun 2023 target pergerakan wisnus sebesar 1,2-1,4 miliar perjalanan bisa terlampaui.
KTF 2023 merupakan ajang pameran yang menyediakan paket wisata, tiket pesawat, tiket obyek wisata, sampai dengan perlengkapan berwisata. Pameran ini berupaya menarik warga yang memiliki hasrat tinggi untuk berwisata.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, adanya fenomena revenge tourism disebabkan selama dua tahun berturut-turut, yakni tahun 2020–2021, masyarakat cenderung tidak bisa melakukan perjalanan wisata karena saat itu terjadi pembatasan sosial.
Pada tahun tersebut, dana simpanan di perbankan naik tajam. Namun, enam bulan terakhir, dana simpanan di perbankan menurun. Ini berarti terjadi peningkatan belanja masyarakat.
Bagi masyarakat kelompok menengah ke atas, masa sekarang ini adalah masa untuk membelanjakan hal-hal yang tertunda dan salah satunya adalah perjalanan wisata. Seluruh pelaku usaha di ekosistem industri pariwisata optimistis menyikapi fenomena itu. Maskapai dan agen perjalanan yang merugi selama pembatasan sosial tahun ini berusaha untuk pulih.
”Paling tidak, tahun 2023 bisa dipakai mereka untuk menambal kerugian. Lembaga keuangan, seperti perbankan, juga senang dengan adanya animo warga yang tinggi untuk bepergian. Perbankan bisa menyalurkan kredit konsumsi dengan lebih gencar,” ujar Ahmad.