Topang Kebutuhan Energi, Eksplorasi Hulu Migas Terus Digalakkan
Untuk mencapai ketahanan energi nasional, peran sektor hulu migas masih dibutuhkan. Produktivitas sektor hulu migas perlu didorong dengan melakukan eksplorasi sumur-sumur baru.
Oleh
Agustinus Yoga Primantoro
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas terus menggalakkan eksplorasi dengan target 55 sumur pada tahun 2023. Hal ini dilakukan karena sektor migas masih berkontribusi signifikan hingga beberapa tahun ke depan.
Berdasarkan data SKK Migas, eksplorasi yang telah dilakukan hingga Agustus 2023 tercatat meliputi 19 sumur baru. Capaian tersebut diraih setelah pada semester I-2023, eksplorasi yang dilakukan tersendat, yakni sembilan sumur baru.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan, selama beberapa tahun terakhir, eksplorasi sumur baru sektor hulu migas terkendala oleh ketidaksiapan peralatan (rig). Situasi pandemi Covid-19 mengakibatkan sejumlah perusahaan migas bergejolak sehingga rig dan peralatan yang digunakan untuk eksplorasi minim perawatan (maintenance).
”Mudah-mudahan, tahun depan akan jauh lebih baik dengan kondisi peralatan dan rig yang lebih siap untuk kegiatan di hulu migas. Tahun ini, harapannya kita bisa menyelesaikan 55 sumur eksplorasi sesuai dengan outlook 2023,” katanya dalam media briefing di Jakarta, Rabu (23/8/2023).
Beberapa lapangan gas baru yang masih dalam pengembangan, antara lain, Lapangan Andaman di lepas pantai Aceh, Lapangan Mako di kawasan Natuna, Indonesia Deepwater Development (IDD) Fase 2 di Gendalo dan Gendang, Kalimantan Timur, Lapangan Asap, Merah, Kido (AMK) di Papua Barat, serta Lapangan Abadi, Masela di Maluku. Produksi gas dari beberapa lapangan diproyeksikan akan berkontribusi sekitar 60 persen terhadap produksi gas nasional pada tahun 2030 dan naik menjadi 80 persen pada tahun 2035.
Berdasarkan data SKK Migas, gas alam masih mendominasi eksplorasi di Indonesia selama dasawarsa terakhir. Lebih dari separuh eksplorasi sumur menemukan cadangan gas baru dengan tingkat keberhasilan mencapai 81 persen pada tahun 2022 dan tercatat 100 persen hingga semester I-2023.
Nanang menambahkan, eksplorasi sumur-sumur baru pada sektor hulu migas menjadi sebuah keharusan guna meningkatkan produktivitas sektor migas. Hal ini mengingat target yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yakni produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada tahun 2030.
Pada tahun 2024 tidak ada proyek baru yang signifikan dapat meningkatkan produksi. Maka dari itu, kami tetap realistis dan bahkan kami sekarang masih ’survive’. Meski realistis, hasilnya kami upayakan lebih dari target.
Di sisi lain, target produksi minyak siap jual (lifting minyak) yang ditetapkan dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024 mencapai 625.000 barel per hari atau lebih rendah dibandingkan target pada 2023, yakni 660.000 barel per hari. Nanang menjelaskan, penetapan target tersebut dibuat lebih realistis lantaran selama ini target hampir tidak pernah tercapai.
”Pada tahun 2024 tidak ada proyek baru yang signifikan dapat meningkatkan produksi. Maka dari itu, kami tetap realistis dan bahkan kami sekarang masih survive. Meski realistis, hasilnya kami upayakan lebih dari target,” ujar Nanang.
Pemerintah terus memacu produksi migas lantaran kebutuhan energi nasional diperkirakan akan terus meningkat. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, migas berkontribusi sebesar 40 persen atas kebutuhan energi nasional pada tahun 2050 yang mencapai 1.012 juta ton setara minyak bumi (MTOE).
”Sejak tahun 2020, kita diharapkan bisa meningkatkan produksi migas karena kebutuhannya juga terus meningkat. Jika produksi nasional terbatas, sedangkan kebutuhannya terus meningkat, konsekuensinya adalah impor,” lanjut Nanang.
Hasil riset dan analisis Rystad Energy melaporkan, produksi gas alam diperkirakan hanya berkontribusi sebesar 35 persen dari total kebutuhan domestik dalam 20 tahun mendatang. Selebihnya atau 65 persen berasal dari produksi lapangan-lapangan migas baru.
Country Head Indonesia Rystad Energy Sofwan Hadi menegaskan, kegiatan eksplorasi dan pengembangan lapangan migas baru akan meminimalkan impor. Namun, eksplorasi sumur-sumur baru ini membutuhkan dukungan investasi yang tidak sedikit..
”Sangat penting investasi dan eksplorasi, terutama di wilayah Indonesia bagian timur yang memiliki potensi besar. Terkait dengan investasi, kita perlu mendorong kontrak internasional jangka panjang. Investor global akan masuk apabila kita siapkan peta jalan serta memberikan kebijakan fiskal yang menarik,” tuturnya.
Selain itu, pemerintah turut diharapkan mulai menyiapkan kebijakan yang mendukung efisiensi energi guna mencapai ketahanan energi. Lebih lanjut, dekarbonisasi yang menjadi agenda global juga perlu segera dilakukan, salah satunya melalui percepatan carbon capture storage/carbon capture utilization and storage (CCS/CCUS).
Untuk mempercepat pengembangan lapangan migas dibutuhkan kerja sama para pemangku kepentingan. Oleh sebab itu, SKK Migas akan menggelar The 4th International Convention on Indonesia Upstream Oil and Gas 2023 (ICIUOG 2023) yang akan dilaksanakan di Nusa Dua, Bali, pada 20-23 September 2023 Dengan mengusung tema ”Advancing Energy Security through Sustainable Oil and Gas Exploration and Development”.
Acara ini diharapkan dapat menjadi forum bagi para pelaku usaha dan pemangku kepentingan sektor hulu migas guna mengidentifikasi isu-isu terkini sektor hulu migas, mempercepat pengembangan lapangan migas, dan mencari solusi atas tantangan tersebut.