Dari sisi perdagangan, BRICS memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memasuki pasar ekspor nontradisional. Namun, waspadai relasi perdagangan Indonesia dengan AS jika bergabung ke dalam BRICS.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·2 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Truk membawa peti kemas keluar dari New Priok Container Terminal (NPCT) 1, Jakarta Utara, Minggu (20/8/2023). BPS mencatat nilai ekspor Indonesia Juli 2023 mencapai 20,88 miliar dollar AS atau naik 1,36 persen dibanding ekspor Juni 2023.
Tanda tanya masih menyertai kehadiran Presiden RI Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT Ke-15 BRICS yang merupakan singkatan dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Pemerintah dinilai perlu mempertegas sikapnya pada BRICS, khususnya dalam perdagangan, agar perjanjian yang berorientasi pada perekonomian dan sudah digaet oleh Indonesia tak mubazir.
Presiden Jokowi hadir pada KTT Ke-15 BRICS pada 22-24 Agustus 2023 di Johannesburg, Afrika Selatan. Berdasarkan informasi pada laman resmi BRICS 2023, kemitraan lima negara anggota BRICS setara dengan 42 persen dari populasi dunia, 23 persen dari produk domestik bruto global, dan 18 persen dari perdagangan internasional.
Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyatakan, dia pernah membaca artikel yang menyebutkan semestinya terdapat dua huruf ‘I’ dalam BRICS. Huruf ‘I’ kedua adalah untuk Indonesia. ”Tertangkap dalam berbagai kesempatan, Indonesia punya potensi (untuk bergabung dengan BRICS). Ketertarikan, potensi, dan kesempatan itu ada,” katanya di sela makan malam bersama jurnalis peliput pertemuan ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Ke-55 di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (18/8/2023).
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga
Jerry melanjutkan, negara-negara yang bergabung dalam BRICS memiliki kekuatan pada basis populasi. Dari sisi perdagangan, BRICS memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memasuki pasar ekspor nontradisional. Dia menyebutkan, Afrika Selatan dapat menjadi pintu ekspor ke kawasan Afrika, sedangkan Brasil dapat menjadi pintu ke kawasan Amerika Latin.
Dari segi relasi dagang, nilai ekspor Indonesia terbilang signifikan ke dua negara anggota BRICS, yakni China dan India. Data Kementerian Perdagangan menunjukkan, nilai total ekspor Indonesia ke China dan India pada 2022 masing-masing sebesar 65,83 miliar dollar AS dan 23,36 miliar dollar AS. Nilai total ekspor ke Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan sebanyak 1,48 miliar dollar AS, 1,38 miliar dollar AS, dan 1,09 miliar dollar AS.
Nilai impor Indonesia dari India dan China pun tergolong signifikan. Kementerian Perdagangan mencatat, nilai total impor pada 2022 dari China mencapai 67,72 miliar dollar AS dan India 9,32 miliar dollar AS. Adapun nilai impor dari Brasil, Rusia, dan Afrika Selatan masing-masing sebesar 3,9 miliar dollar AS, 2,18 miliar dollar AS, dan 2,16 miliar dollar AS.
KOMPAS/MAWAR KUSUMA WULAN
Kapal yang mengangkut ekspor komoditas pertanian yang dilepas Wakil Presiden Ma'ruf Amin pada acara bertajuk Merdeka Ekspor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (15/8/2023).
Sebelum bergabung dengan BRICS, peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda berpendapat, Indonesia perlu mempertimbangkan kesesuaian tujuan dan nilai yang dipegang dengan koalisi lima negara tersebut. ”Indonesia juga perlu mempertimbangkan kesesuaian dampaknya dengan kerja sama regional dan global lainnya, seperti ASEAN, sehingga hubungannya tak terganggu,” katanya saat dihubungi, Selasa (22/8/2023).
Dari sisi ekonomi, dia tak menampik Indonesia dapat memperoleh peluang ekspor dan investasi yang lebih luas jika bergabung dengan BRICS. Namun, Indonesia perlu mempertimbangkan dampak BRICS terhadap perkembangan industri lokal. Dengan demikian, pemerintah perlu meninjau keseimbangan nilai perdagangan agar manfaat ekonomi yang diperoleh sepadan dengan risikonya.
Indonesia perlu mempertimbangkan dampak BRICS terhadap perkembangan industri lokal.
Apabila bergabung dengan BRICS, lanjutnya, relasi perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) berisiko memanas. Saat ini, relasi perdagangan AS dengan China dan Rusia tengah panas. Oleh sebab itu, Indonesia mesti mewaspadai ekspor produk unggulannya ke AS jika hendak menjadi anggota keenam BRICS.
Ekonom Indef Ariyo DP Irhamna menilai, kehadiran Presiden RI di KTT Ke-15 BRICS menunjukkan komitmen politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif. Secara ekonomi, Indonesia dapat mendorong ekspornya. Namun, dari segi politik, Indonesia perlu berhati-hati.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO (TOK)
Truk membawa peti kemas di New Priok Container Terminal (NPCT) 1, Jakarta Utara, Minggu (20/8/2023).
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia sekaligus Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta W Kamdani berharap, Indonesia memiliki agenda yang jelas dan terukur terkait manfaat terlibat dengan BRICS. Menurutnya, BRICS dapat bermanfaat untuk diversifikasi penggunaan mata uang serta perluasan ekonomi melalui perdagangan dan investasi.
Namun, dia menggarisbawahi situasi di dalam BRICS yang belum memiliki konsolidasi dalam mencapai agenda kerja sama ekonomi. ”Di antara negara anggota BRICS belum ada kerja sama ekonomi yang spesial. Belum ada CEPA/FTA (Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif/Perjanjian Perdagangan Bebas) di antara sejumlah negara anggota. Hal ini berbeda dengan G-7,” tuturnya.
Oleh sebab itu, dia menilai, pemerintah perlu mengkaji secara internal terkait potensi, manfaat, dan risiko berintegrasi dengan BRICS beserta dampak ekonomi riil yang dapat tercipta. Kajian itu perlu dibandingkan dengan instrumen perjanjian dagang yang sudah dimiliki Indonesia saat ini. Dengan demikian, penambah instrumen kerja sama internasional tidak bersifat mubazir, melainkan berdampak signifikan pada perekonomian dan pelaku usaha.
Di tengah upaya mencari terobosan pasar ekspor nontradisional, Indonesia perlu mempertimbangkan matang-matang untung-rugi bergabung dengan BRICS, termasuk sentimen ekonomi yang ditimbulkan. Tampaknya, Indonesia tak perlu mengambil risiko tensi perdagangan dengan mitra yang ada saat ini.