Optimalkan Masyarakat Ekonomi ASEAN untuk Industrialisasi
Dampak positif Masyarakat Ekonomi ASEAN terhadap Indonesia tampak dari angka pertumbuhan ekspor, wisatawan asing, serta pertumbuhan industri manufaktur.
Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
·3 menit baca
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono (tengah) dalam konferensi pers setelah rangkaian hari pertama pertemuan AEM ke-55 usai di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (17/8/2023).
SEMARANG, KOMPAS — Kelanjutan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA pada periode 10 tahun kedua, yakni sepanjang 2025-2035, menjadi salah satu pokok bahasan dalam pertemuan menteri-menteri ekonomi. Kehadiran MEA saat ini dan ke depan dinilai perlu dioptimalkan untuk menggenjot ekspor produk-produk industri pengolahan serta menggaet wisatawan ASEAN ke Indonesia.
Dalam rangka keketuaan Indonesia di ASEAN, Kementerian Perdagangan menghelat pertemuan menteri-menteri ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Ministers’ (AEM) Meeting ke-55 di Semarang, Jawa Tengah. Pertemuan AEM ke-55 tersebut berlangsung sepanjang 17-22 Agustus 2023. Selain delegasi negara anggota ASEAN, perwakilan dari Timor Leste juga hadir sebagai pengamat dalam pertemuan tersebut.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, pertemuan AEM ke-55 turut membahas MEA. ”Tahun ini dan tahun depan menjadi titik kritis pembentukan peta jalan MEA. Periode 2015-2025 merupakan 10 tahun kedua MEA dan 2025-2035 merupakan 10 tahun ketiga. Targetnya (peta jalan) selesai pada tahun depan. Keberjalanan MEA saat ini dievaluasi dari segi kelebihan dan kekurangannya,” ujarnya dalam konferensi pers setelah rangkaian hari pertama pertemuan AEM ke-55 usai di Semarang, Kamis (17/8/2023).
Bagi Indonesia, lanjutnya, ASEAN penting. Indonesia pun penting bagi ASEAN. Hal ini tampak dari perdagangan antara Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN. Dia mencontohkan, nilai ekspor Indonesia ke Thailand naik dari 6,82 miliar dollar AS pada 2018 menjadi 8,19 miliar dollar AS pada 2022. Pada periode yang sama, impor dari Thailand pun naik dari 10,95 miliar dollar AS menjadi 10,98 miliar dollar AS. Artinya, perdagangan kedua negara berjalan lancar.
KOMPAS/M PASCHALIA JUDITH J
Suasana pembukaan Senior Economic Officials Meeting yang menjadi Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN atau ASEAN Economic Ministers’ Meeting ke-55 di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (17/8/2023). AEM Meeting ke-55 berlangsung pada 17-22 Agustus di Semarang.
Selain itu, dia menyatakan, periode sepuluh tahun ketiga bertepatan dengan momentum bonus demografi Indonesia yang diperkirakan terjadi hingga 2038. Oleh sebab itu, penting bagi Indonesia untuk memastikan ASEAN tetap dinamis, inklusif, dan progresif agar selaras dengan perkembangan dan optimalisasi bonus demografi tersebut.
Sementara itu, dosen Ekonomi Internasional Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro, Esther Sri Astuti, berpendapat, kehadiran MEA dapat dioptimalkan untuk mendorong industri manufaktur Indonesia dan ekspor ke ASEAN. ”Keberadaan MEA semestinya bisa mendongkrak ekspor yang turut menggeliatkan industri manufaktur Indonesia,” ujarnya saat dihubungi, Kamis.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke negara-negara anggota ASEAN mencapai 53,27 miliar dollar AS dengan pangsa 19,3 persen terhadap seluruh pasar sepanjang 2022. Adapun sepanjang 2018, nilai ekspor nonmigas ke ASEAN senilai 35,3 miliar dollar AS dengan pangsa 21,7 persen. Pada 2015, angkanya sebesar 27,24 miliar dollar AS dengan pangsa 20,69 persen.
Sementara itu, data BPS menunjukkan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dalam industri pengolahan sepanjang 2022 sebesar 5,64 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan andil 18,32 persen. Pada 2018, angka pertumbuhannya 4,25 persen dengan andil 19,82 persen. Hingga akhir triwulan II-2023, pertumbuhan PDB dalam industri pengolahan sebesar 4,88 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan andil 18,25 persen.
Esther menggarisbawahi, kehadiran MEA jangan sampai hanya membuat Indonesia dimanfaatkan negara anggota ASEAN lain sebagai pasar. Dia mencontohkan, olahan dari Thailand dan Vietnam dapat berdaya saing di pasar Indonesia.
Selain ekspor dan pertumbuhan industri, dia menilai, jumlah wisatawan dari ASEAN ke Indonesia dapat menjadi indikator keberhasilan MEA. Sambil menggaet turis asal ASEAN, Indonesia perlu menguatkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). ”Salah satu tantangannya adalah ongkos transportasi antarpulau di Indonesia. Harga tiket ke Thailand kerap lebih murah dibandingkan ke Papua sehingga destinasi pariwisata populer di Indonesia masih berkutat di Bali,” katanya.
Sepanjang 2022, negara ASEAN yang mendominasi turis mancanegara Indonesia adalah Malaysia dan Singapura dengan jumlah masing-masing 1,03 juta kunjungan dan 666.700 kunjungan. Pada 2018, terdapat 2,5 juta kunjungan turis asal Malaysia dan 1,76 juta kunjungan dari Singapura.