Semester Kedua Diperkirakan Jadi Akhir Kenaikan Suku Bunga Dunia
Bank sentral AS yang berulang menaikkan suku bunga acuan sejak Maret 2022 diperkirakan mengakhiri kebijakan itu pada September 2023. Semester kedua jadi babak akhir tren kenaikan suku bunga bank sentral dunia.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
KEVIN DIETSCH/GETTY IMAGES/AFP
Gedung Kantor Federal Reserve digambarkan pada 21 Maret 2023 di Washington DC, Amerika Serikat.
JAKARTA, KOMPAS — Semester kedua tahun ini diperkirakan jadi babak akhir kenaikan suku bunga acuanbank sentral di berbagai negara di dunia. Hal ini dikarenakan tingkat inflasi di berbagai negara sudah makin melandai sehingga bank sentral tidak perlu lagi mengerek naik suku bunga.
Direktur dan Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Management Indonesia (MAMI) Ezra Nazula memperkirakan, paruh kedua tahun ini akan menjadi babak akhir dari tren kenaikan suku bunga bank sentral di berbagai negara dunia. Sebab, saat ini kondisi inflasi sudah mengecil sehingga memperbesar kemungkinan bank sentral di berbagai negara dunia tak lagi menaikkan suku bunga acuannya.
Salah satunya tercatat di Amerika Serikat (AS). Tingkat inflasi di AS pada Juli 2023 tercatat 3,2 persen secara tahunan. Angka ini lebih rendah daripada ekspektasi pasar yang sebesar 3,3 persen.
”Data ini memperkuat harapan pasar bahwa Bank Sentral AS, yakni The Federal Reserves atau The Fed, dapat mempertahankan tingkat suku bunga di rapat bulan September mendatang,” ujar Ezra dalam diskusi bertajuk ”Market Update: No Harsh Landing” secara daring di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Sebelumnya, The Fed agresif menaikkan suku bunganya sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Saat Maret 2022, suku bunga The Fed 0,25-0,5 persen, sementara pada Juli 2023 mencapai 5,25-5,5 persen.
Dari kawasan Asia, Ezra mengatakan, dibandingkan dengan negara maju, kondisi inflasi dan kebijakan suku bunga di kawasan Asia relatif kondusif. Tingkat inflasi mayoritas negara Asia telah berada di target bank sentralnya dan dalam tren terus menjinak. Ini membuka ruang pemangkasan suku bunga.
Sementara itu, di dalam negeri, inflasi juga menunjukkan tren melandai. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi umum Juli 2023 sebesar 3,08 persen secara tahunan, menurun dibandingkan dengan inflasi Juni 2023 yang mencapai 3,52 persen secara tahunan.
Tingkat inflasi IHK terus menurun apabila dibandingkan dengan Januari 2023 yang sebesar 5,28 persen secara tahunan. Tingkat inflasi ini sudah berada di dalam rentang target Bank Indonesia (BI) soal pengendalian inflasi tahun ini yang sebesar 2-4 persen.
BI sendiri sudah mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen sejak Rapat Dewan Gubernur BI Januari 2023.
Dengan berbagai indikator tersebut, lanjut Ezra, pemangku kepentingan ekonomi di Indonesia bisa memiliki ruang untuk mempersiapkan ketahanan stabilitas sistem keuangan dalam negeri. Sebab, selisih besaran suku bunga BI dan bank sentral lainnya dengan suku bunga The Fed yang menyempit menjadi faktor yang membatasi ruang gerak bank sentral kawasan Asia.
”Pelonggaran prematur dikhawatirkan dapat memengaruhi stabilitas nilai tukar. Langkah kebijakan bank sentral (di) Asia diperkirakan menunggu arah perubahan dari The Fed,” ujarnya.
Senada dengan Ezra, ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, memperkirakan, kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga sekali lagi tahun ini. Ia memperkirakan kenaikan itu sebesar 25 basis poin pada September nanti.
Adapun kemungkinan kenaikan suku bunga itu tergantung dari capaian pengendalian inflasi dan data perekonomian lainnya di AS. Kendati demikian, ia memperkirakan BI tetap mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen sampai dengan akhir tahun ini.
Sebelummya, dalam jumpa pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI pada 25 Juli 2023 lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Juli 2023 dan terbukti betul. Selain itu, pihaknya juga memperkirakan The Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin lagi pada September 2023. Setelah itu, lanjut Perry, The Fed kemungkinan mempertahankan suku bunga.