SKK Migas Dorong Implementasi Pengurasan Minyak Tingkat Lanjut
Chemical EOR diperlukan untuk meningkatkan produksi minyak bumi di tengah laju penurunan produksi secara alamiah karena lapangan-lapangan migas di Indonesia sudah tua. Target 1 juta barel per hari kian dekat tenggat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
ADITYA PUTRA PERDANA
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan Jaffee A Suardin (kiri) menyerahkan Rancangan Draft Chemical EOR Tahap I kepada Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi Dwi Soetijpto di Digital & Innovation Center Pertamina Hulu Rokan, Pekanbaru, Riau, Senin (8/8/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas mendorong kontraktor kontrak kerja sama menerapkan percontohan teknologi pengurasan minyak tingkat lanjut atau EOR dengan injeksi kimia. Hal itu penting dalam rangka memenuhi target produksi minyak 1 juta barel per hari pada 2030.
Enhanced oil recovery (EOR) ialah metode perolehan minyak bumi tahap lanjut dengan cara menginjeksikan material atau fluida khusus ke reservoir, termasuk dengan injeksi kimia (chemical/CEOR). Metode itu diperlukan di tengah laju penurunan produksi minyak bumi secara alamiah karena lapangan-lapangan migas di Indonesia sudah mature (tua).
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D Suryodipuro, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (9/8/2023) malam, mengatakan, implementasi EOR terdiri dari sejumlah tahapan. Hal itu, antara lain, studi, field trial, pilot (percontohan), dan full scale (tahap lanjutan). Pihaknya mendorong agar ada percepatan dalam setiap tahapan pelaksanaannya.
”Salah satu upaya mempercepat adalah dengan menjalankan tahapan-tahapan EOR tidak secara serial ketat, tetapi bisa dilakukan overlapping (sekaligus), dalam rangka percepatan antartahapan,” ujar Hudi.
SKK Migas, lanjut Hudi, terus mendorong KKKS untuk segera mengeksekusi tahapan pilot EOR dari sejumlah wilayah kerja (WK). Itu khususnya pada KKKS yang memiliki komitmen kerja pasti (KKP) berupa pilot EOR yang tertuang dalam kontrak bagi hasil mereka.
”Sebagai contoh di WK Rokan (Riau) ada KKP berupa pilot chemical EOR. Komitmen ini harus segera dipenuhi untuk dapat mengetahui bahwa tahap selanjutnya (full scale) dapat dilakukan atau tidak,” ujar Hudi.
Catatan Kompas, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berencana menjalankan chemical EOR tahap I melalui injeksi surfaktan di Lapangan Minas pada 2025. Sementara metode injeksi uap ke reservoir telah dilakukan, seperti pengembangan area steam flood baru, di Lapangan North Duri Development Area 14 Stage-1, pada Juni 2023. (Kompas, 22/6/2023).
Praktisi migas Hadi Ismoyo menuturkan, dengan kondisi sumur-sumur minyak bumi yang sudah tua, upaya-upaya yang dilakukan saat ini lebih pada menahan laju penurunan produksi secara alamiah. Sementara untuk meningkatkan produksi, agar ada tambahan 200.000-300.000 barel per hari, EOR harus digalakkan.
Ia pun mendorong agar segala hal rumit terkait birokrasi perlu dihapuskan agar implementasi EOR bisa lebih cepat dan masif. Menurutnya, teknologi sudah ada dan tinggal ditentukan mana yang paling cocok untuk diimplementasikan.
Percepatan dirasa perlu karena waktu untuk memenuhi target produksi 1 juta barel minyak per hari pada 2030 semakin pendek. Berdasarkan data SKK Migas per semester I-2023, realisasi produksi siap jual atau lifting minyak bumi baru 615.500 barel per hari atau di bawah target yang 618.700 barel per hari.
Namun, kabar positif datang pada Rabu (9/8/2023) atau tepat dua tahun alih kelola Blok Rokan di Riau, dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PHR. Capaian produksi minyak di blok tersebut mencapai 172.000 barel per hari atau yang tertinggi sejak alih kelola. Capaian itu ditopang, antara lain, oleh kegiatan pengeboran yang masif.
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
PT Pertamina (Persero) melalui cucu usahanya, PT Pertamina Hulu Rokan, melakukan tajak atau pengeboran perdana untuk eksplorasi sumur minyak nonkonvensional di Lapangan Gulamo, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (27/7/2023).
Eksplorasi
Sementara itu, dalam upaya menggalakkan eksplorasi migas, KKKS Pertamina EP-KSO Petroenergy Utama Weriagar melakukan tajak sumur pengembangan WPL-3X di Lapangan Weriagar pada Minggu (7/8/2023). Sumur tersebut terletak di lapangan Weriagar, Blok Weriagar, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat.
Sumur pengembangan akan dibor secara berarah (vertikal) menggunakan dengan kedalaman akhir sumur di 600 feet measured depth (ftMD). Pengeboran yang diperkirakan dilakukan dalam dua bulan ke depan tersebut untuk menguji dan mengevaluasi potensi kandungan migas yang terdapat pada formasi kais (batuan).
Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara, dalam keterangannya pada Selasa (8/8/2023), mengapresiasi realisasi tajak sumur eksplorasi itu. ”Potensi minyak dan gas (di bagian timur Indonesia) masih sangat besar. Wilayah ini salah satu tulang punggung untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari pada 2030,” katanya.